Coba kau bayangkan menjadi aku.
Dari bangun tidur, aku selalu kau salahkan karena alarm terlalu kencang.
Saat siap siap kuliah tak jarang kau memarahiku dikarenakan aku mencari sebuah barang.
Aku tak kau bolehkan sama sekali dandan, padahal bukannya semua wanita harus berdandan?
Saat aku berangkat kuliah aku masih arus membangunkanmu, disela kuliahku aku menelponmu, karena jujur saja semester ini sungguh padat.
Kau tidak pernah bisa mengerti aku dan memarahiku.
Bahkan seringkali kau mengacuhkanku apabila kau tak bangun, tahukahh kau kalau kau sudah tidur dari jam 10 pasti kau akan bangun, tapi tak pernah mengatakan ini padamu, karena aku bilang masih ada waktu 30 menit dan mengingatkanmu tak boleh bolos pun aku ditendang.
Siang hinngga sore aku harus sendirian tak ada kau perduli aku.
Seringkali tiap aku berkirim pesan padamu di baca pun tidak, padahal saat itu kammu sedang bermain Instagram atau mengunggah foto.
Menjelang malam ketika aku beristirahat, aku sering kali ingin bercerita kepadamu mengenai bagaimana hariku dan bagaimana juga harimu.
Namun pada kenyataannya bukan cerita yang kudapat, apabila aku mengungkap inginanku hanya untuk bercerita padamu kau bilang itu semua tak ada yang penting. Kau bilang komunikasi antara kita tidak penting.
Saat aku sedang bosan dan aku ingin ditemani, kau pun mungkin beranggapan sama bahwa aku tak sepenting itu. Seringkali aku mengemis, dan kenyataannya aku memang tidak dipedulikan. Entahlah aku nomor keberapa bagimu.
Tiap aku meeritakan apapun, ketika aku hanya ingin sedikit saja kau perhatikan kau bilang aku anak anak gabisa dewasa.
Aku sayang kamu. Tapi tolong jangan kau siksa lagi.
Hingga akhirnya kau pulang sangat larut malam dan kita tertidur tanpa sedikitpun kau mnanyakan kabarku.
Hingga akhirnya Pagi Terulang Kembali...
No comments:
Post a Comment