Selamat malam,
Aku menuliskan ini dalam kekalutan luar biasa.
Entah kenapa, entah. Aku tak mengerti, waktu memang tak pernah bergulir sempurna.
Kau yang membaca ini dalam diam.
Pernahkah kau merasa keputusaasaan?
Pernahkah merasa bahwa dunia tak lagi bersamamu lagi?
Pernahkah merasa bahwa penantianmu sia sia?
Aku rasa, aku pikir, aku berkata kita pasti semua pernah merasa.
Bagaimana rasanya?
Berulang lagi, berulang kembali, aku rasa kembali lagi dalam sebuah sepi dari puncak rindu yang tak berbekas.
Rindu selalu menyakitkan bukan?
Selalu selalu selalu
Menyakitkan mana kau rasa merindu atau malah sama sekali tidak merindu?
Dalam sepotong kertas putih yang tak ternoda kau tau?
Kau bisa menuliskan apa aja secara bebas. Secara leluasa.
Apakah sama apabila yang berwarna putih tersebut adalah kain?
Ataukah papan tulis kampus kita?
Beberapa media memang bisa dihapus begitu saja.
Tapi apa mungkin kita menyamakan itu semua?
Menyamakan atau disamakan memang kadang tidaklah penting.
Terkadang kita menemukan untuk ditulis saat saat yang terkadang tidak tepat.
Mungkin saat ini memang bukan waktu yang tepat.
Semua pertemuan memang tak pernah ada yang kebetulan.
Setiap pertemuan takkan kita ketahui apa akhir dari itu.
Namun, entah mengapa aku telah berhenti.
Haruskah aku berhenti menerima?
Haruskah tidak ada lagi pertemuan?
Haruskah aku melupa apa yang pernah terjadi hingga taklagi ada luka?
Apakah sebaiknya aku memang tak pernah lagi ada?
Aku ada?
Harusnya aku berhenti
HARUSNYA
HARUSNYA
HARUSNYA
ps :
KU MENULIS (MUNGKIN) DALAM KEPUTUSASAAN
No comments:
Post a Comment