Aku pernah mencintai begitu dalam, lalu dengan mudahnya kau gores dengan ketidakpercayaan. Kau pergi dan aku terjatuh. Mudah saja, bila pada waktunya nanti kau bakal mengingat seseorang yang pernah menangisi dan menahan kepergiammu.
Sunday, April 26, 2015
Friday, April 24, 2015
Semoga Kita tak Berganti Peran
Aku berada di persimpangan yang kaupun tak mengerti.
Aku yakin.
Jika kau sesekali memahami batas lelahku mungkin tak begini jadinya.
Ku yakin.
Berbagai keterbatasan yang menurutmu tak baik.
Tapi nyatanya menurutku itu yg terbaik.
Lelah kau tau.
Ingin ku berganti peran, tapi nyatanya berganti peran tak pernah semudah itu.
Lalu, pada akhirnya aku sendiri mengingat doaku.
Doa yang mungkin kaupun tak memahami.
Begini saja, aku berenti saja.
Aku lelah.
Mungkin doaku tak terwujud. Atau memang alam tak mengijinkan?
Aku bergantung pada alam. Bukan padamu.
Secinta-cintanya aku, tetap ada batas.
Dan mungkin ini batas lelahku.
Aku berhenti saat ini.
Lupakanlah tentang kita, hingga angan menjadi bekas.
Cukup kau diam saja disitu lalu kita masing masing beralih.
Dan saling melupakan.
Sepertinya itu yang terbaik.
Terkadang yang buruk bisa menjadi solusi terbaik, saat masalah yang lainnya tak dapat menjadi lebih baik.
Selamat tinggal, ternyata KITA tetap harus berganti Peran.
Monumen sebelas maret Yogyakarta
03.03 AM
(Sepi yang menyayat)
Wednesday, April 22, 2015
Mencintai itu menyakitkan
Ternyata mencintai lebih menyakitkan dibanding tidak dicintai.
Aku merasakannya sendiri.
Di saat cintaku sudah lebih dari 80% rasa sakitnya pun tidak berkurang malah bertambah.
Nyatanya aku memilih dilukai dibandingkan harus pergi.
Aku terlalu takut ditinggalkan.
Selamat, itulah kemenanganmu.
Karena, dengan begitu kau bisa semenamu. Kekuatanku pun nyaris tak tersisa.
Seperti halnya bulan yang bergantung pada matahari, sebelumnya aku bisa lebih kuat.
Namun mengenalmu buatku sadar.
Cinta memang sesederhana itu dalam menyakitimu
Friday, April 10, 2015
Bulan Setengah
Entahlah, hanya ada beberapa kalimat yang ingin kukatakan kini.
Apabila pada saatnya aku tak lagi disampingmu. Ingatlah. Bahwa aku mencintaimu.
Bila kau masih ada kuliah sesi 1, semoga kekasihmu memiliki jam tubuh yg lebih baik dari aku. Bangun sebelum matahari mengintip dari jendela kamarnya.
Maaf aku sering mengingatkanmu untuk tidak terlalu dekat dengan mereka. Mungkin kau sekarang tak merasa. Kelak ada saatnya kau sadar. Kuharap dia yg mendampingimu mengingatkanmu.
Jika kau lihat untaian puisi kuharap kau barang sekejap mengingatku yang pernah menulis cerita dan menoreh kenangan untukmu.
Semoga dia yang kau pilih lebih bisa menerimamu apa adanya. Tidak seperti aku yang banyak menuntut.
Apabila kau tidur semoga kekasihmu tidak lupa mengusap punggungmu, agar kau tidur nyenyak.
Apabila semua kisah tentang kita sudah kau kubur. Aku tak apa. Aku hanya dapat mengabadikan kisahmu disini.
Seperti seorang tak tak pernah menjadi prioritas. Ini memang sakit, saat kau meninggalkanku. Tapi percayalah, sakit ini demi kebahagiaan yang kau cari.
Aku merelakan kepedihan ini. Seperti air mata yang tak henti membasahi pipi. Seperti bahagia yang kau bawa pergi.
Kekasih, mungkin saja aku salah mencintaimu. Mungkin aku yang terlalu banyak berharap tentang kita. Mungkin aku membuatmu terkekang. Bila melepasku bahagia untukmu. Maka, lepaskanlah. Duka yang kubawa pergi tak mungkin sebanding seperti bahagiamu yang aku elukan. Bahagiamu yang aku utamakan. Aku tak ingin menjadi bulan setengah. Aku ingin menjadi bulan yang utuh. Mencintaimu dan membuatmu bahagia. Jika hadirku adalah beban maka usirlah. Hingga aku tak ada lagi.
Tuesday, April 7, 2015
Saturday, April 4, 2015
Segelas Bir dan Cerita Kita
Teruntuk Kekasihku,
Kekasih,hingga saatku menulis tiap rangkai surat ini, dinginku akan tubuhmu begitu menyayat.
Kekasih, rinduku mungkin tak sebandimg dengan kekecewaanku saat ini. Ketika perlahan kau tak mengabariku barang sekejap satu atau dua kalimat. Aku tak pernah menuntut terlalu banyak, kekasih. Tidak kau acuhkan dan kau membutuhkanku. Itu sepertinya sudah cukup bagiku, kekasih. Apalagi jika kau dapat mejadi teman bercengkeramaku. Demi apapun, aku mencintaimu. Hanya saja terkadang aku tak yakin, kau mencintaiku atau tidak? Mungkin cara mecintai kita yang berbeda sayang. Atau aku terlalu serius menghadapi ini. Percayalah sayang aku hanya ingin kamu berubah. Aku hanya ingin terus mencintaimu sampai akhir. Kuharap kita tak akan seperti gelas bir ini. Yang setiap tegukan kita rasa pahit namun dengan cepat habis. Aku ingin kita selalu manis dan langgeng selamanya. Selamat malam, kekasihku.