Sunday, July 27, 2014
Surat ((sang)) Masa Lalu
Sunday, July 13, 2014
Surat untuk Pak Prabowo
Saturday, July 12, 2014
Surat untuk Masa Lalu
Teruntuk Negeri Cahaya,
Selamat pagi. Entah sekarang pukul berapa ketika kau membaca ini tetap kuucap selamat pagi. Pagi adalah sebuah bagian waktu yang tak pernah aku rasakan. Aku tak pernah mengenal apa itu matahari dan apapula matahari terbit. Doaku hanya matahari terbit dan menerangi walaupun diufuk barat. Tak perduli apa kata kalian dimasa yang tak pernah menghargai arti cahaya. Merasa pun aku tak pernah. Apalagi untuk membenci.
Seperti halnya malam. Aku tak tau ada bulan atau satelit yang mengorbit planet berpenghuni. Hanya bayangan, cerita mimpi di negeri harapan. Aku pernah membaca itu semua. Iri? Tentu pasti. Menginginkan apa yang pasti takkan kita miliki, adalah hal tersulit dalam hidup. Aku berdoa, menyembah, memohon apa daya semua berkata ini, "Ini kutukan Tuhan.'' Aku tau yang sebernarnya tapi sulit untuk yang mengatakan dan mengakui yang sebenarnya. Pernah dengar? Jujur terkadang melukai. Lalu untuk apa sebuah kejujuran? Jika ketika berinteraksi kejujuranlah yang kita tutup tutupi. Selalu kebohongan berakhir manis. Ya setidaknya aku muak dengan sermua itu. Ah kembali ku bercerita. Matahari, bulan, bintang lenyap tak lama sebelum aku lahir. Kata mereka, kita spesies pembawa dosa. Nyatanya kalianlah dalang dari semua kehancuran itu.. Kalian tak menjaganya, apalagi menghormati. Cinta di negeri kami hampir punah. Kejujuran tak lagi ada. Kebohongan terus bertumpuk. Kalian yang membaca ini pasti pernah merasakan dicium dengan mata terpejam dan penuh nafsu bukan? Disini. Pada zaman ini tak lagi ku rasakan. Ciuman alat kebohongan. Menunjukkan nafsu? Ah para gadis pasti membunuh kami. Di negeri kami jujur sudah termasuk alasan yang kuat untuk membunuh. Undang Undang yang kalian kenal berbeda dengan sekarang. Bahkan kebalikan. Melakukan hubungan seksual bukan karena nafsu melainkan formaslitas belaka. Tak ada on clinic, apalagi klinik tong fang. Semua kebohongan. Kebohongan yang utama.
Selamat pagi kamu yang membaca ini. Kalau kau membaca sebelum pagi kumohon kau baca tiap pagi. Bantu aku. Aku ingin merubah zaman ini. Zaman kalianlah yang membantu. Dimana kejujuran dihargai. Dimana hati nurani masih terdengar. Tolong, jangan nodai kesucian zaman kalian. Jangan pernah memutarbalikkan sesuatu. Masa depan selalu dapat berubah, masa lalu selalu jadi penyesalan. Tolong, jangan buat aku tak pernah merasa matahari terbit. Aku ingin melihatnya, katanya indah sekali ya ? Kirimi aku jika kamu dapat membaca surat ini.
Salam sayang,
Aku di (masa) depanmu
Sunday, July 6, 2014
Surat untuk Hati
Wednesday, July 2, 2014
Surat Terbuka Untuk (Calon) Pacarku
Ku dengar saat ini sedang banyak yang menulis surat terbuka. Kau ikut tidak? Atau bahkan kau tak mendengar. Ah kau selalu begitu sayang. Terlalu nyaman berdiam di benakku. Tanpa berkutik dan tanpa gerak sedikitpun. Kau membuat hariku menjadi lebih tenang.
Sayang, aku tau dn aku begitu paham kondisi ketika aku sedang menulis surat ini dikamar yang lebih mirip kandang monyet. Aku menggunakan monyet karena aku menghargai teori Eyang Darwin. Kalau kita hasil evolusi dari spesies kera itu sendiri. Mari kita lanjut sayang sebelum aku melntur dan melalangbuana semakin mesra. Aku tahu sayang, saat aku menulis surat ini da kamu membacanya kamu pasti berpikir ini untuk siapa. Aku menulis ini untukmu sayang, namun kita belum berpacaran. Apa boleh buat aku tetap menulis ini. Ini surat saat aku tulis memang belum bertuan. Namun jika kamu ingin menjadikan surat ini untukmu kamu isa terus terang sama aku. Gak ada salahnya kan?
Hati ini tergerak sayang melihat surat ini ama terbengkalai. Ya sebenarnya begitu sepele. Bukannya sebuah surat harus ada tujuan? Lama aku memikirkan tujuan surat ini. Tetap sayang otaku terlalu lemah. Aku tetap belum menemukan surat ini untuk siapa. Ya sekali sekali aku melanggar UNDANG UNDANG SURAT dan aku membuat surat ini (belum) bertuan. Surat yang jujur ini tak mungkin aku biarkan di pojokan kamar bersama onggokan baju kita sayang. Terlalu tragis akhir surat ini. Namun aku akan mencari dan trus mencari yang dapat menghargai surat (tak) bertuan ini.
Sayang, ini sudah pagi bukan? Rasanya kamu harus tidur. Jika ketika kamu membaca ini tidak pagi, melainkan siang,sore ataupun malam anggap saja ini pagi. Dimana kamu membangunknku dengan ciuman mesra mu itu. Selamat Pagi Sayang. Semoga hadirnya suratku dapat membuatmu jadi bahagia.
(Dicintai terkadang lebih sulit daripada mencintai,karena terkadang kita sering tak sadar menyakitinya)
Dari,
(Calon) Pacarmu