Wednesday, February 18, 2015

Mas, aku lelah

Selamat pagi,
Aku mengirim surat ini untuk bercerita padamu, mas. Ya sudah beberapa minggu ini aku benar benar tidak memiliki teman bercerita. Kau tahulah, mas. Sepertinya aku salah. Aku mulai saja ya mas ceritaku. Seperti dering alarm yanh membuatku beranjak dari tidurku, tapi entah kenapa hari ini aku sama sekali tidak dapat memejamkan mata sebelum pukul 5 pagi hari mas. Dan lagi, sepagi ini aku sudah terbangun. Tidak sampai 2 jam aku tertidur mas. Kau tahu mas? Aku mulai malas mas dan lelah. Merasa seperti tak dihargai mas. Bukankah kau juga pernah merasa begitu mas bersama mantanmu dulu? Iya mas. Aku lelah tapi ditinggal tidur begitu saja. Memegang handphone pun tak diiijinkan mas. Apa maunya mas? Kau setidaknya lebih mengerti dia mas. Kau yg beralat kelamin sama seperti dia mas? Mas aku ingin bertanya. Lalu sampai kapan aku harus menyerah? Apabila kini pun aku sudah lelah.
Selamat melanjutkan tidur mas. Setelah membaca suratku ini. Kutahu kau masih sangat mengantuk

Dari,
Adikmu

Aku Berhenti !

Arggggggghhhh lelah kukatakan padamu kali ini. Sungguh. Entah aku tak samggup lagi menahannya. Aku lelah dan ingin berhenti saja. Ketenangan serta kenyamanan yang kuharapkan tak juga ada. Kasih sayang yang kukira tak juga ada. Lalu aku kini telah pada ujungnya, untuk apa aku disini? Buat apa lagi aku bertahan? Memuaskanmu? Tak ku mengerti lagi. Kemalasan merajalela dan kantukku pun tak lagi bersahabat.
Aku ingin berhenti kali ini. Tak mengapa tentang semuanya. Aku hanya telah tak tahan lagi. Mungkin aku lemah. Ya begitulah. Aku berhenti segalanya.

Saturday, February 14, 2015

Batas Lelahku

Selamat siang, ada yang ingin kukatakan tentang kita. Kurasa ini penting, sudah cukup lelah aku sendiri. Begini, Asa yang kini telah hilang membuatku menyadari banyak hal kini, luka yang kau pupuk perlahan melalui sikap arogansimu yang awalnya masih dapat ku tolerir.
Namun, pada nyatanya sampai kapan aku harus kembali dan bertahan? Menantimu yang sebenarnya tak kumengerti perasaanmu? Keegoisanmu yang kurasa semakin membabi buta? Seperti langit mendung yang memakan sinar matahari yang indah. Seperti itulah kau semakin lama, semakin menyesakkan dan aku tak sanggup lagi apabila harus bertahan jika hatimu bukan hanya untuk aku. Harus disini apabila kau tak bisa kuajak cerita. Dan yang lebih penting harus bertahan dengan segala kegenitanmu dan anomali hubungan kita.
Kau tahu? Rasa bisa jadi pupus apabila tak di pupuk kembali. Kepedean dapat menjadi boomerang mu sendiri apa bila kau tak merubah. Keadaan akan semakin buruk apabila kau terus membuat buat cemburu. Percayalah aku sungguh lelah. Sudah dulu aku ingin melanjutkan ini langsung denganmu. Walau kau tak membaca ini.

Nb :
Sepertinya, lebih baik jatuh cinta kepada orang yang salah. Dibanding, membuka hati dan menerima orang yang salah. Sakitnya itu..

Aku ingin bercerita, bercengkerama, dan tertawa lepas denganmu! Tapi apa? Kau tak bisa kuajak cerita sama sekali. Selera humor kita yang berbeda atau kau yang tak lucu? Aku tak mengerti. Yang aku tau aku lelah diam disini

Apa kau menyesalinya?

Hai.. Selamat mengacuhkanku di hari ini, begini aku saat ini ditemani oleh beribu tetes air dari sisa sisa air hujan dalam waktuku mengenangmu dahulu. Mungkin tentang perbedaan sikap lalu rasa yang membuatku terlupa. Ya disini aku lagi lagi menulis untukmu, tapi bukan tentangmu melainkan tentang perasaanku yang kutujukan padamu. Ya dalam bahasa terus terangnya saat ini aku akan buat pengakuan tentang perasaan cintaku. Sesuai bukan dengan tema pada tanggal 14 Februari ini yang biasa orang kenal dengan valentine?
Mungkin kamu tak akan peduli ataupun membaca surat ini, tapi ijinkan aku mengabadikan melalui surat pengakuan ku ini. Begini, aku tak tahu apa yang dibenakmu siang tadi sehingga tega sekali menulis pm yang menyatakan dirimu jomblo lalu menyuruh para wanita untuk merapat. Aku tau kita memang dalam zona yanh tak terdeteksi. Bila dikatakan teman tak mungkin teman sampai semesra dan berbagi rasa seperti kita. Bila kita dikatakan pacaran sampai saat inipun kita tak ada hubungan apapun? Lalu apa kita? Kalo hanya teman kenapa kau cemburu? Kalo katamu aku takkan menjadi siapa siapamu untuk apa aku bertahan? Lalu kenapa kau harus menjagaku sedemikian erat apabila kita tak ada apa apa? Apa kau hanya seorang penyayang? Lalu buat apa kau mengatakan cintamu bila hanya untuk dibuang secara percuma? Untuk apa pula kau mengenalkanku sebagai cewekmu apabila hanya pura pura? LUKA! Asal kau tahu itu

Sebenernya dahulu aku tak berharap apapun, jujur saja awalnya aku bahkan malas apabila harus berhubungan denganmu. Namun, kegigihanmu tiba tiba saja perlahan membuatku dapat membuka hati. Dapat menerimamu secara apa adanya dan mulai dapat menerimamu. Namun kenapa setelah aku mulai yakin malah kamu yang pergi? Ataukah aku terlambat menyadari? Aku rasa semalam kita baik baik saja? Lalu kenapa kau harus menjauh? Ya begitulah kini aku sudah menyayangimu dan mencintaimu. Persetan banyak yang bilang tentang kau. Seperti kamu yang tak peduli apa yang orang katakan tentang rambut kribomu itu. Tapi tolonglah. Jika kau sudah berhenti beritahu aku. Jangan buat aku mencintaimu lebih dalam lagi. Aku punya perasaan. Aku punya hari yang mudah terluka dan mati. Dan kini kukatakan, kemarin aku sempat bilang bahwa status itu tidak penting sekarang tidak. Status tetaplah penting walau bukan yang utama. Karena saat ini kamu pasti jomblo. Aku yakin. Karena dengan begitu kau (mungkin) bisa menjadi milikku selamanya.
Kini, aku akhiri surat ini. Bisa jadi ini surat yang terakhir aku kirimkan. Terang saja, apabila kita tidak baik baik saja mungkin aku tak akan percaya lagi cinta. Karena yang aku yakin dan percaya semudah itu mendustai.
Selamat hari kasih sayang. Semoga kau mendapat kebahagiaanmu tiap hari.

Dari,
Gadis yang (pernah) kau dekati

Friday, February 13, 2015

Senja bersamamu

Waktuku telah hampir habis. Memandang senja dan jagung bakar di pinggir pantai. Secara tak langsung kita melihat senja dengan bersama. Ya bersamamu akan kukenang selali

Wednesday, February 11, 2015

Lebih baik kau menyerah saja untuk mencintaiku. Lebih enak kau pergi bersama teman temanmu dan menghabiskan waktumu bersama mereka. Karena, jika kau memilih terus  bersamaku kau pasti merasa kesulitan. Kau harus tahu aku banyak maunya. Termasuk salah satunya aku mau kamu. Terserah, yang penting sudah aku ingatkan

Move On dong

Hei kamu yang belum move on,
Benar kan sesungguhnya kamu belum move on? Haha mungkin kamu sekarang bisa mengelak tapi sebentar deh, aku mau cerita. Mungkin dengan ceritaku ini kamu jadi sadar kalo kamu memang belum move on.
Seperti biasa kita mulai dekat ya awalnya memang aku mengacuhkan mu. Tapi entah karena kebutuhan ataupun keinginan perlahan aku mendekat kepada kamu yang perhatian sama aku. Awalnya aku mematahkan segala ego ya saat itu aku sadar kalo ego nomor satu bagaimana aku dapat bahagia. Lalu setelah kita dekat kita mulai saling mengenal secara intim. Bercengkerama lalu tertawa. Begitulah. Namun saat kita mulai dekat entah hanya perasaanku ataupun emang begitulah kamu. Kamu masih terbayang bayang masa lalumu dan sering membicarakan mereka.
Saat aku belum punya perasaan lebih padamu. Mungkin aku santai aja. Tapi kini? Kau mengerti bagaimana rasanya? Cobalah tuk mengerti kalau kamu belum siap buka lembaran baru, jangan dekati orang lain. Karena itu hanya akan menyakiti hatinya.
Sudah dulu ya kamu. Mantan bule mu itu mungkin lebih sempurna dibanding aku. Dan mantan pertamamu yang paling mengerti kamu. Tapi ini aku. Aku hanya aku. Bukan siapa siapa. Hanya seorang gadis yang mudah menyukai sesorang tapi selalu pesimis tentang cinta. Kemarin, aku sempat yakin kepadamu, kini aku kembali meragu. Kau tahulah. Raguku mulai menguat kembali. Apa memang aku selalu jatuh cinta dengan orang yang salah? Ataulah dalam waktu yang salah?

Dari ,
Aku yang (mulai) mencintaimu

Sebagai calon pacar yang baik terkadang kita harus meninggalkan kebiasaan lama dan mulai beradabtasi walau sulit

Hujan..  Ku sendiri terbawa angin yang mengajakku pergi karena lelah telah tak berujung

Solo Travelling bagi Wanita? Why Not?

Siapa pun pasti ingin mengunjungi dua provinsi dan indah dari daerah tengah Indonesia ini kan?
Bali dan Lombok bagai sepasang pulau nan indah yang diberikan oleh Tuhan untuk Indonesia yang masih harus banyak berbenah.
Pada kesempatan beberapa minggu lalu sekitar bulan januari, setelah disibbukkan oleh UAS dan juga Remedi aku memantapkan hati dan juga jiwa untuk berkunjung kesana. Bermodal kenekatan dan pengetahuan minim aku memulai perjalanan dari jogja tanggal 25 sekitar pukul 7 malam WIB.
Menaiki travel menuju bandara di Surabaya untuk menaiki pesawat Air Asia pagi harnya untuk ke lombok. Sengaja dari Surabaya karena apabila dari Jogja harga yang ditawarkan sangat tinggi.Hampir setengah jalan sekitar pukul 3 pagi aku berada di tengah tengah perjalan untuk beristirahat sejenak,
Sayang sekali, travel yang aku tumpangi tidak memberikatn kupon gratis makan. Wah sangat tidak irit dengan harga 130ribu rupiah tidak mendapatkan makanan ataupun minuman.
Sampai di Bandara Juanda Surabaya sekitar pukul 3 pagi. Masih terlalu pagi untuk menghirup udara Surabaya pagi iu. Rasanya tak terbayangkan beberapa menit lagi akan berada di sebuah Provinsi yang lumayan jauh dan untuk pertama kalinya pun aku keluar dari Sumatera dan Jawa, seorang diri pula. Menanti pukul 08.00 rasanya lama sekali, mau tidur di bandara rasanya tidak nyaman ingin memutuskan masuk ruang tunggu? kok masih malas sekali rasanya. Kebimbangan pun terjadi disini.
mengobrol dengan seorang TKW hongkong bercerita tentang mengapa dia kembali lagi setelah berhenti menjadi TW selama 3 tahun.
Sedikit kupaksa seretan kakiku menuju masuk Ruang tunggu bandara, ternyata aku salah masuk terminal. Aku sedang berada di terminal 1 padahal seharusnya aku berada di Terminal 2 untuk maskapai penerbangan yang aku naiki. Diberi arahan oleh petugas setempat untuk bergerak ke Shuttle Bus menuju terminal 2 (konon katanya sejauh 6 km). Pernyataan si Petugas Bis ini akan berangkat tiap 15 menit sekali, sehingga aku langsung masuk kedalam bis karena sudah tak sabar ingin memejamkan mata walau hanya sekejap saja. Begitu memasuki bis Damri yang sangat dingin ini si Bapak Sopir menanyakan aku akan Flight jam berapa, kujawab saja saat itu dengan jujur yang begitu berakhi penyesalan. Karena, bis tidak cepat beranjak dan aku menunggu hampir 1,5 jam. Didalam bis dengan kedinginan luar biasa, kurasa lebih dari 20 derajat cecius dan hanya ada aku seorang diri didalam bis itu. Dengan menahan dingin menggunakan tas yang harus kumanfaatkan serta kain bali yang sangat membantu, aku dapat tertidur walau hanya sekitar 15 menit. Merasakan didalam sebuah bis yang sangat dingin merupakan pengalaman yang boleh kuceritakan bukan sebagai kenang kenangan solo travellingku bukan? Setelah terdampar dengan bis super dingin satu persatu orang memasuki bis yang kurasa acnya telah rusak. Sekitar pukul6 kurang bis mulai berjalan bersamaan dengan matahari yang mulai malu malu menampakkan sinarnya. 
Sampai di Bandara aku lekas masuk untuk check in dan membeli airport tax. Sampai diruang tunggu aku mengalami kelapara yang luar biasa dan roti yang kubawa tidak cukup untuk mengganjal perut ini. Dengan melihat sekitar dan memperhitungkan segala makanan di Bandara yang bukan budget backpaker banget, Memutuskan menyantap cronut dan segelas breakfast tea di Roti Boy dan menghabiskan uang sekitar 50 ribu rupiah. Tidur di sofa dan menikmati teh hangat merupakan suatu awal perjalanan yang baik kecuali harga makanan yang selangit dan gak backpacker banget.
Penerbangan sekitar pukul 08.00 wib dan sama sekali tidak mengalami delay cukup menyenangkan. Membuat awal yang sama sekali tidak menyebalkan. Sampai pada waktunya pesawatku mulai take off dan aku tertidur.
Aku begitu mencintai kata, yang terungkap sebagai renjana yang mengendap dalam segala amarah yang tak kunjung usai. Mencintai kata seperti mencintai kamu. Semoga
Ingatkah kau? Pertama kali kukenalkan Zarry Hendrik kepadamu. Di Sebuah pojok warung kopi yang sedikit remang dengan cahaya kuningnya? Saat itulah. Cintaku semakin dalam

Tuesday, February 10, 2015

Surat Untukmu (Lagi)

Hai kamu, selamat pagi ya. Kurasa aku sudah dapat menyebut saat ini pagi, kan?
Begini, sengaja aku kirimkan surat padamu lagi. Aku tahu kamu sedang berusaha meraih sesuatu bukan? Kau pernah bercerita padaku semester inikau bakal belajar yang rajin dan menaikkan ip, benarkah kau sungguh sungguh menyatakannya? Dengan begitu doaku disini tulus mendoakan yang terbaik umtukmu.
Selain masalah ip adakah yang perlu ku doakan lagi?
Tentang kau mencari pacar bule itu harus serta kudoakan? Ataukah kau ijinkan jika aku disini takkan berdoa atas keinginanmu tersebut, Bukan, bukannya aku tak bahagia ataupun merasa bahwa kau milikku. Hanya saja, hatiku yang mengatakan bahwa aku tidak cukup ikhlas kau punya pacar.
Hei.. Jangan kau salah sangka dulu lah, aku disini toidak berharap jadi pacarmu. Sama sekali. Karena sesungguhnya aku sudah benar benar malas melakoni sebuah hubungan yang bisa dianggap orang tua maupun kadang aku sendiri serius tappi kamu malah main main. Begitulah. Memang kalo aku serius kamu pasti serius? Tidak bosan? Kan namanya hati manusia susah ditebak.
Ah malah pengakuan jadinya disini. Maaf loh kalo kamu gak berkenan.
Jangan lupa kau belajar! Kasihan Mamak di Kampung. Love You :*

Monday, February 9, 2015

Pengennya sih Romantic Dinner, tapi...

Hai,, Sebentar lagi hari valentine bukan? Alangkah cepatnya waktu berlalu. Rasanya baru kemarin hujan abu menyelimuti kotaku dan rasanya aku belum beranjak dari kejombloan yang mulai mengakar. Rasa - rasanya joblo ini sudah mulai mengakar. Entah mengapa begitu susahnyamlepaskan status yang sudah menjadi identitas. Ketakutan tentang banyak hal terutama. Ketakutan yang membuatku terkadang lemah akan hal baru. Kelemahan yang sungguh sangat menyesatkan bukan? Lalu sampai kapan aku dapat berlindung dalam segala status yang seringkali orang tertawakan? Ataukah ku malah merasakan menjadi bahan tertawaan itu menyenangkan?
Ah bicaraku sudah mulai tak sesai dengan judul post ini. Begini, tiba tiba saja tadi sore aku begitu ingin merasakan Romantic dinner. Rasanya pasti enak sekali makan malam berda dengan suasana Romantis lalu melihat mawar bertaburan. Ah... Sebentar, khayalan itu tiba tiba saja lenyap tak bernyawa lagi. Karena begitu khayalan itu semakin dalam aku sadar bahwa aku sebenarnya tidak punya pacar.

Susahnya KRS

Hai, aku menulis surat ini dalam keadaan putus asa yang luar biasa. Kamu pasti pernah merasakan yang kini aku rasakan. Aku rasa dimanapun universitasmu padti kau merasa susahnya input KRS. Aku merasa hal ini baru saja. Ya mungkin sekitar 5jam lalu. Hingga aku tak dapat berkata apa apa lagi. Tolong tenangkan aku. Siapapun kamu. Kumohon bantu aku ringankan sedikit saja bebanku dengan canda tawamu semoga dengan begitu aku dapat merasa sedikit enakan. Agar aku dapat berpikir jernih.
Kamu, doakan aku ya agar kelas F Hukum Pidana mengalami kenaikan kuota. Doamu sungguh kubutuhkan saat ini. Siapapun, kamu.

Saturday, February 7, 2015

Wahai Pujangga

Selamat sore Pujangga,
Kudengar beberapa hari ini mood menulismu begitu berantakan bukan?
Apa gerangan yang terjadi? Hingga kemampuan menuismu dapat lenyap dan menguap?
Apa yang sedang kau rasakan wahai pujangga?
Bukankah kau biasanya dapat menimbulkan mood?
Siapakah yang merebut sang Pujangga ini?
Apakah kenangan yang membunuh? Ataukah kerinduan yang telah lapuk?
Ceritakan padaku, pujangga.
Aku akan membantu sebisaku agar kau dapat menulis surat indah penuh makna untukku lagi.

Dari,
Penggemarmu

Friday, February 6, 2015

Kuharap kau membaca ini

Selamat siang,
Jogja hari ini sangat panas ya seperti hatiku yang diam diam mulai jenuh.
Ya saat merasa panas kita pasti langsung terasa lelah,lesu, lemas bukan?
Begitu jugalah aku sayang. Jenuh kurasa. Apa? Kau mau tanya kenapa? Terlalu banyaklah. Lelah ku kau buat. Aku butuh teman bercengkerama yang menanggapi ceritaku, bukan yang hanya bisa menjawab oh. Lalu apa bedanya aku menulis di buku diary kalo juga tahu tidak akan kau tanggapi? Kau jawab kau gatau mau bilang apa kan? Kali ini aku yang tak tahu. Sungguh. Lalu kau merasa apa? Aku takkan lepas sehingga omonganmu sebegitunya. Ah aku terkadang dungguh tak mengerti maumu. Namun sampai kapan aku harus mengerti dalam ketidakmengertian? Lalu sampai kapan aku harus berdiam? Lelah. Asal kau tahu itu. Kan kucoba mengerti walau hanya sampai batas berakhir apabila kau tak merubahnya. Ku harap kau membaca ini

Wednesday, February 4, 2015

Awal dari pertemuan kita

Selamat ah aku tak tahu harus berucap salam apa.
Kubilang malam? Nyatanya ini sudah mulai pagi. Kubilang pagi? Matahari belum malu malu untuk menyinarkan sinarnya. Kataku dia masih sangat lama untuk Mulai bersinar. Ah. Mari lupakan tentang waktu dan kita beranjak ke tema hari ini. Tentang sebuah cerita pertemuan bukan? Ada pertemuan tak terduga yg terjadi disini.
Pertemuan yang sangat tak mungkin terjadi  sejauh itu awalnya. Namun bukankah semua yang akan terjadi bisa terjadi? Walau tak mungkin? Ya sebuah pertemuan penuh kebetulan. Walaupun aku sangat yakin tak ada yang kebetulan di dunia ini. Termasuk kau.

Malam itu ingat sekali, seminggu setelah ulang tahunku. Ya aku takkan melupakan. Malam minggu saat itu. Itupun membuatku ingat. Sejak sore hari kurasa hujan turun begitu deras. Ya saat uitu aku sedang bingung mau ngapain. Kata orang jaman sekarang sih gabut. Entahlah dari  mana kata itu berasal, tapi bukannya disini kita takkan membahas tentang kata itu? Ada yang sedang ingin aku ceritakan. Mendesak menjelma dalam sebuah keabadian surat cinta. Ku doakan surat cinta ini memang akan abadi apabila tak ku hapus. Kuharap begitu pun. Kenangan pertemuan yang tak terlupa, bagai keabadian dalam sanubari. Bukan hanya distraksi di kala kesunyian melanda. Bukan pula seperti diazepam yang memaksa. Tidak. Aku hanya ingin sesederhana surat cinta dengan kata terlukis indah di dalam kertas warna warni. Sudah makin lama aku makin melantur, kini kuceritakan saja. Maaf bila terlalu panjang kau sudah boleh berhenti disini untuk membacanya. Karena aku akan berusaha bercerita sedetail mungkin. Dan mengingat dalam tiap detik pertemuan. Bukankah ini bercerita tentang pertemuan. Mari kita mulai saja....

Malam saat itu sudah mulai pekat, sepertinya jam dinding sudah mulai berdentang 9 kali, saat temas satu kosku mengajak diriku keluar, yang saat itu aku sedang tak tahu mau berbuat apa. Nah mulai dari sini segala cerita bermula. Pertemuan kita.
Boleh kukatakan bahwa saat itu aku hanya berkenalan secara sederhana denganmu wahai adek dari fakultas sebelah ku?
Kita berkenalan sungguh dengan sederhana. Saling mengucap nama saling bertukar salam. Sederhana bukan? Sederhana memang namun terkadang sederhana tak membuat segalanya menjadi mudah. Sebuah pertemuan sederhana pun tak semudah dilupakan . Ya saat itu yang kuingat kau kribo. Benar benar memiliki rambut nyentrik. Eh tapi kau jangan marah dulu. Tentu aku ingat kamu. Terutama rambutmu.

Tak lama setelah pertemuan itu seorang teman yang mengajakku ikut saat itu bercerita tentang kamu. Si rambut kribo kami memanggilmu. Namamu begitu sulit kuingat kau tahu? Kudengar darinya kau meminta kontakku. Ah aku hanya tertawa. Rasanya kau begitu aneh hingga meminta kontakku. Tapi tenang saja saat itu aku begitu bersyukur temanku tidak memberi salah satupun kontakku.  Tapi apa yang kita syukuri di masa lalu terkadang bukan yang akan kita syukuri dimasa depan bukan.  Sepertinya hubungan kita memang menjadi yang benar tak terduga. Walaupun kini menjadi undefined zone tapi nyamanku memang mengalahkan segala keegoisan. Ya segala memang tak terduga. Begitulah kurasa segala yang ada memang tak ada yang kebetulan yang ada hanyaln segala yang terjadi memang terjadi.
Kuselesaikan surat ini dengan banyak pertanyaan tentang kita. Ya kita memang sedang dalam zona yang benar benar tak terdeteksi. Jika kau tanya hubungan kita aku benar tak tahu hanya dapat kukatakan aku menyayangimu melebihi menyayangi seorang teman dan aku rasa kaupun begitu.
Jaga hati ya buat aku: *

Nb : Aku menulis saat didekatmu

Aku, kamu, hujan, dan lapar

Selamat malam,
Kutulis dalam kekalutan malan yang semakin memburu.
Entah emosi apa yang membuatku kini tak lagi berarah.
Apakah semua emosi itu berarti buruk?
Bukankah segala luapan rasa juga merupakan emosi?
Lantas kenapa harus emosi berkonotasi negatif?
Katamu emosi langsung saja kupikir kau marah.
Mungkin kau sedang.jatuh cinta atau kau malah bahagia. Bukankah itu emosi?
Ya emosi yang kurasakan sekarang. Emosi yang tidak dapat kau artikan buruk. Bukan bahagia. Melainkan rasa nyaman berlebih katanya rasa nyaman bahkan melupakan status pertemanan. Apakah benar begitu? Ah percuma. Kau pun tak membaca ini. Hanya secarik sampah yang tak pernah kau percayai. Yang mudah saja kau lempar dan kau buang di tempat sampah. Kau bahkan sedikitpun tak mempercayai emosi ku. Begitukah yang sebenernya? Bercanda kah kau kembali? Ah. Pusing nian aku menghadapi mu.  Tak lagi kumengerti segala yang kau pikirkan. Entahlah. Mungkin berjalannya waktu lambat laun kau akan memahami. Kini lebih baik kututup dulu saja surat ini dahulu.
Selamat menikmati hujan dan lapar ya.

Tuesday, February 3, 2015

Senja Diam Diam

Selamat sore,
Dalam hati kuungkap segala tentang rindu. Terkadang rindu yang tak mengakui apapun.  Bahkan mengakui kamu.
Rindu macam apa lagi yang kuungkap hingga kau buat begitu.
Rindu menyiksa kau buat aku.
Segala hangat dan harum tubuhmu membuatku teringat. Aku merasa nyaman didekatmu. Dipelukmu yang tak tau hingga kapan merasakannya.
Kau tak pernah tau. Dan tak akan tahu.
Ku simpan erat seerat kotak harga karun jaman dahulu. Seerat itukah perasaanku padamu? Atau malah perasaanmu padaku? Dalam diam semuanya kurasa akan terungkap. Seperti senja yang mengungkap secara diam. Meninggalkan sinar dengan keindahan yang ada. Kuharap kutitip rindu seperti kepada senja yang diam diam akan menghilang sendirinya

Dari,
Kau tahu siapa

Monday, February 2, 2015

Surat hari ketiga yang terlupakan

Selamat siang kotaku,
Kurasa kini aku memanggilmu menjadi kotaku karena aku akan menetap setidaknya 3-4 tahun lagi disini.
Setidaknya itu bisa membuatku merasa bahwa kau memang kotaku.
Kota yang membuat aku selalu betah untuk menuntut ilmu.
Hari ini aku baru sampai. Dari mencoba pengalaman baru solo travelling ke dua provinsi. Kau tau pertama kalinya aku keluar dari pulau jawa dan sumatera. Rasanya ah aku menemukan atmosfir baru yang membuat hatiku menggebu. Untuk segera kembali menjelajahi kota dan provinsi lain di Indonesia.
Semoga hari ini kita bisa bersahabat kembali wahai kota Yogya ku.

Nb: kemarin aku lupa ngepost