Wednesday, February 4, 2015

Aku, kamu, hujan, dan lapar

Selamat malam,
Kutulis dalam kekalutan malan yang semakin memburu.
Entah emosi apa yang membuatku kini tak lagi berarah.
Apakah semua emosi itu berarti buruk?
Bukankah segala luapan rasa juga merupakan emosi?
Lantas kenapa harus emosi berkonotasi negatif?
Katamu emosi langsung saja kupikir kau marah.
Mungkin kau sedang.jatuh cinta atau kau malah bahagia. Bukankah itu emosi?
Ya emosi yang kurasakan sekarang. Emosi yang tidak dapat kau artikan buruk. Bukan bahagia. Melainkan rasa nyaman berlebih katanya rasa nyaman bahkan melupakan status pertemanan. Apakah benar begitu? Ah percuma. Kau pun tak membaca ini. Hanya secarik sampah yang tak pernah kau percayai. Yang mudah saja kau lempar dan kau buang di tempat sampah. Kau bahkan sedikitpun tak mempercayai emosi ku. Begitukah yang sebenernya? Bercanda kah kau kembali? Ah. Pusing nian aku menghadapi mu.  Tak lagi kumengerti segala yang kau pikirkan. Entahlah. Mungkin berjalannya waktu lambat laun kau akan memahami. Kini lebih baik kututup dulu saja surat ini dahulu.
Selamat menikmati hujan dan lapar ya.

No comments:

Post a Comment