Wednesday, February 4, 2015

Awal dari pertemuan kita

Selamat ah aku tak tahu harus berucap salam apa.
Kubilang malam? Nyatanya ini sudah mulai pagi. Kubilang pagi? Matahari belum malu malu untuk menyinarkan sinarnya. Kataku dia masih sangat lama untuk Mulai bersinar. Ah. Mari lupakan tentang waktu dan kita beranjak ke tema hari ini. Tentang sebuah cerita pertemuan bukan? Ada pertemuan tak terduga yg terjadi disini.
Pertemuan yang sangat tak mungkin terjadi  sejauh itu awalnya. Namun bukankah semua yang akan terjadi bisa terjadi? Walau tak mungkin? Ya sebuah pertemuan penuh kebetulan. Walaupun aku sangat yakin tak ada yang kebetulan di dunia ini. Termasuk kau.

Malam itu ingat sekali, seminggu setelah ulang tahunku. Ya aku takkan melupakan. Malam minggu saat itu. Itupun membuatku ingat. Sejak sore hari kurasa hujan turun begitu deras. Ya saat uitu aku sedang bingung mau ngapain. Kata orang jaman sekarang sih gabut. Entahlah dari  mana kata itu berasal, tapi bukannya disini kita takkan membahas tentang kata itu? Ada yang sedang ingin aku ceritakan. Mendesak menjelma dalam sebuah keabadian surat cinta. Ku doakan surat cinta ini memang akan abadi apabila tak ku hapus. Kuharap begitu pun. Kenangan pertemuan yang tak terlupa, bagai keabadian dalam sanubari. Bukan hanya distraksi di kala kesunyian melanda. Bukan pula seperti diazepam yang memaksa. Tidak. Aku hanya ingin sesederhana surat cinta dengan kata terlukis indah di dalam kertas warna warni. Sudah makin lama aku makin melantur, kini kuceritakan saja. Maaf bila terlalu panjang kau sudah boleh berhenti disini untuk membacanya. Karena aku akan berusaha bercerita sedetail mungkin. Dan mengingat dalam tiap detik pertemuan. Bukankah ini bercerita tentang pertemuan. Mari kita mulai saja....

Malam saat itu sudah mulai pekat, sepertinya jam dinding sudah mulai berdentang 9 kali, saat temas satu kosku mengajak diriku keluar, yang saat itu aku sedang tak tahu mau berbuat apa. Nah mulai dari sini segala cerita bermula. Pertemuan kita.
Boleh kukatakan bahwa saat itu aku hanya berkenalan secara sederhana denganmu wahai adek dari fakultas sebelah ku?
Kita berkenalan sungguh dengan sederhana. Saling mengucap nama saling bertukar salam. Sederhana bukan? Sederhana memang namun terkadang sederhana tak membuat segalanya menjadi mudah. Sebuah pertemuan sederhana pun tak semudah dilupakan . Ya saat itu yang kuingat kau kribo. Benar benar memiliki rambut nyentrik. Eh tapi kau jangan marah dulu. Tentu aku ingat kamu. Terutama rambutmu.

Tak lama setelah pertemuan itu seorang teman yang mengajakku ikut saat itu bercerita tentang kamu. Si rambut kribo kami memanggilmu. Namamu begitu sulit kuingat kau tahu? Kudengar darinya kau meminta kontakku. Ah aku hanya tertawa. Rasanya kau begitu aneh hingga meminta kontakku. Tapi tenang saja saat itu aku begitu bersyukur temanku tidak memberi salah satupun kontakku.  Tapi apa yang kita syukuri di masa lalu terkadang bukan yang akan kita syukuri dimasa depan bukan.  Sepertinya hubungan kita memang menjadi yang benar tak terduga. Walaupun kini menjadi undefined zone tapi nyamanku memang mengalahkan segala keegoisan. Ya segala memang tak terduga. Begitulah kurasa segala yang ada memang tak ada yang kebetulan yang ada hanyaln segala yang terjadi memang terjadi.
Kuselesaikan surat ini dengan banyak pertanyaan tentang kita. Ya kita memang sedang dalam zona yang benar benar tak terdeteksi. Jika kau tanya hubungan kita aku benar tak tahu hanya dapat kukatakan aku menyayangimu melebihi menyayangi seorang teman dan aku rasa kaupun begitu.
Jaga hati ya buat aku: *

Nb : Aku menulis saat didekatmu

No comments:

Post a Comment