Karena, aku mencintaimu bukannya tanpa alasan.
Dengan begitu kau dapat semena mena.
Coba kau gambarkan dalam pasir putih yang kau lewati.
Jika ditimpa oleh hal yang buruk. Indahnya pun tak ada lagi.
Begitulah cintaku
Sunday, May 31, 2015
Friday, May 1, 2015
Aku sedang mencintai. Dengan sungguh sungguh. Sejak lama aku baru sekarang merasa sedalam ini larut dalam cinta. Namun, apa akhirnya? Aku tak penting dan tentu tak dihargai. Lelah? Pasti. Kecewa? Iya. Tapi bagaimana aku sangat mencintainya. Mungkin pada saatnya aku memang harus memasrahkan. Semoga, sebelum hati ini penuh luka. Lain kali, tak pakai hati aja deh. Terimakasih kau telah menyadarkanku. Bahwa cintaku memang tak penting
Sunday, April 26, 2015
Friday, April 24, 2015
Semoga Kita tak Berganti Peran
Aku berada di persimpangan yang kaupun tak mengerti.
Aku yakin.
Jika kau sesekali memahami batas lelahku mungkin tak begini jadinya.
Ku yakin.
Berbagai keterbatasan yang menurutmu tak baik.
Tapi nyatanya menurutku itu yg terbaik.
Lelah kau tau.
Ingin ku berganti peran, tapi nyatanya berganti peran tak pernah semudah itu.
Lalu, pada akhirnya aku sendiri mengingat doaku.
Doa yang mungkin kaupun tak memahami.
Begini saja, aku berenti saja.
Aku lelah.
Mungkin doaku tak terwujud. Atau memang alam tak mengijinkan?
Aku bergantung pada alam. Bukan padamu.
Secinta-cintanya aku, tetap ada batas.
Dan mungkin ini batas lelahku.
Aku berhenti saat ini.
Lupakanlah tentang kita, hingga angan menjadi bekas.
Cukup kau diam saja disitu lalu kita masing masing beralih.
Dan saling melupakan.
Sepertinya itu yang terbaik.
Terkadang yang buruk bisa menjadi solusi terbaik, saat masalah yang lainnya tak dapat menjadi lebih baik.
Selamat tinggal, ternyata KITA tetap harus berganti Peran.
Monumen sebelas maret Yogyakarta
03.03 AM
(Sepi yang menyayat)
Wednesday, April 22, 2015
Mencintai itu menyakitkan
Ternyata mencintai lebih menyakitkan dibanding tidak dicintai.
Aku merasakannya sendiri.
Di saat cintaku sudah lebih dari 80% rasa sakitnya pun tidak berkurang malah bertambah.
Nyatanya aku memilih dilukai dibandingkan harus pergi.
Aku terlalu takut ditinggalkan.
Selamat, itulah kemenanganmu.
Karena, dengan begitu kau bisa semenamu. Kekuatanku pun nyaris tak tersisa.
Seperti halnya bulan yang bergantung pada matahari, sebelumnya aku bisa lebih kuat.
Namun mengenalmu buatku sadar.
Cinta memang sesederhana itu dalam menyakitimu
Friday, April 10, 2015
Bulan Setengah
Entahlah, hanya ada beberapa kalimat yang ingin kukatakan kini.
Apabila pada saatnya aku tak lagi disampingmu. Ingatlah. Bahwa aku mencintaimu.
Bila kau masih ada kuliah sesi 1, semoga kekasihmu memiliki jam tubuh yg lebih baik dari aku. Bangun sebelum matahari mengintip dari jendela kamarnya.
Maaf aku sering mengingatkanmu untuk tidak terlalu dekat dengan mereka. Mungkin kau sekarang tak merasa. Kelak ada saatnya kau sadar. Kuharap dia yg mendampingimu mengingatkanmu.
Jika kau lihat untaian puisi kuharap kau barang sekejap mengingatku yang pernah menulis cerita dan menoreh kenangan untukmu.
Semoga dia yang kau pilih lebih bisa menerimamu apa adanya. Tidak seperti aku yang banyak menuntut.
Apabila kau tidur semoga kekasihmu tidak lupa mengusap punggungmu, agar kau tidur nyenyak.
Apabila semua kisah tentang kita sudah kau kubur. Aku tak apa. Aku hanya dapat mengabadikan kisahmu disini.
Seperti seorang tak tak pernah menjadi prioritas. Ini memang sakit, saat kau meninggalkanku. Tapi percayalah, sakit ini demi kebahagiaan yang kau cari.
Aku merelakan kepedihan ini. Seperti air mata yang tak henti membasahi pipi. Seperti bahagia yang kau bawa pergi.
Kekasih, mungkin saja aku salah mencintaimu. Mungkin aku yang terlalu banyak berharap tentang kita. Mungkin aku membuatmu terkekang. Bila melepasku bahagia untukmu. Maka, lepaskanlah. Duka yang kubawa pergi tak mungkin sebanding seperti bahagiamu yang aku elukan. Bahagiamu yang aku utamakan. Aku tak ingin menjadi bulan setengah. Aku ingin menjadi bulan yang utuh. Mencintaimu dan membuatmu bahagia. Jika hadirku adalah beban maka usirlah. Hingga aku tak ada lagi.
Tuesday, April 7, 2015
Saturday, April 4, 2015
Segelas Bir dan Cerita Kita
Teruntuk Kekasihku,
Kekasih,hingga saatku menulis tiap rangkai surat ini, dinginku akan tubuhmu begitu menyayat.
Kekasih, rinduku mungkin tak sebandimg dengan kekecewaanku saat ini. Ketika perlahan kau tak mengabariku barang sekejap satu atau dua kalimat. Aku tak pernah menuntut terlalu banyak, kekasih. Tidak kau acuhkan dan kau membutuhkanku. Itu sepertinya sudah cukup bagiku, kekasih. Apalagi jika kau dapat mejadi teman bercengkeramaku. Demi apapun, aku mencintaimu. Hanya saja terkadang aku tak yakin, kau mencintaiku atau tidak? Mungkin cara mecintai kita yang berbeda sayang. Atau aku terlalu serius menghadapi ini. Percayalah sayang aku hanya ingin kamu berubah. Aku hanya ingin terus mencintaimu sampai akhir. Kuharap kita tak akan seperti gelas bir ini. Yang setiap tegukan kita rasa pahit namun dengan cepat habis. Aku ingin kita selalu manis dan langgeng selamanya. Selamat malam, kekasihku.
Monday, March 30, 2015
Saturday, March 21, 2015
Cinta ini,Tuan.
Tuan, kemampuan menulisku hilang tiba tiba. Hanya cinta yang semakin meluap tak terkira. Jika aku bukan lagi seorang pujangga. Masihkah kau menyayangiku sedalam itu tuan?
Bukan pertanyaan tuanku.
Sekelumit doa dari tiap malamku tuan.
Mencintaimu bagai dunia baru bagiku.
Menjejaki berbagai titipan yang Tuhan berikan padaku. Termasuk rasa ini tuan.
Ijinkanlah aku menjagamu tuan. Mungkin hanya dengan doa yang kutitipkan. Akan kucoba dengan segenap hatiku tuan. Saling memasuki dunia baru. Bercumbu dalam kebersamaan kita,tuan. Semoga Tuan nyaman dan semakin nyaman denganku.
Dalam doa,
Padamu Kekasihku
Wednesday, February 18, 2015
Mas, aku lelah
Selamat pagi,
Aku mengirim surat ini untuk bercerita padamu, mas. Ya sudah beberapa minggu ini aku benar benar tidak memiliki teman bercerita. Kau tahulah, mas. Sepertinya aku salah. Aku mulai saja ya mas ceritaku. Seperti dering alarm yanh membuatku beranjak dari tidurku, tapi entah kenapa hari ini aku sama sekali tidak dapat memejamkan mata sebelum pukul 5 pagi hari mas. Dan lagi, sepagi ini aku sudah terbangun. Tidak sampai 2 jam aku tertidur mas. Kau tahu mas? Aku mulai malas mas dan lelah. Merasa seperti tak dihargai mas. Bukankah kau juga pernah merasa begitu mas bersama mantanmu dulu? Iya mas. Aku lelah tapi ditinggal tidur begitu saja. Memegang handphone pun tak diiijinkan mas. Apa maunya mas? Kau setidaknya lebih mengerti dia mas. Kau yg beralat kelamin sama seperti dia mas? Mas aku ingin bertanya. Lalu sampai kapan aku harus menyerah? Apabila kini pun aku sudah lelah.
Selamat melanjutkan tidur mas. Setelah membaca suratku ini. Kutahu kau masih sangat mengantuk
Dari,
Adikmu
Aku Berhenti !
Arggggggghhhh lelah kukatakan padamu kali ini. Sungguh. Entah aku tak samggup lagi menahannya. Aku lelah dan ingin berhenti saja. Ketenangan serta kenyamanan yang kuharapkan tak juga ada. Kasih sayang yang kukira tak juga ada. Lalu aku kini telah pada ujungnya, untuk apa aku disini? Buat apa lagi aku bertahan? Memuaskanmu? Tak ku mengerti lagi. Kemalasan merajalela dan kantukku pun tak lagi bersahabat.
Aku ingin berhenti kali ini. Tak mengapa tentang semuanya. Aku hanya telah tak tahan lagi. Mungkin aku lemah. Ya begitulah. Aku berhenti segalanya.
Saturday, February 14, 2015
Batas Lelahku
Selamat siang, ada yang ingin kukatakan tentang kita. Kurasa ini penting, sudah cukup lelah aku sendiri. Begini, Asa yang kini telah hilang membuatku menyadari banyak hal kini, luka yang kau pupuk perlahan melalui sikap arogansimu yang awalnya masih dapat ku tolerir.
Namun, pada nyatanya sampai kapan aku harus kembali dan bertahan? Menantimu yang sebenarnya tak kumengerti perasaanmu? Keegoisanmu yang kurasa semakin membabi buta? Seperti langit mendung yang memakan sinar matahari yang indah. Seperti itulah kau semakin lama, semakin menyesakkan dan aku tak sanggup lagi apabila harus bertahan jika hatimu bukan hanya untuk aku. Harus disini apabila kau tak bisa kuajak cerita. Dan yang lebih penting harus bertahan dengan segala kegenitanmu dan anomali hubungan kita.
Kau tahu? Rasa bisa jadi pupus apabila tak di pupuk kembali. Kepedean dapat menjadi boomerang mu sendiri apa bila kau tak merubah. Keadaan akan semakin buruk apabila kau terus membuat buat cemburu. Percayalah aku sungguh lelah. Sudah dulu aku ingin melanjutkan ini langsung denganmu. Walau kau tak membaca ini.
Nb :
Sepertinya, lebih baik jatuh cinta kepada orang yang salah. Dibanding, membuka hati dan menerima orang yang salah. Sakitnya itu..
Apa kau menyesalinya?
Hai.. Selamat mengacuhkanku di hari ini, begini aku saat ini ditemani oleh beribu tetes air dari sisa sisa air hujan dalam waktuku mengenangmu dahulu. Mungkin tentang perbedaan sikap lalu rasa yang membuatku terlupa. Ya disini aku lagi lagi menulis untukmu, tapi bukan tentangmu melainkan tentang perasaanku yang kutujukan padamu. Ya dalam bahasa terus terangnya saat ini aku akan buat pengakuan tentang perasaan cintaku. Sesuai bukan dengan tema pada tanggal 14 Februari ini yang biasa orang kenal dengan valentine?
Mungkin kamu tak akan peduli ataupun membaca surat ini, tapi ijinkan aku mengabadikan melalui surat pengakuan ku ini. Begini, aku tak tahu apa yang dibenakmu siang tadi sehingga tega sekali menulis pm yang menyatakan dirimu jomblo lalu menyuruh para wanita untuk merapat. Aku tau kita memang dalam zona yanh tak terdeteksi. Bila dikatakan teman tak mungkin teman sampai semesra dan berbagi rasa seperti kita. Bila kita dikatakan pacaran sampai saat inipun kita tak ada hubungan apapun? Lalu apa kita? Kalo hanya teman kenapa kau cemburu? Kalo katamu aku takkan menjadi siapa siapamu untuk apa aku bertahan? Lalu kenapa kau harus menjagaku sedemikian erat apabila kita tak ada apa apa? Apa kau hanya seorang penyayang? Lalu buat apa kau mengatakan cintamu bila hanya untuk dibuang secara percuma? Untuk apa pula kau mengenalkanku sebagai cewekmu apabila hanya pura pura? LUKA! Asal kau tahu itu
Sebenernya dahulu aku tak berharap apapun, jujur saja awalnya aku bahkan malas apabila harus berhubungan denganmu. Namun, kegigihanmu tiba tiba saja perlahan membuatku dapat membuka hati. Dapat menerimamu secara apa adanya dan mulai dapat menerimamu. Namun kenapa setelah aku mulai yakin malah kamu yang pergi? Ataukah aku terlambat menyadari? Aku rasa semalam kita baik baik saja? Lalu kenapa kau harus menjauh? Ya begitulah kini aku sudah menyayangimu dan mencintaimu. Persetan banyak yang bilang tentang kau. Seperti kamu yang tak peduli apa yang orang katakan tentang rambut kribomu itu. Tapi tolonglah. Jika kau sudah berhenti beritahu aku. Jangan buat aku mencintaimu lebih dalam lagi. Aku punya perasaan. Aku punya hari yang mudah terluka dan mati. Dan kini kukatakan, kemarin aku sempat bilang bahwa status itu tidak penting sekarang tidak. Status tetaplah penting walau bukan yang utama. Karena saat ini kamu pasti jomblo. Aku yakin. Karena dengan begitu kau (mungkin) bisa menjadi milikku selamanya.
Kini, aku akhiri surat ini. Bisa jadi ini surat yang terakhir aku kirimkan. Terang saja, apabila kita tidak baik baik saja mungkin aku tak akan percaya lagi cinta. Karena yang aku yakin dan percaya semudah itu mendustai.
Selamat hari kasih sayang. Semoga kau mendapat kebahagiaanmu tiap hari.
Dari,
Gadis yang (pernah) kau dekati
Friday, February 13, 2015
Senja bersamamu
Waktuku telah hampir habis. Memandang senja dan jagung bakar di pinggir pantai. Secara tak langsung kita melihat senja dengan bersama. Ya bersamamu akan kukenang selali
Wednesday, February 11, 2015
Lebih baik kau menyerah saja untuk mencintaiku. Lebih enak kau pergi bersama teman temanmu dan menghabiskan waktumu bersama mereka. Karena, jika kau memilih terus bersamaku kau pasti merasa kesulitan. Kau harus tahu aku banyak maunya. Termasuk salah satunya aku mau kamu. Terserah, yang penting sudah aku ingatkan
Move On dong
Hei kamu yang belum move on,
Benar kan sesungguhnya kamu belum move on? Haha mungkin kamu sekarang bisa mengelak tapi sebentar deh, aku mau cerita. Mungkin dengan ceritaku ini kamu jadi sadar kalo kamu memang belum move on.
Seperti biasa kita mulai dekat ya awalnya memang aku mengacuhkan mu. Tapi entah karena kebutuhan ataupun keinginan perlahan aku mendekat kepada kamu yang perhatian sama aku. Awalnya aku mematahkan segala ego ya saat itu aku sadar kalo ego nomor satu bagaimana aku dapat bahagia. Lalu setelah kita dekat kita mulai saling mengenal secara intim. Bercengkerama lalu tertawa. Begitulah. Namun saat kita mulai dekat entah hanya perasaanku ataupun emang begitulah kamu. Kamu masih terbayang bayang masa lalumu dan sering membicarakan mereka.
Saat aku belum punya perasaan lebih padamu. Mungkin aku santai aja. Tapi kini? Kau mengerti bagaimana rasanya? Cobalah tuk mengerti kalau kamu belum siap buka lembaran baru, jangan dekati orang lain. Karena itu hanya akan menyakiti hatinya.
Sudah dulu ya kamu. Mantan bule mu itu mungkin lebih sempurna dibanding aku. Dan mantan pertamamu yang paling mengerti kamu. Tapi ini aku. Aku hanya aku. Bukan siapa siapa. Hanya seorang gadis yang mudah menyukai sesorang tapi selalu pesimis tentang cinta. Kemarin, aku sempat yakin kepadamu, kini aku kembali meragu. Kau tahulah. Raguku mulai menguat kembali. Apa memang aku selalu jatuh cinta dengan orang yang salah? Ataulah dalam waktu yang salah?
Dari ,
Aku yang (mulai) mencintaimu
Solo Travelling bagi Wanita? Why Not?
Tuesday, February 10, 2015
Surat Untukmu (Lagi)
Begini, sengaja aku kirimkan surat padamu lagi. Aku tahu kamu sedang berusaha meraih sesuatu bukan? Kau pernah bercerita padaku semester inikau bakal belajar yang rajin dan menaikkan ip, benarkah kau sungguh sungguh menyatakannya? Dengan begitu doaku disini tulus mendoakan yang terbaik umtukmu.
Selain masalah ip adakah yang perlu ku doakan lagi?
Tentang kau mencari pacar bule itu harus serta kudoakan? Ataukah kau ijinkan jika aku disini takkan berdoa atas keinginanmu tersebut, Bukan, bukannya aku tak bahagia ataupun merasa bahwa kau milikku. Hanya saja, hatiku yang mengatakan bahwa aku tidak cukup ikhlas kau punya pacar.
Hei.. Jangan kau salah sangka dulu lah, aku disini toidak berharap jadi pacarmu. Sama sekali. Karena sesungguhnya aku sudah benar benar malas melakoni sebuah hubungan yang bisa dianggap orang tua maupun kadang aku sendiri serius tappi kamu malah main main. Begitulah. Memang kalo aku serius kamu pasti serius? Tidak bosan? Kan namanya hati manusia susah ditebak.
Ah malah pengakuan jadinya disini. Maaf loh kalo kamu gak berkenan.
Jangan lupa kau belajar! Kasihan Mamak di Kampung. Love You :*
Monday, February 9, 2015
Pengennya sih Romantic Dinner, tapi...
Ah bicaraku sudah mulai tak sesai dengan judul post ini. Begini, tiba tiba saja tadi sore aku begitu ingin merasakan Romantic dinner. Rasanya pasti enak sekali makan malam berda dengan suasana Romantis lalu melihat mawar bertaburan. Ah... Sebentar, khayalan itu tiba tiba saja lenyap tak bernyawa lagi. Karena begitu khayalan itu semakin dalam aku sadar bahwa aku sebenarnya tidak punya pacar.
Susahnya KRS
Hai, aku menulis surat ini dalam keadaan putus asa yang luar biasa. Kamu pasti pernah merasakan yang kini aku rasakan. Aku rasa dimanapun universitasmu padti kau merasa susahnya input KRS. Aku merasa hal ini baru saja. Ya mungkin sekitar 5jam lalu. Hingga aku tak dapat berkata apa apa lagi. Tolong tenangkan aku. Siapapun kamu. Kumohon bantu aku ringankan sedikit saja bebanku dengan canda tawamu semoga dengan begitu aku dapat merasa sedikit enakan. Agar aku dapat berpikir jernih.
Kamu, doakan aku ya agar kelas F Hukum Pidana mengalami kenaikan kuota. Doamu sungguh kubutuhkan saat ini. Siapapun, kamu.
Saturday, February 7, 2015
Wahai Pujangga
Kudengar beberapa hari ini mood menulismu begitu berantakan bukan?
Apa gerangan yang terjadi? Hingga kemampuan menuismu dapat lenyap dan menguap?
Apa yang sedang kau rasakan wahai pujangga?
Bukankah kau biasanya dapat menimbulkan mood?
Siapakah yang merebut sang Pujangga ini?
Apakah kenangan yang membunuh? Ataukah kerinduan yang telah lapuk?
Ceritakan padaku, pujangga.
Aku akan membantu sebisaku agar kau dapat menulis surat indah penuh makna untukku lagi.
Dari,
Penggemarmu
Friday, February 6, 2015
Kuharap kau membaca ini
Selamat siang,
Jogja hari ini sangat panas ya seperti hatiku yang diam diam mulai jenuh.
Ya saat merasa panas kita pasti langsung terasa lelah,lesu, lemas bukan?
Begitu jugalah aku sayang. Jenuh kurasa. Apa? Kau mau tanya kenapa? Terlalu banyaklah. Lelah ku kau buat. Aku butuh teman bercengkerama yang menanggapi ceritaku, bukan yang hanya bisa menjawab oh. Lalu apa bedanya aku menulis di buku diary kalo juga tahu tidak akan kau tanggapi? Kau jawab kau gatau mau bilang apa kan? Kali ini aku yang tak tahu. Sungguh. Lalu kau merasa apa? Aku takkan lepas sehingga omonganmu sebegitunya. Ah aku terkadang dungguh tak mengerti maumu. Namun sampai kapan aku harus mengerti dalam ketidakmengertian? Lalu sampai kapan aku harus berdiam? Lelah. Asal kau tahu itu. Kan kucoba mengerti walau hanya sampai batas berakhir apabila kau tak merubahnya. Ku harap kau membaca ini
Wednesday, February 4, 2015
Awal dari pertemuan kita
Selamat ah aku tak tahu harus berucap salam apa.
Kubilang malam? Nyatanya ini sudah mulai pagi. Kubilang pagi? Matahari belum malu malu untuk menyinarkan sinarnya. Kataku dia masih sangat lama untuk Mulai bersinar. Ah. Mari lupakan tentang waktu dan kita beranjak ke tema hari ini. Tentang sebuah cerita pertemuan bukan? Ada pertemuan tak terduga yg terjadi disini.
Pertemuan yang sangat tak mungkin terjadi sejauh itu awalnya. Namun bukankah semua yang akan terjadi bisa terjadi? Walau tak mungkin? Ya sebuah pertemuan penuh kebetulan. Walaupun aku sangat yakin tak ada yang kebetulan di dunia ini. Termasuk kau.
Malam itu ingat sekali, seminggu setelah ulang tahunku. Ya aku takkan melupakan. Malam minggu saat itu. Itupun membuatku ingat. Sejak sore hari kurasa hujan turun begitu deras. Ya saat uitu aku sedang bingung mau ngapain. Kata orang jaman sekarang sih gabut. Entahlah dari mana kata itu berasal, tapi bukannya disini kita takkan membahas tentang kata itu? Ada yang sedang ingin aku ceritakan. Mendesak menjelma dalam sebuah keabadian surat cinta. Ku doakan surat cinta ini memang akan abadi apabila tak ku hapus. Kuharap begitu pun. Kenangan pertemuan yang tak terlupa, bagai keabadian dalam sanubari. Bukan hanya distraksi di kala kesunyian melanda. Bukan pula seperti diazepam yang memaksa. Tidak. Aku hanya ingin sesederhana surat cinta dengan kata terlukis indah di dalam kertas warna warni. Sudah makin lama aku makin melantur, kini kuceritakan saja. Maaf bila terlalu panjang kau sudah boleh berhenti disini untuk membacanya. Karena aku akan berusaha bercerita sedetail mungkin. Dan mengingat dalam tiap detik pertemuan. Bukankah ini bercerita tentang pertemuan. Mari kita mulai saja....
Malam saat itu sudah mulai pekat, sepertinya jam dinding sudah mulai berdentang 9 kali, saat temas satu kosku mengajak diriku keluar, yang saat itu aku sedang tak tahu mau berbuat apa. Nah mulai dari sini segala cerita bermula. Pertemuan kita.
Boleh kukatakan bahwa saat itu aku hanya berkenalan secara sederhana denganmu wahai adek dari fakultas sebelah ku?
Kita berkenalan sungguh dengan sederhana. Saling mengucap nama saling bertukar salam. Sederhana bukan? Sederhana memang namun terkadang sederhana tak membuat segalanya menjadi mudah. Sebuah pertemuan sederhana pun tak semudah dilupakan . Ya saat itu yang kuingat kau kribo. Benar benar memiliki rambut nyentrik. Eh tapi kau jangan marah dulu. Tentu aku ingat kamu. Terutama rambutmu.
Tak lama setelah pertemuan itu seorang teman yang mengajakku ikut saat itu bercerita tentang kamu. Si rambut kribo kami memanggilmu. Namamu begitu sulit kuingat kau tahu? Kudengar darinya kau meminta kontakku. Ah aku hanya tertawa. Rasanya kau begitu aneh hingga meminta kontakku. Tapi tenang saja saat itu aku begitu bersyukur temanku tidak memberi salah satupun kontakku. Tapi apa yang kita syukuri di masa lalu terkadang bukan yang akan kita syukuri dimasa depan bukan. Sepertinya hubungan kita memang menjadi yang benar tak terduga. Walaupun kini menjadi undefined zone tapi nyamanku memang mengalahkan segala keegoisan. Ya segala memang tak terduga. Begitulah kurasa segala yang ada memang tak ada yang kebetulan yang ada hanyaln segala yang terjadi memang terjadi.
Kuselesaikan surat ini dengan banyak pertanyaan tentang kita. Ya kita memang sedang dalam zona yang benar benar tak terdeteksi. Jika kau tanya hubungan kita aku benar tak tahu hanya dapat kukatakan aku menyayangimu melebihi menyayangi seorang teman dan aku rasa kaupun begitu.
Jaga hati ya buat aku: *
Nb : Aku menulis saat didekatmu
Aku, kamu, hujan, dan lapar
Selamat malam,
Kutulis dalam kekalutan malan yang semakin memburu.
Entah emosi apa yang membuatku kini tak lagi berarah.
Apakah semua emosi itu berarti buruk?
Bukankah segala luapan rasa juga merupakan emosi?
Lantas kenapa harus emosi berkonotasi negatif?
Katamu emosi langsung saja kupikir kau marah.
Mungkin kau sedang.jatuh cinta atau kau malah bahagia. Bukankah itu emosi?
Ya emosi yang kurasakan sekarang. Emosi yang tidak dapat kau artikan buruk. Bukan bahagia. Melainkan rasa nyaman berlebih katanya rasa nyaman bahkan melupakan status pertemanan. Apakah benar begitu? Ah percuma. Kau pun tak membaca ini. Hanya secarik sampah yang tak pernah kau percayai. Yang mudah saja kau lempar dan kau buang di tempat sampah. Kau bahkan sedikitpun tak mempercayai emosi ku. Begitukah yang sebenernya? Bercanda kah kau kembali? Ah. Pusing nian aku menghadapi mu. Tak lagi kumengerti segala yang kau pikirkan. Entahlah. Mungkin berjalannya waktu lambat laun kau akan memahami. Kini lebih baik kututup dulu saja surat ini dahulu.
Selamat menikmati hujan dan lapar ya.
Tuesday, February 3, 2015
Senja Diam Diam
Selamat sore,
Dalam hati kuungkap segala tentang rindu. Terkadang rindu yang tak mengakui apapun. Bahkan mengakui kamu.
Rindu macam apa lagi yang kuungkap hingga kau buat begitu.
Rindu menyiksa kau buat aku.
Segala hangat dan harum tubuhmu membuatku teringat. Aku merasa nyaman didekatmu. Dipelukmu yang tak tau hingga kapan merasakannya.
Kau tak pernah tau. Dan tak akan tahu.
Ku simpan erat seerat kotak harga karun jaman dahulu. Seerat itukah perasaanku padamu? Atau malah perasaanmu padaku? Dalam diam semuanya kurasa akan terungkap. Seperti senja yang mengungkap secara diam. Meninggalkan sinar dengan keindahan yang ada. Kuharap kutitip rindu seperti kepada senja yang diam diam akan menghilang sendirinya
Dari,
Kau tahu siapa
Monday, February 2, 2015
Surat hari ketiga yang terlupakan
Selamat siang kotaku,
Kurasa kini aku memanggilmu menjadi kotaku karena aku akan menetap setidaknya 3-4 tahun lagi disini.
Setidaknya itu bisa membuatku merasa bahwa kau memang kotaku.
Kota yang membuat aku selalu betah untuk menuntut ilmu.
Hari ini aku baru sampai. Dari mencoba pengalaman baru solo travelling ke dua provinsi. Kau tau pertama kalinya aku keluar dari pulau jawa dan sumatera. Rasanya ah aku menemukan atmosfir baru yang membuat hatiku menggebu. Untuk segera kembali menjelajahi kota dan provinsi lain di Indonesia.
Semoga hari ini kita bisa bersahabat kembali wahai kota Yogya ku.
Nb: kemarin aku lupa ngepost
Saturday, January 31, 2015
Jangan Lupa ke Gereja!
Selamat siang mas,
Ini hari minggu yang cerah bukan? Ya sepertinya memang begitu. Seperti suasana hatiku mas. Mas, sore ini mau kemana? Jangan lupa kau ke gereja mas.
Aku mengingatkanmu saat ini karena aku sedang tak bisa menemanimu. Aku berada ditempat yang sangat jauh mas. Bahkan tidak dapat terhitung secara kilometer. Mas, tahukah? Bukan karena wilayahmu ataupun jarak. Karwna sesungguhnya aku tak tahu kamu dimana mas. Berdoa kepada Tuhan mas. Semoga masalahmu semua terselesaikan mas. Doaku menyertaimu.
Dari,
Adikmu tersayamg
Friday, January 30, 2015
Dirimu Lelakiku
Selamat pagi lelakiku,
Dalam diam yang memburu dan libur yang sungguh membosankan.
Ya aku tahu ini sungguh membosankan karena tak ada kau disini.
Ingatkah jika ada dirimu hatiku selalu menjadi bahagia tiada tara. Dalam penantian yang sungguh panjang ku harap kau menjadi renjana yang abadi.
Kau tau? Dalam doa ku mengatakan kepada yang Ilahi janganlah membuat kau jauh dari ku Tuhan. Namun apa daya? Dia Yang Kuasa tidak mengijinkan itu. Sayang, kembali lagi aku ingin memanggilmu sayang. Setelah lama aku tak menulis blog namun hadirmu lah yang membuat kemampuan menulisku ada. Surat hari kedua ini kutujukan padamu. Kau yang dari dulu tiap aku didekatmu memaksa untuk menulis. Apapun tentang kita. Kita? Iya sayang dulu aku dan kamu sering menjadi kita.
Ohya, aku hampir lupa. Kemarin sebelum aku solo traveling aku sempat mengobrol dengan temanmu ya dia memgatakan ke teman kosku kalo kita pacaran. Astaga aku ingin tertawa rasanya. Kita pacaran? Sedikitpun terbayang pun tidak.
Apalagi saat kita menonton dibalik 98 kita saling merasa canggung bukan? Ah aku ingin seperti dulu. Merindukanmu lewat tulisan secara leluasa. Menuliskan segala pertemuan kita dan membaca bbm mu yang sangat menggoda.
Sayang, dengan menulis ini kuharap liburanku menjadi lebih baik. Aku merindukanmu.
Bali, 31 January 2015
Thursday, January 29, 2015
Ajakan untuk Kembali
Selamat siang, Mas.
Aku menulis surat penuh cinta yang pertama tepat saat tidak berada di kota pertemuan kita.
Mas , maafkan aku surat ini aku tujukan padamu. Kau masih menjadi sesorang yang spesial mas. Walau sampai hari ini pun sesungguhnya aku tak kuasa untuk mengerti dimana dirimu kini.
Mas, ijinkanlah jika sedikit saja kau berkenan datang kembali dan menceritakan segala keluh kesah tentang apa yang terjadi sehingga kau dapat menghilang tanpa jejak seperti ini.
Mas, tahukah? Apabila bulan dan bintang menawarkan kerendahannya aku akan menjawab agar mereka menjaga mas untukku. Apa daya, kekuatanku belum cukup sempurna untuk mengatakan itu kepada bulan dan bintang?
Mas , apa kau tak merindukanku?
Berada di bawah sinar rembulan di depan gereja yang suci? Seperti yang sering kita lakukan dulu tiap sepulang rapat.
Mas, apa kau kini jadi menambah tatto di sekeliling perutmu.
Ijinkan aku melihat tato itu mas, bukannya dulu kau selalu bangga memamerkan tatto mu padaku?
Bukankah sebagai adik kau takkan meninggalkan ku seperti ini?
Ah. Mas, kuharap kau segera hubungi kembali adikmu yang selalu menantimu ini.
Semoga mas baik baik saja.
Doa ku besertamu
Nb: Nomerku masih yang lama
Tuesday, January 13, 2015
Saat Bersamamu
Kau tahu semakin kesini rindu semakin terasa.
Hal yang membuatku merasa begitu utuh saat bersamamu.
Waktu yang bergulir sangat cepat, dan rasanya ingin kuhentikan begitu saja rindu yang tak bersisa ini.
Apa yang terjadi padamu? rindu yang kau buat seakan memberikan candu yang tak pernah berakhir.
Untuk apa kau hadir? Jika kau begitu saja pergi lagi?
Untuk apa kau toreh cinta yang sudah lama kucoba lupakan?
Untuk apa rindu ini jika kau tak pernah kembali?
Akankah kau kembali? Tapi kapan?
Dalam duka ini kutulis rindu yang selalu muncul saat kau tak ada.
Kau membuatku tak lagi dapat berpikir secara jernih waktu demi waktu kurasa hampa.
Entah hampa yang benar hampa. Atau hampa demgan model lainnya.
Rasanya... Kau belum pernah merasakannya bukan?
Ah aku ingin bertanya padamu malam ini, sudah berapa malam minggu yang tidak kita lewati bersama? Sudah berapa waktu kit atak merasakan kenyamanan antara kita? Sudah berapa film yang tidak kita tonton bersamaan? Atau sudah berapa Rumah makan yang belum kita coba?
Sepertinya sudah lama sekali kita berdua saling menghilang.
Apa yang kau rasakan?
Aku ingin jujur, rindu yang kurasa mungkin tak terbendung. Saat aku menonton sendiri terbayang hangat tubuhmu yang memelukku, serta wangi tubuhmu yang menjadi keharuman favoritku, dan napasmu yang begitu tenang membuatku nyaman.
Kau tau aku selalu merasa kau didekatku, walau kau tak lagi ada.
Kau tahu?Rokok Marlboro Gold mu lah yang membuatku setip saat mengingatkanku, siapapun yang menghisapnya sontak membuatku menoleh dan berharap itu dirimu. Tidak kau beda dengan si pemiilik Rokok Signature. Aku tak mengerti tapi tetap saja kalian berbeda. Nyaman yang sama namun rasa yang berbeda.
Kerinduan, Rasa, dan Kenangan kita takkan lekang oleh waktu.
Datang lagi jika kau ingin datang.
Aku masih yang dulu dan akan selalu seperti itu buatmu.
Segala rindu ini kusimpan dan takkan kubagi.
Yakinlh nyamanku tentangmu takkan kulupa/
Rindu dan waktu akan membawamu kembali.
Ku Yakin itu.
Oh ya kemarin temanmu itu bertanya, "Apakah aku pacarmu?"
Katanya kamu tak pernah membawa perempuan dan dekat dengan perempuan.
Dengan begitu aku yakin, Kau tepat untukku. Seperti aku yang mempercayai bahwa kamu bakal tetap setia.
Kuyakin kau tak mengumbar cintamu kepada banyak orang walau hanya bercanda.
Kpercaya nyaman ini tak lagi salah. Semoga.
NB : Bersama hujan kukirim rindu ini
Bersama mendung ku kan selalu menantimu.