Thursday, December 25, 2014
Doa Natal
Tuesday, December 9, 2014
Beda akankah kau menjadi SAMA?
Hai, dunia yang penuh dengan perbedaan dan pertentangan.
Jikalau diijinkan aku akan memperkenalkan diri sebagai salah satu insan di bumi ini yang ingin bercerita perihal perbedaan, yang selama ini pernah ada didunia ini.
Baik dan Buruk
Dua kata yang tidak bisa di satukan.
Baik dengan semua niali positifnya dan buruk dengan semua nilai negatif
Seru dan Hampa, Indah dan Gersang, begitu juga dengan berbagai kata lainnya.
Pertanyaan kita tentu, ada apa dengan kata-kata tersebut? Bukankah itu merupakan kata-kata yang sering muncul di
kehidupan kita? Sebuah kata yang kita tau arti nya tanpa kita tau alasanya.
Pada saatnya akan muncul sebuah pertanyaan sederhana. Mengapa dua kata yang saling berlawanan ini tidak bisa bersama?
Aku sebagai manusia yang menjadi saksi perihal baik dan buruk akan sedikit bercerita.
Mengapa mereka berbeda? Jawabannya ialah mereka tidak berbeda melainkan mereka sama. Suatu hal yang di gambarkan dalam ucapan dalam untaian huruf magis.
Ketahuilah, mereka tidak bisa bersama adalah kalimat yang salah, jika kita ikut merasakan maka,
kita pun akan merasakan sesuatu yang berbeda dari kata-kata tersebut.
Kita dapat mengetahui apabila Dia indah jika kita tidak melihat dan mengetahui gersang,
Dari manakah kita dapat mengetahui Dia baik jika kita tidak mengetahui dan melihat buruk.
Segala sesuatu yang buruk ada karena kita pernah merasakan sesuatu yang indah begitupun sebaliknya suatu yang baik ada karena kita pernah merasakan yang buruk.
Lalu, apa alasan baik dan buruk tidak bisa bersama, jika kita hanya menilai sesuatu
dari satu pihak?
Seperti halnya, Aku dan Kamu
anggap saja kedua kata ini adalah kata yang tidak bisa bersama, apa kamu punya alasan
untuk menjelaskanya.
Apa ini masih menjadi alasan kenapa kita tidak bisa bersama?
Aku buruk dan kamu indah, aku nakal dan kamu baik, aku susah dan kamu bahagia .
Apakah itu alasan nya?
Jika memang benar itu alasannya kenapa alasan yang lain tidak bisa menjadi alasan untuk kita bersama?
Jika kamu bisa melihat dari sisi yang lain.
apakah buruk akan selalu menjadi buruk? Jika mereka di satukan dengan yang baik,
apa baik akan begitu saja terpengaruh dengan yang buruk?
Jawabanya tentu tidak.
Baik dan Buruk, mereka akan terus bersama salinhg mengiringi dan saling melengkapi .
Inilah alasan mengapa aku ingin bersamamu.
Tidak dengan karena melainkan keputusan
Karena aku ingin menjadi lebih baik saat menghabiskan waktu bersamamu.
Karena kini kau pasti mengerti yang buruk tidak selama nya negatif jika di lihat dari sisi yang berbeda. Dan hati yang berbeda
Monday, December 1, 2014
Dalam Diam
Dalam malam yang kelam lagi dan lagi aku berdiam dalam segala mimpi dan segala alam yang fana,
dalam semua rindu yang makin membuatku tertahan, dalam semua rindu yang kini ta tertahan. Ataukah segala rindu yang memang belum sempat terucap dalam kata?
Dalam segala debu yang masih membekas, hangat yang masih terasa. Kau tahu? sebuah luka memang tak mudah dilupakan. Sebuah jatuh cinta sepertinya tidak jauh berbeda bukan?
pernahkah kau merasa sebuah jatuh cinta dalam diam? pelan pelan mengucap salam dalam hati? Diam diam kau meliriknya secara perlahan dan hanya dalam hitungan detik? Ataukah kau merapalkan dalam doa yang hanya kau dan mungkin Tuhan yang tahu? Pernahkah kau merasa begitu? Ataukah mencoba berdoa terus menerus? Atau malah kau pernah merasa jatuh cinta tanpa kau sedikitpun tak tahu tentang dia? Ataukah bahkan kau pernah merasa jatuh cinta tapi kau samasekali nama maupun identitas tempatnya? Pernahkah kau merasa bahwa semua jatuh cintamu itu sia - sia ? Pernahkah kau merasa bahwa semua yang kau pikirkan tentangnya malah menjadi distraksi? Rasanya? Sekarang aku tak mungkin ungkapan rasa yang ada. Bisa apa aku? Mencnta pun aku kini tak sanggup lagi.
Dalam apa aku lebih jauh dalam merindu?
Dalam diam akupun sering merindu. dalam rindu yang semakin lama semakin menyakitkan. Karena kau tahu? Aku sering merindumu , merindu dalam diam yang ku yakin semua ini sia sia. dalam semua kisah yang kutahu kini percuma.
Kita dalam diam.
KIta daam masa yang tak pernah ada.
Harapku yang kurindu.
Mungkin ku juga ikut percaya apa yang dituliskan dalam sebuah novel yang kunanti.
Katanya jatuh cinta adalah cara terbaik untuk bunuh diri. Sepertinya ada benarnya. Karena saat jatuh cintalah ada luka. Seandainya....
Persetan dengan seandainya
Diam ku terdiam
Berjalan ku dalam diam
Berhenti ku tuk Jatuh Cinta,mungkin
Ps: malam ini aku diam diam tidak dapat diam dan memejamkan mata
Dalam ketidakdiaman aku masih berusaha dalam diam
Tuesday, November 25, 2014
Maafkan aku, hujan
Siang ini hujan turun deras, aku tak tahu harus bersyukur atau malah mengeluh.
Setidaknya hari ini panas tidak lagi menganggu. Sesederhana itu aku melihat hujan.
Tidak, aku tidak sedang mengingkari apapun kok.
Tenang saja. Memang ini tak seperti biasa. Aku sedang tak berbicara kepada hujan. Menitip rindu? Rasanya aku saat ini bahkan tak tahu harus menitip rindu untuk apa dan siapa.
Ahhh.. Saat ini aku sedang menatap hujan.
Hujan yang turun dengan pelukan sang mentari yang sedang sendu.
Ngomong ngomong, apakah aku seperti mentari saat ini?
Apakah aku memang sesendu ini?
Tidakkah lesu dan diamku lebih baik?
Kurasa aku ingin diam.
Tidak aku tak ingin menangis seperti langit siang ini.
Untuk apa aku menangis?
Keputusasaan?
Kerinduan?
Kesepian?
Pengharapan?
Ataupun cinta?
Tidak... Aku takkan melakukan itu.
Sepertinya saat ini sedang takada yang diperjuangkan dan memperjuangkan.
Apakah itu berarti sebuah luka?
Atau malah yang sebaikknya terjadi?
Atau mungkin ini malah proses pendewasaan?
Proses kemandirian?
Mungkin aku seperti hujan yang dilepas tanpa tau bermuara dimana.
Bersama sama memang tapi bukankah tujuan tiap butir hujan berbeda?
Bermuara ditempat berbeda dan berubah menjadi wujud berbeda?
Bukankah hujan yang turun akan mengikuti media yang menampungnya?
Apakah itu muara sebuah hujan?
Ah....
Sekarang tentang aku.
Apabila aku menjadi hujan. Apakah media yang menjadi muaraku adalah kamu?
Apakah aku akan memiliki akhir selain kematian.
Kurasa aku terlalu larut dalam hujan.
Apa malah aku larut dalam sepi yang kian membunuh?
Kata mereka aku bahagia.
Nyatanya kalian takkan tau.
Mungkin hanya Tuhan, itupun kalau Tuhan memang ada.
Ah. Persetan. Aku terkadang memaknai hujan terlalu dalam. Beginilah akibatnya.
Larut. Terlarut dalam air yang melebur.
Seperti air dan gula.
Seperti air dan tanah.
Seperti aku dan (mungkin) kamu dalam cinta.
Hujan hari ini lebat sekali, semoga hujan yang berikutnya datang dapat aku ajak lagi bercakap.
Dalam merindu dan menitip pesan kepada seseorang.
Hujan, maafkan aku aku mendiamkanmu saat ini.
Entah sampai kapan aku seperti ini kepadamu.
Doakan saja.
Secepatnya aku bercakap padamu.
Saat ini menghirupmu memberiku tenang.
Mendengarmu membuatku memiliki teman.
Ah kau memang indah.
Namun sekali lagi maafkan aku, aku tak bisa berbicara denganmu.
Maafkan aku.
Sunday, November 23, 2014
Kau mendengarku?
Selamat siang, aku rasa aku menuliskan ini saat waktu beranjak siang.
Setidaknya otakku yang membisikkan bahwa ini sudah siang.
Aku ingin bercerita.
Aku bercerita seperti biasa, dengan sudut pandang orang pertama dan tokoh utama. Yaitu aku.
Kata teman ku. Mungkin bisa disebut teman yang lumayan dekat. Kurasa.
Dia khawatir dengan keadaanku katanya.
Aku bahkan tak mengerti
Apa yang dia khawatirkan berlebih.
Sepertinya aku baik baik saja.
Hanya sedikit pusing dan pucat.
Dia datang ke tempatku.
Kami berdua duduk diranjang yang sama.
Dia bilang apakah aku kesepian?
Kau pikir apa? Aku baik baik saja? Jika nyatanya ada yang mengira aku buruk toh itu sudut pandangmu ,bukan?
Saat itu mungkin aku sedikit lusuh.
Boro boro dengan make up. Bedak tipis pun malas aku poleskan.
Rambut tersisir rapi?
Rasanya aku kuncir ekor kuda dengan anggapan persetan apabila ada helai rambut yang terlepas.
Mungkin aku sedikit berantakan.
Bukankah aku tak dapat menilai diriku dengan sudut pandang aku?
Rasanya tak obyektif jika aku menilai sendiri.
Lagi lagi dia menanyakan.
Apa yang mengganggumu.
Apakah kau ingin kekasih?
Spontan saat itu aku tertawa. Mungkin kalau kau perhatian kau paham itu tertawa lirih.
Bukan, aku tak setragis itu kok. Aku hanya merasa. Ya perasaan yang mungkin membunuh.
Kau tau? Apa nyatanya aku setragis itu?
Toh aku tertawa,aku bermain. Seperti anak anak yang belum mengenal apapun. Masalah misalnya.
Tapi aku tetaplah seorang gadis yang menurut hukum sepertinya telah dapat dianggap dewasa. Terkadang memang kesepian itu.... ah lupakan saja.
Itu tak penting.
Ps:
Mendengar Dosen Mengajar dalam Sepi saat RAMAI
KEPUTUSASAAN
Selamat malam,
Aku menuliskan ini dalam kekalutan luar biasa.
Entah kenapa, entah. Aku tak mengerti, waktu memang tak pernah bergulir sempurna.
Kau yang membaca ini dalam diam.
Pernahkah kau merasa keputusaasaan?
Pernahkah merasa bahwa dunia tak lagi bersamamu lagi?
Pernahkah merasa bahwa penantianmu sia sia?
Aku rasa, aku pikir, aku berkata kita pasti semua pernah merasa.
Bagaimana rasanya?
Berulang lagi, berulang kembali, aku rasa kembali lagi dalam sebuah sepi dari puncak rindu yang tak berbekas.
Rindu selalu menyakitkan bukan?
Selalu selalu selalu
Menyakitkan mana kau rasa merindu atau malah sama sekali tidak merindu?
Dalam sepotong kertas putih yang tak ternoda kau tau?
Kau bisa menuliskan apa aja secara bebas. Secara leluasa.
Apakah sama apabila yang berwarna putih tersebut adalah kain?
Ataukah papan tulis kampus kita?
Beberapa media memang bisa dihapus begitu saja.
Tapi apa mungkin kita menyamakan itu semua?
Menyamakan atau disamakan memang kadang tidaklah penting.
Terkadang kita menemukan untuk ditulis saat saat yang terkadang tidak tepat.
Mungkin saat ini memang bukan waktu yang tepat.
Semua pertemuan memang tak pernah ada yang kebetulan.
Setiap pertemuan takkan kita ketahui apa akhir dari itu.
Namun, entah mengapa aku telah berhenti.
Haruskah aku berhenti menerima?
Haruskah tidak ada lagi pertemuan?
Haruskah aku melupa apa yang pernah terjadi hingga taklagi ada luka?
Apakah sebaiknya aku memang tak pernah lagi ada?
Aku ada?
Harusnya aku berhenti
HARUSNYA
HARUSNYA
HARUSNYA
ps :
KU MENULIS (MUNGKIN) DALAM KEPUTUSASAAN
Wednesday, November 19, 2014
Cerita dalam Semoga
Sandi yang harus dimengerti lewat untaian peristiwa tak terarah.
Peristiwa katamu?
Sebuah potongan kejadian, ungkapan, atau sekedar tulisan?
Aku kembali lagi disini.
Aku kembali seperti biasa untuk bercerita.
Untuk menulis tiap inchi emosi yang kurasa dalam diam.
Dalam perenungan yang kupikir matang - matang.
Dalam harap sebuah pengharapan.
Seperti cahaya dalam kegelapan.
Hidup terkadang metafora kawan.
Kau pernah meminum segelas coklat?
Kita tak pernah terbayang rasa yang akan kita kecap.
Entah manis, pahit ataupun hambar.
Kita tak pernah tau sebelumnya seberapa banyak gula yang akan kita tuang.
Bisa setetes bisa pula sesloki gula.
Kita tak pernh tahu bukan?
Seperti sebuah perkenalan yang tak kita tahu ujungnya bakal kemana.
Berakhir sampai disana, berlanjut berteman atau bahkan ada yang berpacaran.
Sebuah pertemuan selalu ada akhir.
Juga selalu ada awal yang baru.
Bicara apa aku kali ini?
Tentang hidup? Cinta? Pertemuan?
Sebuah dalam berbagai peristiwa.
Sebuah kataku.
Bukan dua ataupun tiga.
Apakah aku tempatmu berlabuh?
Apakah aku tempatmu untuk pulang?
Apa malah aku yang takbisa lepas darimu?
terdistraksi akan tiap langkah mu?
Atau...
Au tak tahu lagi.
Kamu semakin menjadi dalam afeksi yang tak lagi kutawar
Sebagai candu yang membunuh perahan. Tanpamu. Tanpa kita. Aku
PS: Aku menulis dalam hingar bingar dan carut marut tugas.
Seperti kamu mungkin, yang membaca ini saat jenuh dengan tugas yang berlebih.
Disini aku menulis dan disana kamu membaca. SEMOGA.
Sebuah Tanya
Sunday, October 26, 2014
Friday, October 24, 2014
Aku Akui Saja
Akui saja,
Aku merindukanmu
Akui saja,
Aku memimpikanmu
Akui saja,
Aku membutuhkanmu
Akui saja,
Aku mengenangmu
Akui saja,
Aku pernah mengecewakanmu
Akui saja,
Aku pernah membuatmu terluka
Akui saja,
Aku pernah main hati
Akui saja,
Aku pernah tak serius
Akui saja,
Aku nyaman denganmu
Akui saja,
Aku sayang kamu
Akui saja,
Aku bahagia
Akui saja,
Kau istimewa
Aku akui saja
Kamu memang indah
Aku akui saja
Kini kau tak lagi ada
Aku akui saja
Harapanku hanyalah kau
Akui saja aku
Walau hanya sebentar
Sebentar akui saja
Akui aku saja
Aku mohon sebentar
Sebentar aku mohon
Akui saja aku
Thursday, October 23, 2014
Metamorfosis
Pertama kali mendengar kata ini tentu kita sedang berkata bahwa kata ini begitu istimewa.
Sampai pada saat kita disuruh menghapal siklus dari metamorfosis.
Alamakk banyak sekali siklusnya dengan bahasa yang sangat aneh pula.
SMP dan SMA saat itupun tentu kita masih mengingat.
Kuliah?
Disini aku tak kuliah dijurusan yang berhubungan tentang IPA kontan saja, aku mulai melupakan kata ini.
Sampai pada saat tema SETIAP HARI MENULIS SATU hari ini adalah metamorfosis
Saat aku menulis kata demi kata yang masih ambruladul ini Metamorfosis bukan siklus kupu kupu, dari ulat menjadi kupu kupu yang indah.
Saat ini mungkin aku merasa seperti patah hati, padahal nyatanya tidak seperti itu.
Metamorfosis sering kita artikan perubahan.
Tahukah? perubahan tak melulu menjadi indah seperti layaknya ulat menjadi kupu kupu.
Sadarkah? Kita tiap hari bermetamorfosis.
Bahagia menjadi duka. Jatuh cinta lalu Patah Hati.
Lalu apa bedanya?
Ya terkadang kita berharap akan menjadi baik. Nyatanya tak banyak yang berubah, dan kadang lebih buiruk.
Akhir bulan lalu, mungkin tanpa kusadari aku sedang jatuh cinta atau pun aku menemukan distraksi.
Tapi Akhir bukan Oktober yang mulai musim penghujan ini, hatiku seakan mulai mendung.
Ya perasaanku tak lagi sebahagia. Memang, setahuku tak pernah ada barometer dari sebuah kebahagiaan aku tetap tak tahu pasti.
Metamorfosis memang kadang tak pernah bisa ditolak. Kita hanya perlu menikmati serta merasakan lebih.
Ahhh.
Seperti luka yang semakin menganga kurasakan. Harus kujalani walaupun sulit.
Seperti kita menghapal siklus metamorfosis kupu kupu , bukan?
Kata kata meluncur turun seperti air mata yang mulai tak terbendung. NAmun memang aku sepertinya tak pernah kapok dan lelah. Aku tetap bermetamorfosis. Entah menjadi baik atau buruk. Hasilnya selalu terakhir bukan?
Tuesday, October 21, 2014
Lagi Lagi Tentang Kamu #Day1
Kurasa hari ini aku sedaang ingin mengakui bahwa saat ini adalah malam.
Ya, kau tahu bukan?
Selalu hariku kuanggap pagi hari.
Ya sebelum hari ini aku membaca cerita tentang DIA.
Kau tahu sayang, tiap kata yang terungkap membuatmu ingat kamu.
Apalagi saat tiket nonton film yang pernah kita tonton berdua mencuat begitu saja dalam rak bukuku.
Terkejut? tentu saja
Konyol memang. Kupikir saat ini hanyalah sebuah Firasat,
Firasat kataku.
Ya firasat ataukah kenyataan aku tak mengerti.
Kini memang kau telah terasa jauh.
Susah dan enggan ku gapai
Firasatku tak pernah salah
Setidaknya aku tak pernah menyesali bahwa aku pernah dekat dan menjadi bagian dari harimu.
Takkan pernah kulupaan dan akan menjadi memori terindah.
Wednesday, October 15, 2014
Kaukah distraksi atau malah Afeksi buatku?
Sebelum kulanjutkan aku akan bertanya. Seperti biasa, aku selalu memulai segalanya dengan pertanyaan bukan.Tidak. Kau tenang saja. Jangan gugup seperti itu. Aku bertanya pada diriku sendiri.Penyesalan selalu di akhir kan?Penyesalan dan rasa sakit itu, sakit ya?Memang aku sadar begitulah hidup hanya terdiri dari melupakan dan dilupakan bukan?ya, tergantung kita akan lebih dulu menikmati yang mana.Kurasa hanya waktu yang dapat berkehendak.Tuhan, tanyamu?Bukankah satuan yang paling hidup dan nyata adalah waktu?Tuhan mungkin campur tangan.Tentu, Tuhan (katanya) tak akan meninggalkan kita, bukan?Termasuk saat dilupakan. Ah semoga saja Tuhan saat ini tak melupakanku. Semoga.
Selain tentang itu, aku akan bercerita. Disini aku takkan bercerita sendirian.Aku akan ditemani sebuah lagu dari Ost. Refrain.Tentu kau tak mengetahui film terebut apalagi novelnya.Duh. Jujur saja aku penikmat film Indonesia yang setia.Sedikit kuceritakan dalam tagline refrain ada tertuis Karena, CINTA SELALU PULANGYa karena sadar atau tak kau sadari bahwa cinta itu memang membutuhkan rumah.Tentu seperti rumah yang kita lihat selama ini.Nyaman dan bahagia. seperti ituah menurutku.Cukup perihal buku Refrain.Kembali kita bercerita tentang lagu yang saat ini menemaniku.Kemarin, sahabatku mengatakan saat dia dekat denganku virus galau langsung menyerang.Memangnya aku seperti gen penyakit galau apa?yang seenaknya saja membuat orang galau?Saat itu dia menyetel lagu Maudy Ayunda - Cinta Datang Terlambat.Kau tahu?Aku langsung mengingatmu dan ingin menulis ini.Entah aku tak siap atau memang belum siap akhirnya aku tak sanggup menuis dan kuanjutkan di senja yang kunikmati dalam diam kali ini.Ceritaku saat ini akan kumulai dalam tiap bait lagu.Kuharap kau membaca sambi mendengar lagu tersebut.Itu pun kalau ku tak keberatan. Dan kalau kau tak suka aan hal ini. INGAT! Ini koleksi pribadiku semata.
CINTA DATANG TERLAMBAT
Tak ku mengerti mengapa beginiWaktu dulu ku tak pernah merinduTapi saat semuanya berubahKau jauh dari ku pergi tinggalkanku
Mungkin memang kucintaMungkin memang kusesaliPernah tak hiraukan rasamu dulu…
Aku hanya ingkariKata hatiku saja Tapi mengapaCinta datang terlambatAku memang menikmatimu sayang. Aku selama waktu yang kita lewati sangat berarti bagiku. Kau seperti oasis bagiku, sayang. Kamu yang dapat membuatku tertawa lepas tanpa mengingat apa yang terjadi hari ini. Sayang, aku memang sengaja mengdoktrin perasaanku sendiri agar tidak terlalu menggunakan hati. Ya aku salah mengingkarinya. Kini aku sadar, tapi aku sudah terlambat. Sudah, aku benar benar terlambat kurasa. Kata hatiku yang seharusnya aku dengarkan malah aku tinggalkan dan aku acuhkan tanpa aku sadari bahwa perasaan memang terkadang hanya kita kesampingkan tak bisa kita hapuskan begitu saja. Tapi bukankah alasan untuk mengelak. Kini tak sempat lagi, sayang. Aku kali ini tak akan lagi beralasan. Aku kali ini berhenti untuk beralasan. Aku benar benar tak menyangka aku mulai menyayangimu saat ini. Sadarkah cinta terkadang tak datang tepat waktu. Cinta terkadang memang pada saat yang sangat tidak tepat. Seperti apa yang kurasakan kini. Rasanya ngambang, sayang. Rasanya aku ingin tenggelam dan waktu dimana dulu aku belum menggunakan hati. Tapi aku sadar, cinta itu memang tak pernah salah. Hanya waktu yang tak tepat sayang. Cinta sakit ya ternyata sayang? Ahhhhh terlalu lama aku merasa seperti ini. Terimakasih Tuhan, Kau telah mengenalkan aku kepada dirimu. Ya walau dengan saat ini aku merasa seperti tak ada dimatamu. Aku hanya berharap dalam rindu yang membuncah. Terimakasih Tuhan.
Tapi saat semuanya berubahKau jauh dari ku pergi tinggalkankuKini benar benar kusadari semua tak lagi sama. Kamu dan aku mungkin saling berubah. Mungkin kita saling menjauh. Atau komunikasi yang kurang? aku tak tahu apa yang salah. Yang kutahu dan sekarang aku sadari bahwa kau pergi menjauh. Kau pikir aku tak tahu? Kau pikir aku tak peduli? PERSETAN. Aku sayang kamu tanpa alasan. Jadi, mulai saat ini jangan tanyakan alasan sayang. Kita memang pada saatnya berubah. Dan mungkin saat inilah kamu berubah dan menyerah.
Kini kusadari entah ekspektasiku yang terlalu besar atau aku salah menilai. Memang salahku sempat menggunakan rasa.Seandainya hanya logika. Mungkin aku tak akan merasa seperti ini.Seandainya aku menjauh terlebih dahulu. Kisah inipun tak lagi sama . Maafkan aku yang menggunakan rasa.Sejujurnya aku tak ingin berakhir seperti ini.
Sayang, aku melanjutkan ucapanku yang kemarin sampe nomer lima belas ya?16. Terimakasih Kau pernah hadir17. Terimakasih untuk semua18. Terimakasih aku pernah ada dihidupmu19. Terimakasih bersedia ku ganggu20. Terimakasih telah mengenalkan duniamu21. Terimakasih semuanya22. Maafkan aku karena tak sesuai ekspektasimu23. Maafkan aku yang tak sempurna24. Maafkan aku yang selalu ribut25. Maafkan aku atas semua salahku selama iniAkanku lanjutkan apabila ada hal baru tentang kita. Jawaban pertanyaan judul ku jujur kini. Kau kini bukan distraksi bagiku melainkan kini kau Afeksi bagiku. Walaupun kutahu Afeksi atau distraksi takkan merubah. Selamat pagi. Ini sudah menjelang pagi, kekasih. Hampir menuju kamis bukan? Kamis sepertinya indah.Doakan aku semoga hari ini aku dapat mengerjakan ujian Komunikasi Bisnis dan Pengantar Ilmu Hukum.Selamat tidur, sayang. Ini terakhir kali aku memanggilmu sayang. Karena, memang itu janjiku di awal tadi sayang. Terimakasih sayang untuk segalanya.
Dari Aku(Kau pasti tahu siapa)
Sunday, October 12, 2014
Aku Rindu, Kau Tau?
Padahal saat itu kau begitu sangat ingi berlalu.
Pernahkah kamu merasa saat itu tidak nyaman?
tapi saat ini kau malah ingin mengulanginya lagi.
Pernahkah kau memikirkan sesuatu yang saat itu ingin kau buang jauh?
Pernahkah kau merasa kau tak butuh, padahal hatimu butuh?
Aku yakin semua jawaban diatas tentu pernah. Karena penyesalan selalu datang terakhir, bukan? Ah selalu aja manusia mencari pembenaran. Bukankah manusia selalu butuh dibenarkan? Terkadang agak salah mungkin,
Selamat pagi, Kamu yang Kurindu.
Selamat berbahagia.
Selamat mencinta.
Untuk aku disini, selamat menunggumu.
Untuk aku disini, yang mulai membutuhkanmu.
Aku begitu sangat tahu, bahwa hari ini aku menyesal. Aku tahu aku memang sempat kecewa. Ya aku sadar aku bukan siapa siapa yang berhak untuk ikut andil dalam hidupmu.
Kini aku sadar aku salah. Aku akui. Dari awal seharusnya aku tak masuk dalam lubang ini. Dari awal au seharusnya gak main main. Aku memang seharusnya tidak masuk dalam kisah ini. Seharusnya. Seharusnya. Ahhh aku menyesal. Kata kataku tentang perasaan seperti meluap. Rasa nya sudah tak terkira. Kupikir kau distraksi. Ku pikir kau bisa jadi teman. Kupikir..... Lupakanlah. Mungkin ini main main. Mungkin. Tapi sebenarnya gak main main. Hanya hatiku dan Tuhan yang tahu. Kau hanya merasakannya.
Kita memang pernah dekat. Kurasa PERNAH perlu ku capslock. Karena kini kurasa kita tak lagi dekat. Entah apa yang mercuniku. Percayalah saat ini aku sedang mabuk Ilmu Negara sehingga apa yang kupikirkn tak lagi benar. Tapi bukan karn aku mabuk aku pandai membat cerita. Bukannya aat pikiran ruwet terkadngit lebih jujur? oke kukatakan.Aku nyaman. Aku rindu. Parfummu yang menyeruak masuk dalam hidungku. Bau rokokmu yang tak kusuka namun terkadang membuatku rindu. Ahhhh sepertinya benar katamu. Kau memang seperti candu.
Aku pernah merasakan hal yang sama seperti saat lakukan dan kita jalani saat ini. Aku memang tak pernah mau berharap. Ah jalani aja hidup yang ada. Tapi rasa nyaman? Rasa rindu? Apakah itu bisa dikontrol semudah aku mengatakan ke hatiku sendiri? ak mencoba mempengaruhi pikiranku. Tapi nyatanya? hidup memang terkadang menggnakan hati. Ah seandainya kita memiliki hati yang bisa secepat kita memasukkan memori ke otak. Pasti kita tak akan merasakan yang namanya RINDU. Rindu itu seperti sebuah anak kecil yang bermai lalu terjatuh. Rindu tak akan pernah hilang. Rindu akan kembali saat itu memang sedang tak berhati hati. saat kita mulai terlena. Dan rindu itu menyakitkan. Rindu akan bertumpuk. Pertemuan kadang tak membuat rindu berkurang. Kadang malah pertemuan membuat rindu semakin menyakitkan.
Selain tentang rindu, rasanya ku mulai kerusukan kata kata. Ah aku masih saja terbayang dan memikirkan kata katamu sekitar seminggu yang lalu. Kalau ku tak salah benar seminggu yang lalu. Rasanya waktu cepat berubah ya. Atau malah kau yang plin plan? sudahlah tak ada gunanya kita membahas ini. Sudahlah, kini aku harus kembali ke sebuah cerita nyata. Sudahlah, aku harus mulai terbiasa dengan kau yang sekarang. Aku hanya ingin memelukmu dalam doa yang suci. Mencumbu dalam mimpi malam ku. Semoga kau merasakan. Aku mengerti saat ini aku harus bergerak. Bergerak terus dalam menghadapi hari.
Memang hidup tak pernah semenyenangkan dengan yang kita harapkan selama ini. Kita hanya bisa mencoba lebih baik dalam menghadapi, dan meaku njalani hari kita menjadi lebih baik.
Aku percaya saat ini, bahwa yang menciptakan CINTA itu bukan Tuhan melainkan iblis. Tahukah? Tuhan mengusir Iblis dari surga karena Iblis menolak mencintai selain Tuhan. Ya. Cinta memang selalu menyakitkan. Terkadang cinta memang mengorbankan. Lalu? itulah cinta. Begitu ruwet dan juga itulah rindu. Terkadang juga rindu.
Aku menulis ini berdasar apa yang aku rasa saat ini. Aku tak ingin membuatmu merasa apapun. Sungguh. Aku disini sama sekali tak ingin merubah perakuanmu. Eh ngomong ngomong aku rindu kamu. Candamu. Bahkan panggilanmu. Semoga di hidup yang akan datang aku bertemu lagi orang seperti kamu. Yang bisa membuat hariku menjadi lebih indah dan cerah. Semoga kau tetap menjadi yang dulu ya walau kusadar tiap waktu selalu berubah. Tak ada waktu yang sama. Waktu adalah satu satunya satuan yang paling mutlak di dunia ini bukan? Ya, waktuku bersamamu ppasti kukenang. Kuabadikan dalam tulisan ini. Kuabdikan dalam angan. Semoga menjadi lebih bermakna. Watu akan mu. Waktu tentangmu.
Selamat tidur kuucapkan padamu. Semoga kau mimpi indah, Disini aku mendoakanmu selalu. Selamat malam kamu. Semoga ujian mu besok berhasil. Semoga mendapat nilai memuaskan.
dari,
Aku (dalam) Doa
Wednesday, October 8, 2014
Kamu mau menemaniku?
Teruntuk Kamu,
Yang perlahan menjadi spesial
Selamat pagi, kamu. Selamat pagi. Kuulangi sekali lagi. Selamat pagi. Entah pikiranku lagi kalut. Entah rasanya kepalaku mulai penuh. Ahhhhhhh... Apalagi yang kau pikirkan? Terserah! Aku lelah. Aku pusing. Soal akuntansi biaya memang membuat kepalaku semakin berat. Kedua, kau pasti tau. Aku merindumu. Tentu. Maafkan aku hari ini aku sesang tak enak badan apabila membuatmu sedikit kesal.
Ahhhhh selamat pagi. Kurasa dengan menulis ini akan mengurangi bebanku itu. Tentu bukan kamu.
Eh iya aku lupa aku ingin menceritakan tentang menonton film Annabelle yang hampir ditunggu oleh banyak orang. Bahkan ada yang rela membeli dari calo dengan harga yang selangit itu.
Begini, hari itu aku lelah sekali. Seperti hari ini rasanya. Badanku lemas dan pusing. Aku selalu merasa begitu ketika aku sedikit memiliki pikiran yang agak banyak. Kalo kau mau tahu aku sedang memikirkanmu dan tentu saja akuntansi biaya untuk besok. Aku berjalan di amplas untuk mencari face mask. Sore itu aku berencana menonton My Idiot Brother. Sendiri. Eh kamu tiba tiba menyanyaiku sedang dimana dan mengajakku menonton annabelle. Lagi lagi kubilang candu apa yang merasuki ku. Aku mau saja. Aku antri tiket dan mendapatkannya. Kurasa antrinya memang masih sepi saat itu. Tidak seperti sekarang. Aku pun dapat menyamainya dengan pasar tumpah.
Malam hari. Kita akan menonton pukul 20.40. Kamu bilang motormu mogok pas 10 menit sebelum film dimulai. Aku kesal. Tapi aku mencoba menahannya. Ternyata aku berhasil dan aku menunggumu didepan cinema sampai kita telat 15 menit. Keterlaluan bukan kamu? Kita tak pernah nonton iklan di bioskop kau tau?
Kurasa aku sudah melewatkan beberapa film. Dan sekarang aku ingin menonton My Idiot Brother kalau tidak Dracula Untold. Tentu bukan malam ini. Malam ini aku sedang bercumbu dengan akuntansi biaya, kau tahu? Rasanya seperti melayani namun diam saja. Lelah. Ya akuntansi memang sepertinya melelahkan. Semoga kamu tak seperti itu. Kembali ke topik. Mau kah kamu menemaniku besok?
Maaf aku tahu besok aku pasti bakal lebih butuh distraksi. Tenang bukan kamu distraksinya. Kurasa kamu lebih dari sekedar distraksi. Kuulangi sekali lagi. Kamu mau menemaniku?
Ttd
Gadis yang menungguimu dengan sedikit sabar
Sunday, October 5, 2014
Mau Kau Beri Judul Apa Catatan ini?
Hari Sabtu, 4 Oktober 2014
Aku menulis seperti orang gila tentangmu. Kemu memaksau menulis tentangmu. Ku menlis dengan beberapa kali edit dan juga perbaikan. Apa beda edit dan perbaikan bukannya sama saja? Persetan. Aku sedang malas membahas hal seperti itu. Semain hari aku mengenalmu semakin banyak aku memahamimu, Kurasa itu yang terjadi. Aku malah menjadi terbiasa dengan segala cara ngomongmu termasuk umpatanmu yang kalau boleh jujur bikin ludahmu kemana mana. Hari ini seharusnya aku mengikuti retret yang katanya ada acara perjodohan. Ah aku malah tak ikut. Aku malah menikmati hibernasi untuk mengisi energi menjelang UTS. Alasan tentang kamu? Sekali lagi aku tak tahu. Masih banyak yang aku tak tahu. Dan sepertinya belum aku mengerti. Terutama tentang kamu. Aku belum paham. Walaupun kuakui aku merasa nyaman didekatmu.
Kau mengajakku menemanimu menghadiri pertemuan kelompokmu. Jangan tanyakan sedikitpun padaku kelompok apa. Akupun tak mengerti. Yang kutahu kumpul dengan orang Batak. Itu saja. Selanjutkan akupun tak mengerti apalagi detailnya. Mana aku tahu.
Aku hanya menuruti saja. Tak tau pula kenapa aku mau menemanimu saat itu. Dan kenapa aku seperti bersemangat. Apakah ini sebuah distraksi belaka? Yang membuat segala nya menjdi menggairahkan? Ataukah sebuah keinginan untuku tetap berada didekatmu? Atau malah memang ini yang kuinginkan? jangan tanya dahulu. Aku tak tahu dan memang belum mengerti entah sampai kapan. Karena sekali lagi, aku belum memahaminya. AKU belum PAHAM
Pukul 20.23 WIB
Kesekian kalinya kau kembali menjemputku di kosku. Saat sebelum kau tiba Kau menyuruhku menggunakan sepatu hak tinggi. Aduh, Konyol sekali dirimu menyuruhku seperti itu. Namun, lagi lagi aku mau menuruti kemauan anehmu itu. Astaga. Aku rasa apa aku benar benar terkena distraksi akan dirimu. Mau maunya aku melakukan apa yang kau pinta. Ataukah memang sebenarnya aku memang ikhlas dan dari hati melakukan hal itu? Malam itu, kau benar benar memintaku menemanimu ikut dalam pertemuan dengan abang dan kakak mu itu. Katamu itu untuk turnamen. Ya aku mau menunggumu dibawah. Dengan kesabaran yang penuh aku menunggumu. Sabar sekali ya diriku buatmu. Mungkin dengan menunggumu membuatku menjadi lebih sabar. Menunggumu seperti mengasah sebuah pisau, dan pisau itu adalah kesabaran yang terlatih. Ya terltih menunggumu kuraa. Anehnya saat itu yang terjadi aku sama sekali tak merasa kesal yang berkelanjutan ketika menunggumu. Candu macam apa lagi yang kau berikan padaku ini. Membuatku selalu tak berdaya saat menghadapimu. Yang terasa hanyalah rasa nyaman yang mengakar sangat kuat dan sepertinya membuatku terlena tak berdaya. Entah aku tak mengerti atau bagaimana, namun aku rasa lebih tepatnya aku memang tak mau mengerti. Aku hanya ingin lebih memahami. Dan paham akan dirimu. Itu saja yang ada dipikiranku kini.
Aku dengan sabar menemanimu sambil membaca buku manajemen pemasaran yang setebal tembok kampus itu. Ahhh... Aku sabar sekali bukan denganmu? Kamu memang seperti candu buatku. Yang membuatku lemas dan sulit lepas darimu. Jika kuhitung dalam satuan waktu mungin aku akan cukup bosan menemanimu. Namun yang kurasa saat itu tidak. Aku baik baik saja. Tanpa kebosanan yang berarti.
Sepulang dari tempat pertemuan mu yang kalau aku tak salah namanya twenty four kita lagi lagi berkeliling melewati malioboro dan mencari tempat kita menghabiskan waktu berdua. Franks Nuttelaria menjadi pilihan kita malam itu. Disana kau menceritakan tentang kelaurgamu, teman temanmu, dan keinginan serta kerinduanmu untuk pulang ke daerahmu. Malam itu membuatku semakin mengenalmu, walau aku pun belum mengetahui banyak tentangmu. Tentang kamu anak terakhir yang memang saja kau sangat manja. Walau seringkali memang kau tutupi dengan sikap dewasa dan mukamu yang dewasa itu. Selain itu, kau pun bercerita tentang 3 keinginanmu di masa depan. Ah aku ingat apa saja keinginanmu, tak mungkin aku melupakan itu begitu saja. Keinginanmu itu yang pertama kau ingin hidup cukup, yang kedua kau ingin memiliki keluarga, serta yang terakhir kau ingin membahagiakan orang tua. Ah ternyata aku yang lupa. Kau membicarakan itu pertama kali saat kita makan zuppasoup di depan petraco. Dan yang semalam kita bicarakan lebih kepada resume yang telah kita bahas. Aku benar tak menyangka kau memiliki keinginan yang begitu indah dan nyaris sempurna. Kau banyak bercerita semalam. Itu membuatku senang, karena aku bisa menjadi pendengar yang baik untukmu. Mungkin kau pun senang dan lega atas semua ceritamu tersebut. Kuharap setelah itu kalo kamu ada masalah, kamu dapat menceritakannya padaku. Aku janji aku pasti akan dapat mendengarkan dengan seksama dan membantumu menyelesaikan. Dari pembicaraan semalam memang membuatku lebih mengerti akan dirimu. Kita menghabiskan waktu sampai tempat kita bercerita hampir tutup. Dan lampu telah dimatikan. Kita kembali mengelilingi jalan malioboro untuk yang kesekian kalinya malam ini. Disana aku menceritakan tentang mitos penghitungan pohon beringin. Yah kutahu kamu sangat penasaran. Saat itu juga kamu langsung mengajakku menhitung pohon yang katamu jumlahnya 26. sungguh aku berulang kali melewati tempat tersebut dan tak pernah berhasil menghitung pohon. Saat itu baru pukul 2 pagi. Kau bertanya kepadaku. Apakah aku mau kemana? Ku jawab saja terserah dia. Aku menurut. Seperti candu bukan dirimu bagi diriku? Kita menemui teman mu dan mengobrol bersama temanmu. Dan disana aku menemukan fakta baru tentang dirimu adalah kau sebagai ketua kelompok inisiasimu itu. Kau terlihat sangat bersahabat dengan teman temanmu. Memang, kau sepertinya bersahabat dengan semua orng. Tak dapat kupungkiri itu. Disana kau bilang. Kalau saja kau mengantarkanku ke kos pada jam segini kau pasti akan merasa tak enak kepada penjaga kosku. Aku mengerti kok dengan egala keputsan dan peimbanganmu.
Saturday, October 4, 2014
Terkadang sebuah nyaman menghancurkan segalanya, termasuk kenyataan bahwa memang hanya main main. Terkadang sebuah nyaman membuatmu sedikit kecewa karena hati yang tak kunjung mengerti. Nyaman kadang berbeda dengan apa yang sebenarnya harus dihadapi dan dilupakan. Nyaman seperti bintang yang jauh. Terlihat namun tak tergapai. Kurasa. Ya
Friday, October 3, 2014
Hujannya gerimis ya?
Hujannya gerimis. Nanggung. Kaya hubungan...... Engggg
Akkkhhh aku lupa, selamat pagi kamu . ingatkan pada jiwamu, bahwa disini waktu adalah pagi. Kataku kapanpun selalu pagi. Kataku hidup itu selalu cerah. Kataku. Ahhh lagi lagi kataku. Mana ada katamu --" Sini berikan Katamu. Agar aku mengerti. Bisa memahami.
KZL.
Kemarin, aku bercerita kepada malam. Tentang kamu. Tentang tiap inchi dari lekuk wajahmu yang kuingat. Mungkin sang malam bingung, tidak biasanya aku mencarinya. Biasanya, aku lebih senang memuja pagi. Seperti bulan memuja matahari. seperti ah lupakan saja. Tak penting. Lanjutkan saja pada intinya.
Mari kita masuk dalam cerita yang kuceritakan kepada malam semalam.
Begini dimulai dari pertemuan. Tak ada pertemuan maka tak mungkin ada kisah. Kisahku, kamu , atau malah kisah kita? Aku belum menjawab. Kataku aku tak tau. Jangan bertanya!
Bermula Malam minggu
Saat itu aku bertemu dengannya. MABA! Anak labil baru lulus sma, hih. Kelakuan masih anak kecil. Dipikiranku begitu bergejolak. Temanku yang kebetulan lagi didekatku langsung bilang, jangan dekati. Jangan. Mereka tak baik. Sungguh. Pikirku saat itu, PERSETAN. Aku tak peduli. Kutanggapi saja mau mereka, toh aku disana sedang berdua saja hanya dengan temanku.
Mengobrol lah tentang ya yang memang semua maba akan bertanya. KULIAH. Omaigatt temanku benar benar tak terima. Dia mengajak pulang.
Minggu sore,
anak itu mengajakku kegereja. Ah kebetulan temanku sedang berada didalam kosku . dimarahinya lah aku selama mungkin. Lelah. Malas. Keparat
Sabtu sore
menonton tenggelamnya kapal van der wijck. Film keparat. Membuat siapapun merasa apa yang dinamakan jatuh cinta dan ditinggalkan. Menangis. Disitulah bermula. Kamu menanyakan mengapa aku tak mengajakmu. Kataku. Aku tak tahu.
Sabtu malam.
Kita menonton Lets Be Cops film kedua yang kutonton hari itu. Tidak sendiri namun bersamamu. Ya kau saat itu memanggilku kakak dan aku malah merasa menjadi adikmu. Duh gagal paham
Minggu sore
Kita bersama lagi. Kegereja GKI konyol. Aku katolik. Kamu kristen dan aku mau maunya kamu ajak kesana. Sudah 10minggu tidak kegereja dan aku mau? Konyol
Rabu Malam
Akhhh aku kuliah 4sesi hari itu. Dan 3 matakuliah kuis rasanya seperti kena musibah berurutan. Malam itu , kau tak lagi memanggilku kakak. Kau merengkuhku dengan tanganmu dalam pundakmu. Ah berani sekali kau . Memanggilku sayang, beb. Memangnya aku siapamu?
Kamis malam
Lagi lagi kita menonton. Ah memang sepertinya kita menonton banyak film minggu ini 3 kalau tak salah. Kita seperti terkena distraksi akan sebuah film. Disini aku kedinginan. AC Badebah. Dingin menusuk tulang yang paling dalam. Membuatku malah seperti orang yang diluluri es yang sangat banyak. Menggigil. Konyol. Kau merengkuhku lagi. Disana aku merasa seperti. Ah kau tak perlu tau. Mari kita lanjutkan lain kali. Ketika cerita ini menjadi utuh.
Hujannya gerimis ya?
Nanggung
Ada sebuah catatan yang harus kau baca, dalam diam. Aku menulis berdasar apa yang aku pikir dan aku rasa.
Dan inilah aku menulis tentang daftar yang aku syukuri setelah kamu hadir disini,
1. Terima kasih kau telah mau mengenalku
2. Terima kasih kau telah memperhatikanku
3. Terima kasih kau telah membuatku tertawa
4. Terima kasih telah mengirimkan ucapan selamat pagi.
5. Terima kasih telah memaksaku untuk tidak tidur larut dan memberikan ucapan selamat tidur
6. Terima kasih telah bersedia aku ganggu
7. Terima kasih telah menjadi dirimu sendiri didepanku
8. Terima kasih untuk setiap rangkulan yang terasa nyaman
9. Terima kasih atas segala yang kau ceritakan kepadaku
10. Terima kasih untuk pertemuan yang tak terlupakan
11. Terima kasih sudah mengijinkan ku mengerti tentangmu
12. Terima kasih kamu telah menyediakan waktu untukku
13. Terima kasih telah mengajakku kegereja, setelah absen 10 minggu
14. Terima kasih untuk hari hari menyenangkan
15. Terima kasih untuk segala kegilaanmu.
Terimakasih atas segalanya yg kau beri, kuharap daftar ini tak berhenti disini saja. Kuharap data serta kisah tentangmu tidak berakhir maka dengan itu sengaja ku buat NANGGUNG agar kau penasaran dan berharap kisah berlanjut. Egois sekali bukan, diriku? Malah menjadikanmu objek bercerita. Malah menjadikanmu ... Ah kau pun menikmatinya bukan? Bukannkah kau pun yang meminta aku menulis ini? Kalau aku boleh tau untuk apa? Apa yang membuatmu tertarik? Selalu aku penasaran kepadamu. Kamu seperti candu yang kucoba lalu membuatku ketagihan. Ah entah dimana aku mencari penawar candu tersebut. Apa dari kamu? Dari tiap lekuk wajah dan bibirmu yang kuingat? Aku tak tahu. Kuharap candu yang memabukkan ini tak membunuhku. Itu yang kuharap. Karena ini memang hanya angan bukan dalam kenangan. Semoga berlanjut dan TIDAK NANGGUNG. Seperti gerimis.
Aku tak tahu kini.. Aku salah atau tidak saat mengenalmu. Menyelam dalam dirimu yang banyak orang tidak setuju. Aku tak mengerti atau entah tak mau mengerti. Hanya menikmati atau benar menikmati. Aku tak tau yang kutahu aku nyaman. Nyaman seperti hujan gerimis yang datang saat panas mulai membunuh. Aku nyaman tapi aku mohon jangan seperti hujan gerimis. Karena kuyakin kau tau. Ya. Nanggung
Monday, September 22, 2014
Ke-N-Angan
Ke-pergian
Ini sebuah cerita tentang kepergianmu. Tentang kenikmatan yang pernah kita lewati berdua. Perihal rasa yang penuh warna. Tanpa sebuah bosan yang mulai menyakitkan. Tanpa sebuah pergi yang setiap saat datang, merenggut semua bahagia yang kuira telah usai. Bahagia yang kukira telah berakhir. Ini tentang bahagia juga tentag sebuah luka. Tentang pengharapan juga tentang pupusnya impian. tapi tenang saja. Ini masi tentang kita. Hanya aku dan kamu. Tidak ada dia. Tidak ada tempat untuk dia.
N-anti
sebuah harapan tentang masa depan yang masih tersimpan. Tentang sebuah masa yang tak pernah kutahu akan seperti apa. Sebuah hidup yang akan kujajakin. Mungkin bersamamu bisa juga bersamanya. Kenangan yang mungkin akan hilang dimakan waktu. Rasa yang masih saja mungkin menghantui. Ya. Ini mungkin tentang kita. Tentu kita, karena aku yang mengatakan. Bisa tentangmu juga tentangnya. Selamat merindu dalam masa depan yang kutunggu.
Angan
Ini masih tentang masa depan. Yang ku jalani apabila kau hempas tubuhku. Masihkah darah berwarna merah. Sungguh. Aku begitu konyol. Bukan karena sebuah kehilangan. Ini hanya tentang bahagia. Aku mungkin bersamamu. Karena impian mungkin dapat terjjadi. Ini rindu yang mengakar. Bersamamu aku utuh. Denganmu lah aku berangan. Menapak masa depan dengan seluruh hati yang tentu penuh.
Kenangan
Ini tentang kita. Aku dan kamu. Bukan aku dan dia. Apalagi aku, kamu, dan dia. Sebuah cerita yang penuh dengan warna beragam. Dengan kebahagiaan alami tanpa ada zat kimia yang meracuni kita. Bukan pengaruh obat. Ini murni. Kukatakan kini aku bahagia. Mengenangmu yang masi menghantuiku. Selamat datang sebuah bahagia
Selamat
Selamat datang lagi,
Selamat sebuah hari yang indah.
Selamat atas semua yang telah terjadi dan terlewati.
Selamat.
Selamat kembali berangan.
Selamat kembali mecinta.
Selamat kembali.
Selamat.
Selamat kau pernah pergi.
Selamat kau pernah menghapusku.
Selamat tinggal.
Tuesday, August 12, 2014
Tentang Pagi (Yang) Tak Siang
Selamat pagi,pagi
Ku menulis surat berdasar waktu dalam angan
Selamat pagi waktu dimana ucapan lebih dalam dari panas matahari
Oh ya lupa pagi matahari belum muncul kan?
Iya seperri hari yang belum sembuh dari luka.
Aku ingin bercerita.
Persetan kau mau mendengar atau tidak. Aku tak minta. Aku hanya ingin menulis. Terus menulis. Seperti orang kesurupan yang tak mengenal lagi. Ya tanpa kesadaran. Ku tahu.
Kali ini berbeda aku sedang dalam kesadaran. Kesadaran akan aku ada. Aku ada disini . Maka aku bercerita.
Mulanya aku akan bertanya. Tanpa mencintai dan dicintai kita bisa bahagia, bukan?
Kenapa bahagia harus diukur dalam cinta, karier, dan sosial. Tanpa cinta kita masih bisa bertahan dan bahagia kan?
Apa buktinya para biarawan dan biarawati diluar sana tanpa cinta disebut bahagia. Kurasa memang mereka begitu.
Apakah sebuah hubungan harus dengan berpacaran? Apakah sebuah komitmen diperlukan? Untuk apa? Saling menyakiti? Saling berdusta? Mengapa tidak jalani saja? Mengapa tidak saling memeluk dalam tidur namun tetap sebagai sahabat?
Sepenting itukah status?
Rasa tentangmu mungkin masih tersisa tak luput dari jiwa yang belum diam.
Badebah! Aku rasa aku sudah cukup bahagia. Aku rasa aku sudah cukup menikmati hidup. Tapi kenapa. Harus ada namanya hubungan? Aku lebih menghargai hubungan tanpa status yang bergairah dibanding sebuah hubungan pacaran tenang tanpa gairah. Bukan. Aku tak memuja seksualitas. Aku hanya menikmati. Detik demi detik waktu yang ada. Tanpa melewati apapun yang dapat kesebut bahagia. Mungkin bagi kalian tidak.
Selamat malam.
Selamat kelam
Selamat bergumam dalam impian yang tak pernah nyata
Dalam sebuah mimpi yang sewaktu sirna
Selamat hidup merdeka tanpa batas
Selamat mencintai
Aku lari
Dari kenyataan yang tak pernah berpihak.
Ini tentang waktu
Terlambat!
Nasi telah menjadi bubur
Luka kembali dengan pilu
Selamat tinggal,
Aku menyayangimu
Sunday, July 27, 2014
Surat ((sang)) Masa Lalu
Sunday, July 13, 2014
Surat untuk Pak Prabowo
Saturday, July 12, 2014
Surat untuk Masa Lalu
Teruntuk Negeri Cahaya,
Selamat pagi. Entah sekarang pukul berapa ketika kau membaca ini tetap kuucap selamat pagi. Pagi adalah sebuah bagian waktu yang tak pernah aku rasakan. Aku tak pernah mengenal apa itu matahari dan apapula matahari terbit. Doaku hanya matahari terbit dan menerangi walaupun diufuk barat. Tak perduli apa kata kalian dimasa yang tak pernah menghargai arti cahaya. Merasa pun aku tak pernah. Apalagi untuk membenci.
Seperti halnya malam. Aku tak tau ada bulan atau satelit yang mengorbit planet berpenghuni. Hanya bayangan, cerita mimpi di negeri harapan. Aku pernah membaca itu semua. Iri? Tentu pasti. Menginginkan apa yang pasti takkan kita miliki, adalah hal tersulit dalam hidup. Aku berdoa, menyembah, memohon apa daya semua berkata ini, "Ini kutukan Tuhan.'' Aku tau yang sebernarnya tapi sulit untuk yang mengatakan dan mengakui yang sebenarnya. Pernah dengar? Jujur terkadang melukai. Lalu untuk apa sebuah kejujuran? Jika ketika berinteraksi kejujuranlah yang kita tutup tutupi. Selalu kebohongan berakhir manis. Ya setidaknya aku muak dengan sermua itu. Ah kembali ku bercerita. Matahari, bulan, bintang lenyap tak lama sebelum aku lahir. Kata mereka, kita spesies pembawa dosa. Nyatanya kalianlah dalang dari semua kehancuran itu.. Kalian tak menjaganya, apalagi menghormati. Cinta di negeri kami hampir punah. Kejujuran tak lagi ada. Kebohongan terus bertumpuk. Kalian yang membaca ini pasti pernah merasakan dicium dengan mata terpejam dan penuh nafsu bukan? Disini. Pada zaman ini tak lagi ku rasakan. Ciuman alat kebohongan. Menunjukkan nafsu? Ah para gadis pasti membunuh kami. Di negeri kami jujur sudah termasuk alasan yang kuat untuk membunuh. Undang Undang yang kalian kenal berbeda dengan sekarang. Bahkan kebalikan. Melakukan hubungan seksual bukan karena nafsu melainkan formaslitas belaka. Tak ada on clinic, apalagi klinik tong fang. Semua kebohongan. Kebohongan yang utama.
Selamat pagi kamu yang membaca ini. Kalau kau membaca sebelum pagi kumohon kau baca tiap pagi. Bantu aku. Aku ingin merubah zaman ini. Zaman kalianlah yang membantu. Dimana kejujuran dihargai. Dimana hati nurani masih terdengar. Tolong, jangan nodai kesucian zaman kalian. Jangan pernah memutarbalikkan sesuatu. Masa depan selalu dapat berubah, masa lalu selalu jadi penyesalan. Tolong, jangan buat aku tak pernah merasa matahari terbit. Aku ingin melihatnya, katanya indah sekali ya ? Kirimi aku jika kamu dapat membaca surat ini.
Salam sayang,
Aku di (masa) depanmu
Sunday, July 6, 2014
Surat untuk Hati
Wednesday, July 2, 2014
Surat Terbuka Untuk (Calon) Pacarku
Ku dengar saat ini sedang banyak yang menulis surat terbuka. Kau ikut tidak? Atau bahkan kau tak mendengar. Ah kau selalu begitu sayang. Terlalu nyaman berdiam di benakku. Tanpa berkutik dan tanpa gerak sedikitpun. Kau membuat hariku menjadi lebih tenang.
Sayang, aku tau dn aku begitu paham kondisi ketika aku sedang menulis surat ini dikamar yang lebih mirip kandang monyet. Aku menggunakan monyet karena aku menghargai teori Eyang Darwin. Kalau kita hasil evolusi dari spesies kera itu sendiri. Mari kita lanjut sayang sebelum aku melntur dan melalangbuana semakin mesra. Aku tahu sayang, saat aku menulis surat ini da kamu membacanya kamu pasti berpikir ini untuk siapa. Aku menulis ini untukmu sayang, namun kita belum berpacaran. Apa boleh buat aku tetap menulis ini. Ini surat saat aku tulis memang belum bertuan. Namun jika kamu ingin menjadikan surat ini untukmu kamu isa terus terang sama aku. Gak ada salahnya kan?
Hati ini tergerak sayang melihat surat ini ama terbengkalai. Ya sebenarnya begitu sepele. Bukannya sebuah surat harus ada tujuan? Lama aku memikirkan tujuan surat ini. Tetap sayang otaku terlalu lemah. Aku tetap belum menemukan surat ini untuk siapa. Ya sekali sekali aku melanggar UNDANG UNDANG SURAT dan aku membuat surat ini (belum) bertuan. Surat yang jujur ini tak mungkin aku biarkan di pojokan kamar bersama onggokan baju kita sayang. Terlalu tragis akhir surat ini. Namun aku akan mencari dan trus mencari yang dapat menghargai surat (tak) bertuan ini.
Sayang, ini sudah pagi bukan? Rasanya kamu harus tidur. Jika ketika kamu membaca ini tidak pagi, melainkan siang,sore ataupun malam anggap saja ini pagi. Dimana kamu membangunknku dengan ciuman mesra mu itu. Selamat Pagi Sayang. Semoga hadirnya suratku dapat membuatmu jadi bahagia.
(Dicintai terkadang lebih sulit daripada mencintai,karena terkadang kita sering tak sadar menyakitinya)
Dari,
(Calon) Pacarmu