Thursday, December 25, 2014

Doa Natal

Sebelum mata menutup di malam kudus yang senyap,
Aku benar adanya terbesit wajahmu di hatiku walau hanya sekejap.
Entah mengapa kau sanggup menggores luka yang susah payah kututup.
Rindu yang tak pernah ada lagi saat kita mulai menjauh satu sama lain.
Kita yang pernah ada, dan kita yang selalu bersama.
Kita dahulu yang pernah menonton marathon bersama.
Dan kita kita lainnya yang mungkin mulai terlupakan.
Entah apa yang ada dalam pikiranku, namun doaku di Natal Tahun ini sangatlah sederhana.
Sesederhana perayaan Natal di Kotaku.
Doaku hanyalah Semoga Cepat Dapat Pacar. Sungguh sederhana bukan?

NB: Doa ini sudah kudoakan dan kutitipkan kepada semua sahabatku.

Tuesday, December 9, 2014

Beda akankah kau menjadi SAMA?

Hai, dunia yang penuh dengan perbedaan dan pertentangan.

Jikalau diijinkan aku akan memperkenalkan diri sebagai salah satu insan di bumi ini yang ingin bercerita perihal perbedaan, yang selama ini pernah ada didunia ini.
Baik dan Buruk
Dua kata yang tidak bisa di satukan.
Baik dengan semua niali positifnya dan buruk dengan semua nilai negatif
Seru dan Hampa, Indah dan Gersang, begitu juga dengan berbagai kata lainnya.
Pertanyaan kita tentu, ada apa dengan kata-kata tersebut? Bukankah itu merupakan kata-kata yang sering muncul di
kehidupan kita? Sebuah kata yang kita tau arti nya tanpa kita tau alasanya.
Pada saatnya akan muncul sebuah pertanyaan sederhana. Mengapa dua kata yang saling berlawanan ini tidak bisa bersama?

Aku sebagai manusia yang menjadi saksi perihal baik dan buruk akan sedikit bercerita.
Mengapa mereka berbeda? Jawabannya ialah mereka tidak berbeda melainkan mereka sama. Suatu hal yang di  gambarkan dalam ucapan dalam untaian huruf magis.
Ketahuilah, mereka tidak bisa bersama adalah kalimat yang salah, jika kita ikut merasakan maka,
kita  pun akan merasakan sesuatu yang berbeda dari kata-kata tersebut.
Kita dapat mengetahui apabila Dia indah jika kita tidak melihat dan mengetahui  gersang,
Dari manakah kita dapat mengetahui Dia baik jika kita tidak mengetahui dan melihat buruk.

Segala sesuatu yang buruk ada karena kita pernah merasakan sesuatu yang indah begitupun sebaliknya suatu yang baik ada karena kita pernah merasakan yang buruk.

Lalu, apa alasan baik dan buruk tidak bisa bersama, jika kita hanya menilai sesuatu
dari satu pihak?

Seperti halnya, Aku dan Kamu
anggap saja kedua kata ini adalah kata yang tidak bisa bersama, apa kamu punya alasan
untuk menjelaskanya.
Apa ini masih menjadi alasan kenapa kita tidak bisa bersama?
Aku buruk dan kamu indah, aku nakal dan kamu baik, aku susah dan kamu bahagia .
Apakah itu alasan nya?
Jika memang benar itu alasannya kenapa alasan yang lain  tidak bisa menjadi alasan untuk kita bersama?
Jika kamu bisa melihat dari sisi yang lain.
apakah buruk akan selalu menjadi buruk? Jika mereka di satukan dengan yang baik,
apa baik akan begitu saja terpengaruh dengan yang buruk?
Jawabanya tentu  tidak.
Baik dan Buruk, mereka akan terus bersama salinhg mengiringi dan saling melengkapi .
Inilah alasan mengapa  aku ingin bersamamu.
Tidak dengan karena melainkan keputusan
Karena aku ingin menjadi lebih baik saat menghabiskan waktu bersamamu.
Karena kini kau pasti mengerti yang buruk tidak selama nya negatif jika di lihat dari sisi yang berbeda. Dan hati yang berbeda

Monday, December 1, 2014

Dalam Diam

Dalam malam yang kelam lagi dan lagi aku berdiam dalam segala mimpi dan segala alam yang fana,
dalam semua rindu yang makin membuatku tertahan, dalam semua rindu yang kini ta tertahan. Ataukah segala rindu yang memang belum sempat terucap dalam kata?
Dalam segala debu yang masih membekas, hangat yang masih terasa. Kau tahu? sebuah luka memang tak mudah dilupakan. Sebuah jatuh cinta sepertinya tidak jauh berbeda bukan?
pernahkah kau merasa sebuah jatuh cinta dalam diam? pelan pelan mengucap salam dalam hati? Diam diam kau meliriknya secara perlahan dan hanya dalam hitungan  detik? Ataukah kau merapalkan dalam doa yang hanya kau dan mungkin Tuhan yang tahu? Pernahkah kau merasa begitu? Ataukah mencoba berdoa terus menerus? Atau malah kau pernah merasa jatuh cinta tanpa kau sedikitpun tak tahu tentang dia? Ataukah bahkan kau pernah merasa jatuh cinta tapi kau samasekali nama maupun identitas tempatnya? Pernahkah kau merasa bahwa semua jatuh cintamu itu sia - sia ? Pernahkah kau merasa bahwa semua yang kau pikirkan tentangnya malah menjadi distraksi? Rasanya? Sekarang aku tak mungkin ungkapan rasa yang ada. Bisa apa aku? Mencnta pun aku kini tak sanggup lagi.
Dalam apa aku lebih jauh dalam merindu?
Dalam diam akupun sering merindu. dalam rindu yang semakin lama semakin menyakitkan. Karena kau tahu? Aku sering merindumu , merindu dalam diam yang ku yakin semua ini sia sia. dalam semua kisah yang kutahu kini percuma.
Kita dalam diam.
KIta daam masa yang tak pernah ada.
Harapku yang kurindu.
Mungkin ku juga ikut percaya apa yang dituliskan dalam sebuah novel yang kunanti.
Katanya jatuh cinta adalah cara terbaik untuk bunuh diri. Sepertinya ada benarnya. Karena saat jatuh cintalah ada luka. Seandainya....
Persetan dengan seandainya
Diam ku terdiam
Berjalan ku dalam diam
Berhenti ku tuk Jatuh Cinta,mungkin

Ps: malam ini aku diam diam tidak dapat diam dan memejamkan mata
Dalam ketidakdiaman aku masih berusaha dalam diam

Tuesday, November 25, 2014

Maafkan aku, hujan

Siang ini hujan turun deras, aku tak tahu harus bersyukur atau malah mengeluh.
Setidaknya hari ini panas tidak lagi menganggu. Sesederhana itu aku melihat hujan.
Tidak, aku tidak sedang mengingkari apapun kok.
Tenang saja. Memang ini tak seperti biasa. Aku sedang tak berbicara kepada hujan. Menitip rindu? Rasanya aku saat ini bahkan tak tahu harus menitip rindu untuk apa dan siapa.
Ahhh.. Saat ini aku sedang menatap hujan.
Hujan yang turun dengan pelukan sang mentari yang sedang sendu.
Ngomong ngomong, apakah aku seperti mentari saat ini?
Apakah aku memang sesendu ini?
Tidakkah lesu dan diamku lebih baik?
Kurasa aku ingin diam.
Tidak aku tak ingin menangis seperti langit siang ini.
Untuk apa aku menangis?
Keputusasaan?
Kerinduan?
Kesepian?
Pengharapan?
Ataupun cinta?
Tidak... Aku takkan melakukan itu.
Sepertinya saat ini sedang takada yang diperjuangkan dan memperjuangkan.
Apakah itu berarti sebuah luka?
Atau malah yang sebaikknya terjadi?
Atau mungkin ini malah proses pendewasaan?
Proses kemandirian?

Mungkin aku seperti hujan yang dilepas tanpa tau bermuara dimana.
Bersama sama memang tapi bukankah tujuan tiap butir hujan berbeda?
Bermuara ditempat berbeda dan berubah menjadi wujud berbeda?
Bukankah hujan yang turun akan mengikuti media yang menampungnya?
Apakah itu muara sebuah hujan?
Ah....
Sekarang tentang aku.
Apabila aku menjadi hujan. Apakah media yang menjadi muaraku adalah kamu?
Apakah aku akan memiliki akhir selain kematian.
Kurasa aku terlalu larut dalam hujan.
Apa malah aku larut dalam sepi yang kian membunuh?
Kata mereka aku bahagia.
Nyatanya kalian takkan tau.
Mungkin hanya Tuhan, itupun kalau Tuhan memang ada.
Ah. Persetan. Aku terkadang memaknai hujan terlalu dalam. Beginilah akibatnya.
Larut. Terlarut dalam air yang melebur.
Seperti air dan gula.
Seperti air dan tanah.
Seperti aku dan (mungkin) kamu dalam cinta.

Hujan hari ini lebat sekali, semoga hujan yang berikutnya datang dapat aku ajak lagi bercakap.
Dalam merindu dan menitip pesan kepada seseorang.
Hujan, maafkan aku aku mendiamkanmu saat ini.
Entah sampai kapan aku seperti ini kepadamu.
Doakan saja.
Secepatnya aku bercakap padamu.
Saat ini menghirupmu memberiku tenang.
Mendengarmu membuatku memiliki teman.
Ah kau memang indah.
Namun sekali lagi maafkan aku, aku tak bisa berbicara denganmu.
Maafkan aku.

Sunday, November 23, 2014

Kau mendengarku?

Selamat siang, aku rasa aku menuliskan ini saat waktu beranjak siang.
Setidaknya otakku yang membisikkan bahwa ini sudah siang.

Aku ingin bercerita.
Aku bercerita seperti biasa, dengan sudut pandang orang pertama dan tokoh utama. Yaitu aku.

Kata teman ku. Mungkin bisa disebut teman yang lumayan dekat. Kurasa.
Dia khawatir dengan keadaanku katanya.
Aku bahkan tak mengerti
Apa yang dia khawatirkan berlebih.
Sepertinya aku baik baik saja.
Hanya sedikit pusing dan pucat.
Dia datang ke tempatku.
Kami berdua duduk diranjang yang sama.
Dia bilang apakah aku kesepian?
Kau pikir apa? Aku baik baik saja? Jika nyatanya ada yang mengira aku buruk toh itu sudut pandangmu ,bukan?
Saat itu mungkin aku sedikit lusuh.
Boro boro dengan make up. Bedak tipis pun malas aku poleskan.
Rambut tersisir rapi?
Rasanya aku kuncir ekor kuda dengan anggapan persetan apabila ada helai rambut yang terlepas.
Mungkin aku sedikit berantakan.
Bukankah aku tak dapat menilai diriku dengan sudut pandang aku?
Rasanya tak obyektif jika aku menilai sendiri.

Lagi lagi dia menanyakan.
Apa yang mengganggumu.
Apakah kau ingin kekasih?
Spontan saat itu aku tertawa. Mungkin kalau kau perhatian kau paham itu tertawa lirih.
Bukan, aku tak setragis itu kok. Aku hanya merasa. Ya perasaan yang mungkin membunuh.
Kau tau? Apa nyatanya aku setragis itu?
Toh aku tertawa,aku bermain. Seperti anak anak yang belum mengenal apapun. Masalah misalnya.
Tapi aku tetaplah seorang gadis yang menurut hukum sepertinya telah dapat dianggap dewasa. Terkadang memang kesepian itu.... ah lupakan saja.
Itu tak penting.

Ps:
Mendengar Dosen Mengajar dalam Sepi saat RAMAI

KEPUTUSASAAN

Selamat malam,
Aku menuliskan ini dalam kekalutan luar biasa.
Entah kenapa, entah. Aku tak mengerti, waktu memang tak pernah bergulir sempurna.
Kau yang membaca ini dalam diam.
Pernahkah kau merasa keputusaasaan?
Pernahkah merasa bahwa dunia tak lagi bersamamu lagi?
Pernahkah merasa bahwa penantianmu sia sia?
Aku rasa, aku pikir, aku berkata kita pasti semua pernah merasa.
Bagaimana rasanya?

Berulang lagi, berulang kembali, aku rasa kembali lagi dalam sebuah sepi dari puncak rindu yang tak berbekas.
Rindu selalu menyakitkan bukan?
Selalu selalu selalu
Menyakitkan mana kau rasa merindu atau malah sama sekali tidak merindu?
Dalam sepotong kertas putih yang tak ternoda kau tau?
Kau bisa menuliskan apa aja secara bebas. Secara leluasa.
Apakah sama apabila yang berwarna putih tersebut adalah kain?
Ataukah papan tulis kampus kita?
Beberapa media memang bisa dihapus begitu saja.
Tapi apa mungkin kita menyamakan itu semua?
Menyamakan atau disamakan memang kadang tidaklah penting.

Terkadang kita menemukan untuk  ditulis saat saat yang terkadang tidak tepat.
Mungkin saat ini memang bukan waktu yang tepat.
Semua pertemuan memang tak pernah ada yang kebetulan.
Setiap pertemuan takkan kita ketahui apa akhir dari itu.
Namun, entah mengapa aku telah berhenti.
Haruskah aku berhenti menerima?
Haruskah tidak ada lagi pertemuan?
Haruskah aku melupa apa yang pernah terjadi hingga taklagi ada luka?
Apakah sebaiknya aku memang tak pernah lagi ada?
Aku ada?

Harusnya aku berhenti
HARUSNYA
HARUSNYA
HARUSNYA

ps :
KU MENULIS (MUNGKIN) DALAM KEPUTUSASAAN

Wednesday, November 19, 2014

Cerita dalam Semoga

Detik berdetak dalam kesunyian, seperti sandi morse yang tergambar dalam isyarat.
Sandi yang harus dimengerti lewat untaian peristiwa tak terarah.
Peristiwa katamu?
Sebuah potongan kejadian, ungkapan, atau sekedar tulisan?
Aku kembali lagi disini.
Aku kembali seperti biasa untuk bercerita.
Untuk menulis tiap inchi emosi yang kurasa dalam diam.
Dalam perenungan yang kupikir matang - matang.
Dalam harap sebuah pengharapan.
Seperti cahaya dalam kegelapan.
Hidup terkadang metafora kawan.

Kau pernah meminum segelas coklat?
Kita tak pernah terbayang rasa yang akan kita kecap.
Entah manis, pahit ataupun hambar.
Kita tak pernah tau sebelumnya seberapa banyak gula yang akan kita tuang.
Bisa setetes bisa pula sesloki gula.
Kita tak pernh tahu bukan?
Seperti sebuah perkenalan yang tak kita tahu ujungnya bakal kemana.
Berakhir sampai disana, berlanjut berteman atau bahkan ada yang berpacaran.
Sebuah pertemuan selalu ada akhir.
Juga selalu ada awal yang baru.
Bicara apa aku kali ini?
Tentang hidup? Cinta? Pertemuan?

Sebuah dalam berbagai peristiwa.
Sebuah kataku.
Bukan dua ataupun tiga.
Apakah aku tempatmu berlabuh?
Apakah aku tempatmu untuk pulang?
Apa malah aku yang takbisa lepas darimu?
terdistraksi akan tiap langkah mu?
Atau...
Au tak tahu lagi.
Kamu semakin menjadi dalam afeksi yang tak lagi kutawar
Sebagai candu yang membunuh perahan. Tanpamu. Tanpa kita. Aku


PS: Aku menulis dalam hingar bingar dan carut marut tugas.
Seperti kamu mungkin, yang membaca ini saat jenuh dengan tugas yang berlebih.
Disini aku menulis dan disana kamu membaca. SEMOGA.

Sebuah Tanya

Bulan, bintang, segala hiasan lagit tak menghiasi malam
Sunyi senyap kurasa dalam ramai malam ini
Rasa sepi dalam mendung yang menyekat
Segala angan yang terkubur dalam

Malam yang setia mendengarku
Dalam diam untaian kata 
Semakin ku diam semakin ku bercerita
Menangisku dalam tawa

Memang katamu sederhana
Tapi selalu tak sesederhana itu
Luka, Cinta?
Bukankah Berhubungan?
Kita semua merasakan bukan?

Ps: Jangan bilang aku lagi galau
Menulis sembari tertawa

Sunday, October 26, 2014

Sadarkah kau hangat pelukmu masih terasa membekas .
Walau sekian lama kita tak bersua.
Sadarkah kau?
Rindu ini menabung luka yang akan sembuh hanya dengan perhatian dan pertemuan

Friday, October 24, 2014

Aku Akui Saja

Akui saja,
Aku merindukanmu
Akui saja,
Aku memimpikanmu
Akui saja,
Aku membutuhkanmu
Akui saja,
Aku mengenangmu

Akui saja,
Aku pernah mengecewakanmu
Akui saja,
Aku pernah membuatmu terluka
Akui saja,
Aku pernah main hati
Akui saja,
Aku pernah tak serius

Akui saja,
Aku nyaman denganmu
Akui saja,
Aku sayang kamu
Akui saja,
Aku bahagia
Akui saja,
Kau istimewa

Aku akui saja
Kamu memang indah
Aku akui saja
Kini kau tak lagi ada
Aku akui saja
Harapanku hanyalah kau

Akui saja aku
Walau hanya sebentar

Sebentar akui saja

Akui aku saja
Aku mohon sebentar

Sebentar aku mohon
Akui saja aku

Thursday, October 23, 2014

Metamorfosis

Metamorfosis pelajaran kita kelas 4 SD dahulu bukan?
Pertama kali mendengar kata ini tentu kita sedang berkata bahwa kata ini begitu istimewa.
Sampai pada saat kita disuruh menghapal siklus dari metamorfosis.
Alamakk banyak sekali siklusnya dengan bahasa yang sangat aneh pula.
SMP dan SMA saat itupun tentu kita masih mengingat.
Kuliah?
Disini aku tak kuliah dijurusan yang berhubungan tentang IPA kontan saja, aku mulai melupakan kata ini.
Sampai pada saat tema SETIAP HARI MENULIS SATU hari ini adalah metamorfosis
Saat aku menulis kata demi kata yang masih ambruladul ini Metamorfosis bukan siklus kupu kupu, dari ulat menjadi kupu kupu yang indah.
Saat ini mungkin aku merasa seperti patah hati, padahal nyatanya tidak seperti itu.
Metamorfosis sering kita artikan perubahan.
Tahukah? perubahan tak melulu menjadi indah seperti layaknya ulat menjadi kupu kupu.
Sadarkah? Kita tiap hari bermetamorfosis.
Bahagia menjadi duka. Jatuh cinta lalu Patah Hati.
Lalu apa bedanya?
Ya terkadang kita berharap akan menjadi baik. Nyatanya tak banyak yang berubah, dan kadang lebih buiruk.
Akhir bulan lalu, mungkin tanpa kusadari aku sedang jatuh cinta atau pun aku menemukan distraksi.
Tapi  Akhir bukan Oktober yang mulai musim penghujan ini, hatiku seakan mulai mendung.
Ya perasaanku tak lagi sebahagia. Memang, setahuku tak pernah ada barometer dari sebuah kebahagiaan aku tetap tak tahu pasti.

Metamorfosis memang kadang tak pernah bisa ditolak. Kita hanya perlu menikmati serta merasakan lebih.
Ahhh.
Seperti luka yang semakin menganga kurasakan. Harus kujalani walaupun sulit.
Seperti kita menghapal siklus metamorfosis kupu kupu , bukan?

Kata kata meluncur turun seperti air mata yang mulai tak terbendung. NAmun memang aku sepertinya tak pernah kapok dan lelah. Aku tetap bermetamorfosis. Entah menjadi baik atau buruk. Hasilnya selalu terakhir bukan?

Tuesday, October 21, 2014

Lagi Lagi Tentang Kamu #Day1

Selamat Malam
Kurasa hari ini aku sedaang ingin mengakui bahwa saat ini adalah malam.
Ya, kau tahu bukan?
Selalu hariku kuanggap pagi hari.
Ya sebelum hari ini aku membaca cerita tentang DIA.
Kau tahu sayang, tiap kata yang terungkap membuatmu ingat kamu.
Apalagi saat tiket nonton film yang pernah kita tonton berdua mencuat begitu saja dalam rak bukuku.
Terkejut? tentu saja
Konyol memang. Kupikir saat ini hanyalah sebuah Firasat,
Firasat kataku.
Ya firasat ataukah kenyataan aku tak mengerti.
Kini memang kau telah terasa jauh.
Susah dan enggan ku gapai
Firasatku tak pernah salah
Setidaknya aku tak pernah menyesali bahwa aku pernah dekat dan menjadi bagian dari harimu.
Takkan pernah kulupaan dan akan menjadi memori terindah.

Wednesday, October 15, 2014

Kaukah distraksi atau malah Afeksi buatku?

Selamat hari Rabu.Seperti postinganku yang sebelumnya. Ini memang tak ada yang spesial.Semua yang tertulis disini mungkin memang tak penting dan takkan mudah merubah keadaan.Namun, setidaknya membuat beban pkiranku sedikit berkurang.Setidaknya, aku sudah menulis dan mudah mudahan dibaca olehmu.Tentu saja, aku tak akan berharap banyak akan hal itu.Aku sadar diri akan itu.
Sebelum kulanjutkan aku akan bertanya. Seperti biasa, aku selalu memulai segalanya dengan pertanyaan bukan.Tidak. Kau tenang saja. Jangan gugup seperti itu. Aku bertanya pada diriku sendiri.Penyesalan selalu di akhir kan?Penyesalan dan rasa sakit itu, sakit ya?Memang aku sadar begitulah hidup hanya terdiri dari melupakan dan dilupakan bukan?ya, tergantung kita akan lebih dulu menikmati yang mana.Kurasa hanya waktu yang dapat berkehendak.Tuhan, tanyamu?Bukankah satuan yang paling hidup dan nyata adalah waktu?Tuhan mungkin campur tangan.Tentu, Tuhan (katanya) tak akan meninggalkan kita, bukan?Termasuk saat dilupakan. Ah semoga saja Tuhan saat ini tak melupakanku. Semoga.
Selain tentang itu, aku akan bercerita. Disini aku takkan bercerita sendirian.Aku akan ditemani sebuah lagu dari Ost. Refrain.Tentu kau tak mengetahui film terebut apalagi novelnya.Duh. Jujur saja aku penikmat film Indonesia yang setia.Sedikit kuceritakan dalam tagline refrain ada tertuis Karena, CINTA SELALU PULANGYa karena sadar atau tak kau sadari bahwa cinta itu memang membutuhkan rumah.Tentu seperti rumah yang kita lihat selama ini.Nyaman dan bahagia. seperti ituah menurutku.Cukup perihal buku Refrain.Kembali kita bercerita tentang lagu yang saat ini menemaniku.Kemarin, sahabatku mengatakan saat dia dekat denganku virus galau langsung menyerang.Memangnya aku seperti gen penyakit galau apa?yang seenaknya saja membuat orang galau?Saat itu dia menyetel lagu Maudy Ayunda - Cinta Datang Terlambat.Kau tahu?Aku langsung mengingatmu dan ingin menulis ini.Entah aku tak siap atau memang belum siap akhirnya aku tak sanggup menuis dan kuanjutkan di senja yang kunikmati dalam diam kali ini.Ceritaku saat ini akan kumulai dalam tiap bait lagu.Kuharap kau membaca sambi mendengar lagu tersebut.Itu pun kalau ku tak keberatan. Dan kalau kau tak suka aan hal ini. INGAT! Ini koleksi pribadiku semata.
CINTA DATANG TERLAMBAT
Tak ku mengerti mengapa beginiWaktu dulu ku tak pernah merinduTapi saat semuanya berubahKau jauh dari ku pergi tinggalkanku
Memang aku tak mengerti, seringkali memang aku sadar bahwa aku tak peduli. Ini mugkin tentang ego atau logika. Aku memang tak pernah mengerti apabila memahami. Karena, jujur saja seringkali aku meracuni perasaanku dengan logika ku sendiri ataupun dengan egoku yang kolot itu. Yah, mungkin bagi mu itu sedikit mustahil. Tapi, itulah yang sering kulakukan. Melupakan dengan memikirkan. Tidak merasakan dengan sugesti. Ego ku memang keras. Itulah. Ya. Aku terkadang dikatakan hanya menggunakan logika. Padahal sebenarnya tidak. Aku tetap menggunakan rasa. Seperti gadis pada umumnya. Kalaupun aku tak menggunaan rasa tak mungkin aku menulis ini kini kan? Tapi kau tahu? au menulis ini ddengan menggunakan rasa paling dalamku. Saat ni logikaku sedang kumatikan. Dengan begitu kuharap ego ku dapat kutahan sedikit saat mulai keuar. Bukannya kamu pernah dengar saat kita menonton Strawberry Surprise? Saat itu ada yang menyatakan bahwa yang harus ditelan adalah ego. Saat itu ku sadar? aku terdiam. Yeah, aku tau kau tak sadar. Karena kau sudah terlalu bete. Kau pikir aku tak tahu, sayang?
Aku memang tak pernah merindu dahulu namun saat kau mulai menjauh. Ah. Rasanya aku mulai bingung. Kupikir kau hanyalah distraksi semata ternyata kau berubah menjadi afeksi yang menggunung. Itu sangat tidak enak, bukan? Sampai sampai aku menulis ini aku sangat merinduanmu. Percayalah. Aku tak bohong atas hal ini. Merindu itu memang tak pernah menyenangkan. Rindu memang seperti bibit yang meerindukan air. Merindu terkadang seperti sekarat.
Yah apalagi yang perlu kutulis tentang definisi rindu? Rasanya semua tak butuh. Kusadar dan kupercaya yang telah terlewat tak pernah lagi terulang. Lagi lagi soal waaktu bukan?
Aku tulis ini memang saat semuanya telah berubah. Semuanya taklagi sama. Semua telah hilang seperti ditelan bum. Semuanya. OH . SEMUANYA. Kalau saja masih sama. Munkin aku takkan menuliskan ini. Kalau saja masih sama mungkin aku masih menuruti ego ku. Kalau saja masih sama. Kalau saja masih. Kalau saja. Kalau. Ini tetap tentang waktu. Sekali lagi kukatakan. 
Kusadar kau menjauh. Kutahu kau meninggalkanu. Ayolah tak sedramatis itu. Tapi tetap saja itulah kenyataan. Kau tak tahu. Memang melupakan dan diupakan hanya soal waktu. Terakhir aku hanya mengingatmu. Dan kau meninggalkanku? Sudah kukatakan kembali lagi. Tentang kemarin, sekarang, atau esok itu tent sama saja. Kata siapa berbeda rasanya tetap sama bukan? MAna ada dilupakan terasa menyenangkan? Kata siapa? Katamu? coba kudengar argumen mu. Aku penasaran. 

Mungkin memang kucintaMungkin memang kusesaliPernah tak hiraukan rasamu dulu…
Seperti kataku dan kata banyak orang kita akan merasa dia berharga saat kehilangan. Begitulah yang kurasakan. Memang aku tak sedang kehilanganmu secara keseluuhan. Namun tak au sadari bahwa kehilangan bukan melulu tentang kematian. Perhatian misalnya. Maaf mungkin disini aku terlalu jauh. Mari kita kembali ke topik sebelumnya. Ya aku mulai merindu dan mungkin mencinta. Mungkin AKU GAK SADAR dan aku memang mungkin ga peduli terhadapmu. Dan rasa ini makin lama kok makin dalem ya. Rasanya aku makin tersiksa masuk dalam rasa ini. Seandainya aku gak pake rasa. Kembali ke waktu lagi kan? Jadi aku saat ini berhubung waktu sedang mengijinkan. Bolehkah aku memanggilmu sayang? Tenang saja ini hanya dlam tulisan. Takkan lama. Mungkin bagimu sederhana. tapi bagiku ini sungguh sangat berharga. Karena tentang mu selalu ku bahagia. Walau ini hanya sesaat.Tapi bagiku ini abadi tersimpan didalam memoriku sendiri.
Sayang, memang aku menyesali yang sudah terjadi. Termasuk aku mengabaikanmu malam ini. Kau tahu? aku sebenarnya malas apabila dikatakan mengganggumu. Ternyata, kamu memang menganggapku seperti itu.Maafkan aku sayang. Aku sadar memang aku bukan se pendiam yang kamu kira :(. Maaf kan aku sayang, aku memang tak sesuai dengan ekspektasimu selama ini. Mungkin aku memang tak seperti yang kauharapkan kau tau itu sekarang.
Cinta memang pada waktunya akan berubah sayang. Kau pasti sadar kan hal itu. Karena segala sesuatu itu memang akan berubah. Termasuk, sikapmu padaku saat ini. Menyesal banget aku sayang. :( Sikapku mungkin memang salah. Sepertinya,memang aku yang tak sesuai. Dan, apakah menurutmu aku hanyalah distraksi bagimu sayang? Saat kau sedang mencari yang lain? Dan kamu menemukanku? Segampang itukah lalu kamu melupakanmu seteah pelarianmu ini tak sesuai ekspektasimu? Ah maafkan aku sekali lagi. Ini terlalu jauh sayang.
Dan tentang Rasamu? Aku sangat ingat kau dulu pernah memanggilku sayang/beb, aku memang saat itu berpikir kamu main main sayang. Lalu kuacuhkan saja, ternyata setelah hari itu kamu berubah. Kamu terasa sangat jauh. Aku tak tahu. Mungkin ceritanya akan berbeda jika saat itu aku tak mengacuhkanmu. Tapi buat apa? Kita memng pada akhirnya akan berubah kan. Pada saatnya salah satu antara kita pasti akan pergi dan meninggalkan. 
Iya, ini pengakuanku sayang. Aku menyesal aku tak sesuai ekspektasimu dan aku tak seperti yang kamu harapkan. Semoga kamu mengerti sayang. 

Aku hanya ingkariKata hatiku saja Tapi mengapaCinta datang terlambat
Aku memang menikmatimu sayang. Aku selama waktu yang kita lewati sangat berarti bagiku. Kau seperti oasis bagiku, sayang. Kamu yang dapat membuatku tertawa lepas tanpa mengingat apa yang terjadi hari ini. Sayang, aku memang sengaja mengdoktrin perasaanku sendiri agar tidak terlalu menggunakan hati. Ya aku salah mengingkarinya. Kini aku sadar, tapi aku sudah terlambat. Sudah, aku benar benar terlambat kurasa. Kata hatiku yang seharusnya aku dengarkan malah aku tinggalkan dan aku acuhkan tanpa aku sadari bahwa perasaan memang terkadang hanya kita kesampingkan tak bisa kita hapuskan begitu saja. Tapi bukankah alasan untuk mengelak. Kini tak sempat lagi, sayang. Aku kali ini tak akan lagi beralasan. Aku kali ini berhenti untuk beralasan. Aku benar benar tak menyangka aku mulai menyayangimu saat ini. Sadarkah cinta terkadang tak datang tepat waktu. Cinta terkadang memang pada saat yang sangat tidak tepat. Seperti apa yang kurasakan kini. Rasanya ngambang, sayang. Rasanya aku ingin tenggelam dan waktu dimana dulu aku belum menggunakan hati. Tapi aku sadar, cinta itu memang tak pernah salah. Hanya waktu yang tak tepat sayang. Cinta sakit ya ternyata sayang? Ahhhhh terlalu lama aku merasa seperti ini. Terimakasih Tuhan, Kau telah mengenalkan aku kepada dirimu. Ya walau dengan saat ini aku merasa seperti tak ada dimatamu. Aku hanya berharap dalam rindu yang membuncah. Terimakasih Tuhan.
Tapi saat semuanya berubahKau jauh dari ku pergi tinggalkanku
Kini benar benar kusadari semua tak lagi sama. Kamu dan aku mungkin saling berubah. Mungkin kita saling menjauh. Atau komunikasi yang kurang? aku tak tahu apa yang salah. Yang kutahu dan sekarang aku sadari bahwa kau pergi menjauh. Kau pikir aku tak tahu? Kau pikir aku tak peduli? PERSETAN. Aku sayang kamu tanpa alasan. Jadi, mulai saat ini jangan tanyakan alasan sayang. Kita memang pada saatnya berubah. Dan mungkin saat inilah kamu berubah dan menyerah. 


Kini kusadari entah ekspektasiku yang terlalu besar atau aku salah menilai. Memang salahku sempat menggunakan rasa.Seandainya hanya logika. Mungkin aku tak akan merasa seperti ini.Seandainya aku menjauh terlebih dahulu. Kisah inipun tak lagi sama . Maafkan aku yang menggunakan rasa.Sejujurnya aku tak ingin berakhir seperti ini.

Sayang, aku melanjutkan ucapanku yang kemarin sampe nomer lima belas ya?16. Terimakasih Kau pernah hadir17. Terimakasih untuk semua18. Terimakasih aku pernah ada dihidupmu19. Terimakasih bersedia ku ganggu20. Terimakasih telah mengenalkan duniamu21. Terimakasih semuanya22. Maafkan aku karena tak sesuai ekspektasimu23. Maafkan aku yang tak sempurna24. Maafkan aku yang selalu ribut25. Maafkan aku atas semua salahku selama iniAkanku lanjutkan apabila ada hal baru tentang kita. Jawaban pertanyaan judul ku jujur kini. Kau kini bukan distraksi bagiku melainkan kini kau Afeksi bagiku. Walaupun kutahu Afeksi atau distraksi takkan merubah. Selamat pagi. Ini sudah menjelang pagi, kekasih. Hampir menuju kamis bukan? Kamis sepertinya indah.Doakan aku semoga hari ini aku dapat mengerjakan ujian Komunikasi Bisnis dan Pengantar Ilmu Hukum.Selamat tidur, sayang. Ini terakhir kali aku memanggilmu sayang. Karena, memang itu janjiku di awal tadi sayang. Terimakasih sayang untuk segalanya. 
Dari Aku(Kau pasti tahu siapa)

Sunday, October 12, 2014

Aku Rindu, Kau Tau?

Pernahkah kamu merasa ingin kembali di masa yang pernah dilalui?
Padahal saat itu kau begitu sangat ingi berlalu.
Pernahkah kamu merasa saat itu tidak nyaman?
tapi saat ini kau malah ingin mengulanginya lagi.
Pernahkah kau memikirkan sesuatu yang saat itu ingin kau buang jauh?
Pernahkah kau merasa kau tak butuh, padahal hatimu butuh?

Aku yakin semua jawaban diatas tentu pernah. Karena penyesalan selalu datang terakhir, bukan? Ah selalu aja manusia mencari pembenaran. Bukankah manusia selalu butuh dibenarkan? Terkadang agak salah mungkin,

Selamat pagi, Kamu yang Kurindu.
Selamat berbahagia.
Selamat mencinta.
Untuk aku disini, selamat menunggumu.
Untuk aku disini, yang mulai membutuhkanmu.

Aku begitu sangat tahu, bahwa hari ini aku menyesal. Aku tahu aku memang sempat kecewa. Ya aku sadar aku bukan siapa siapa yang berhak untuk ikut andil dalam hidupmu.
Kini aku sadar aku salah. Aku akui. Dari awal seharusnya aku tak masuk dalam lubang ini. Dari awal au seharusnya gak main main. Aku memang seharusnya tidak masuk dalam kisah ini. Seharusnya. Seharusnya. Ahhh aku menyesal. Kata kataku tentang perasaan seperti meluap. Rasa nya sudah tak terkira. Kupikir kau distraksi. Ku pikir kau bisa jadi teman. Kupikir..... Lupakanlah. Mungkin ini main main. Mungkin. Tapi sebenarnya gak main main. Hanya hatiku dan Tuhan yang tahu. Kau hanya merasakannya.

Kita memang pernah dekat. Kurasa PERNAH perlu ku capslock. Karena kini kurasa kita tak lagi dekat. Entah apa yang mercuniku. Percayalah saat ini aku sedang mabuk Ilmu Negara sehingga apa yang kupikirkn tak lagi benar. Tapi bukan karn aku mabuk aku pandai membat cerita. Bukannya aat pikiran ruwet terkadngit lebih jujur? oke kukatakan.Aku nyaman. Aku rindu. Parfummu yang menyeruak masuk dalam hidungku. Bau rokokmu yang tak kusuka namun terkadang membuatku rindu. Ahhhh sepertinya benar katamu. Kau memang seperti candu.

Aku pernah merasakan hal yang sama seperti saat lakukan dan kita jalani saat ini. Aku memang tak pernah mau berharap. Ah jalani aja hidup yang ada. Tapi rasa nyaman? Rasa rindu? Apakah itu bisa dikontrol semudah aku mengatakan ke hatiku sendiri? ak mencoba mempengaruhi pikiranku. Tapi nyatanya? hidup memang terkadang menggnakan hati. Ah seandainya kita memiliki hati yang bisa secepat kita memasukkan memori ke otak. Pasti kita tak akan merasakan yang namanya RINDU. Rindu itu seperti sebuah anak kecil yang bermai lalu terjatuh. Rindu tak akan pernah hilang. Rindu akan kembali saat itu memang sedang tak berhati hati. saat kita mulai terlena. Dan rindu itu menyakitkan. Rindu akan bertumpuk. Pertemuan kadang tak membuat rindu berkurang. Kadang malah pertemuan membuat rindu semakin menyakitkan.

Selain tentang rindu, rasanya ku mulai kerusukan kata kata. Ah aku masih saja terbayang dan memikirkan kata katamu sekitar seminggu yang lalu. Kalau ku tak salah benar seminggu yang lalu. Rasanya waktu cepat berubah ya. Atau malah kau yang plin plan? sudahlah tak ada gunanya kita membahas ini. Sudahlah, kini aku harus kembali ke sebuah cerita nyata. Sudahlah, aku harus mulai terbiasa dengan kau yang sekarang. Aku hanya ingin memelukmu dalam doa yang suci. Mencumbu dalam mimpi malam ku. Semoga kau merasakan. Aku mengerti saat ini aku harus bergerak. Bergerak terus dalam menghadapi hari.

Memang hidup tak pernah semenyenangkan dengan yang kita harapkan selama ini. Kita hanya bisa mencoba lebih baik dalam menghadapi, dan meaku njalani hari kita menjadi lebih baik.
Aku percaya saat ini, bahwa yang menciptakan CINTA itu bukan Tuhan melainkan iblis. Tahukah? Tuhan mengusir Iblis dari surga karena Iblis menolak mencintai selain Tuhan. Ya. Cinta memang selalu menyakitkan. Terkadang cinta memang mengorbankan. Lalu? itulah cinta. Begitu ruwet dan juga itulah rindu. Terkadang juga rindu.

Aku menulis ini berdasar apa yang aku rasa saat ini. Aku tak ingin membuatmu merasa apapun. Sungguh. Aku disini sama sekali tak ingin merubah perakuanmu. Eh ngomong ngomong aku rindu kamu. Candamu. Bahkan panggilanmu. Semoga di hidup yang akan datang aku bertemu lagi orang seperti kamu. Yang bisa membuat hariku menjadi lebih indah dan cerah. Semoga kau tetap menjadi yang dulu ya walau kusadar tiap waktu selalu berubah. Tak ada waktu yang sama. Waktu adalah satu satunya satuan yang paling mutlak di dunia ini bukan? Ya, waktuku bersamamu ppasti kukenang. Kuabadikan dalam tulisan ini. Kuabdikan dalam angan. Semoga menjadi lebih bermakna. Watu akan mu. Waktu tentangmu.

Selamat tidur kuucapkan padamu. Semoga kau mimpi indah, Disini aku mendoakanmu selalu. Selamat malam kamu. Semoga ujian mu besok berhasil. Semoga mendapat nilai memuaskan.

dari,
Aku (dalam) Doa


Memang sepertinya yang menciptakan Cinta itu bukan Tuhan, melainkan iblis yang diusir Tuhan karena menolak untuk tidak mencintai selain dia. karena memang itulah yang terjadi Tuhan tidak memberinya. Yah. Seperti yang dilakukannya kepada iblis.

Wednesday, October 8, 2014

Kamu mau menemaniku?

Teruntuk Kamu,
Yang perlahan menjadi spesial

Selamat pagi, kamu. Selamat pagi. Kuulangi sekali lagi. Selamat pagi. Entah pikiranku lagi kalut. Entah rasanya kepalaku mulai penuh. Ahhhhhhh... Apalagi yang kau pikirkan? Terserah! Aku lelah. Aku pusing. Soal akuntansi biaya memang membuat kepalaku semakin berat. Kedua, kau pasti tau. Aku merindumu. Tentu. Maafkan aku hari ini aku sesang tak enak badan apabila membuatmu sedikit kesal.

Ahhhhh selamat pagi. Kurasa dengan menulis ini akan mengurangi bebanku itu. Tentu bukan kamu.
Eh iya aku lupa aku ingin menceritakan tentang menonton film Annabelle yang hampir ditunggu oleh banyak orang. Bahkan ada yang rela membeli dari calo dengan harga yang selangit itu.
Begini, hari itu aku lelah sekali. Seperti hari ini rasanya. Badanku lemas dan pusing. Aku selalu merasa begitu ketika aku sedikit memiliki pikiran yang agak banyak. Kalo kau mau tahu aku sedang memikirkanmu dan tentu saja akuntansi biaya untuk besok. Aku berjalan di amplas untuk mencari face mask. Sore itu aku berencana menonton My Idiot Brother. Sendiri. Eh kamu tiba tiba menyanyaiku sedang dimana dan mengajakku menonton annabelle. Lagi lagi kubilang candu apa yang merasuki ku. Aku mau saja. Aku antri tiket dan mendapatkannya. Kurasa antrinya memang masih sepi saat itu. Tidak seperti sekarang. Aku pun dapat menyamainya dengan pasar tumpah.

Malam hari. Kita akan menonton pukul 20.40. Kamu bilang motormu mogok pas 10 menit sebelum film dimulai. Aku kesal. Tapi aku mencoba menahannya. Ternyata aku berhasil dan aku menunggumu didepan cinema sampai kita telat 15 menit. Keterlaluan bukan kamu? Kita tak pernah nonton iklan di bioskop kau tau?
Kurasa aku sudah melewatkan beberapa film. Dan sekarang aku ingin menonton My Idiot Brother kalau tidak Dracula Untold. Tentu bukan malam ini. Malam ini aku sedang bercumbu dengan akuntansi biaya, kau tahu? Rasanya seperti melayani namun diam saja. Lelah. Ya akuntansi memang sepertinya melelahkan. Semoga kamu tak seperti itu. Kembali ke topik. Mau kah kamu menemaniku besok?
Maaf aku tahu besok aku pasti bakal lebih butuh distraksi. Tenang bukan kamu distraksinya. Kurasa kamu lebih dari sekedar distraksi. Kuulangi sekali lagi. Kamu mau menemaniku?

Ttd
Gadis yang menungguimu dengan sedikit sabar

Sunday, October 5, 2014

Mau Kau Beri Judul Apa Catatan ini?

Selamat pagi, aku menulis ini saat hari telah benar benar pagi. Saat aku mempelajari sebuah arti menunggu. Selamat pagi, untuk kamu yang disampingku. Selamat pagi, ini kisah bercerita tentangmu. Selamat pagi, tolong baca catatan tak berarti ini. Selamat pagi, semoga kau ingat aku.

Hari Sabtu, 4 Oktober 2014
Aku menulis seperti orang gila tentangmu. Kemu memaksau menulis tentangmu. Ku menlis dengan beberapa kali edit dan juga perbaikan. Apa beda edit dan perbaikan bukannya sama saja? Persetan. Aku sedang malas membahas hal seperti itu. Semain hari aku mengenalmu semakin banyak aku memahamimu, Kurasa itu yang terjadi. Aku malah menjadi terbiasa dengan segala cara ngomongmu termasuk umpatanmu yang kalau boleh jujur bikin ludahmu kemana mana. Hari ini seharusnya aku mengikuti retret yang katanya ada acara perjodohan. Ah aku malah tak ikut. Aku malah menikmati hibernasi untuk mengisi energi menjelang UTS. Alasan tentang kamu? Sekali lagi aku tak tahu. Masih banyak yang aku tak tahu. Dan sepertinya belum aku mengerti. Terutama tentang kamu. Aku belum paham. Walaupun kuakui aku merasa nyaman didekatmu.

Pukul 18.13 WIB
Kau mengajakku menemanimu menghadiri pertemuan kelompokmu. Jangan tanyakan sedikitpun padaku kelompok apa. Akupun tak mengerti. Yang kutahu kumpul dengan orang Batak. Itu saja. Selanjutkan akupun tak mengerti apalagi detailnya. Mana aku tahu.
Aku hanya menuruti saja. Tak tau pula kenapa aku mau menemanimu saat itu. Dan kenapa aku seperti bersemangat. Apakah ini sebuah distraksi belaka? Yang membuat segala nya menjdi menggairahkan? Ataukah sebuah keinginan untuku tetap berada didekatmu? Atau malah memang ini yang kuinginkan? jangan tanya dahulu. Aku tak tahu dan memang belum mengerti entah sampai kapan. Karena sekali lagi, aku belum memahaminya. AKU belum PAHAM

Pukul 20.23 WIB
Kesekian kalinya kau kembali menjemputku di kosku. Saat sebelum kau tiba Kau menyuruhku menggunakan sepatu hak tinggi. Aduh, Konyol sekali dirimu menyuruhku seperti itu. Namun, lagi lagi aku mau menuruti kemauan anehmu itu. Astaga. Aku rasa  apa aku benar benar terkena distraksi akan dirimu. Mau maunya aku melakukan apa yang kau pinta. Ataukah memang sebenarnya aku memang ikhlas dan dari hati melakukan hal itu? Malam itu, kau benar benar memintaku menemanimu ikut dalam pertemuan dengan abang dan kakak mu itu. Katamu itu untuk turnamen. Ya aku mau menunggumu dibawah. Dengan kesabaran yang penuh aku menunggumu. Sabar sekali ya diriku buatmu. Mungkin dengan menunggumu membuatku menjadi lebih sabar. Menunggumu seperti mengasah sebuah pisau, dan pisau itu adalah kesabaran yang terlatih. Ya terltih menunggumu kuraa. Anehnya saat itu yang terjadi aku sama sekali tak merasa kesal yang berkelanjutan ketika menunggumu. Candu macam apa lagi yang kau berikan padaku ini. Membuatku selalu tak berdaya saat menghadapimu. Yang terasa hanyalah rasa nyaman yang mengakar sangat kuat dan sepertinya membuatku terlena tak berdaya. Entah aku tak mengerti atau bagaimana, namun aku rasa lebih tepatnya aku memang tak mau mengerti. Aku hanya ingin lebih memahami. Dan paham akan dirimu. Itu saja yang ada dipikiranku kini.
Aku dengan sabar menemanimu sambil membaca buku manajemen pemasaran yang setebal tembok kampus itu. Ahhh... Aku sabar sekali bukan denganmu? Kamu memang seperti candu buatku. Yang membuatku lemas dan sulit lepas darimu. Jika kuhitung dalam satuan waktu mungin aku akan cukup bosan menemanimu. Namun yang kurasa saat itu tidak. Aku baik baik saja. Tanpa kebosanan yang berarti.
Sepulang dari tempat pertemuan mu yang kalau aku tak salah namanya twenty four kita lagi lagi berkeliling melewati malioboro dan mencari tempat kita menghabiskan waktu berdua. Franks Nuttelaria menjadi pilihan kita malam itu. Disana kau menceritakan tentang kelaurgamu, teman temanmu, dan keinginan serta kerinduanmu untuk pulang ke daerahmu. Malam itu membuatku semakin mengenalmu, walau aku pun belum mengetahui banyak tentangmu. Tentang kamu anak terakhir yang memang saja kau sangat manja. Walau seringkali memang kau tutupi dengan sikap dewasa dan mukamu yang dewasa itu. Selain itu, kau pun bercerita tentang 3 keinginanmu di masa depan. Ah aku ingat apa saja keinginanmu, tak mungkin aku melupakan itu begitu saja. Keinginanmu itu yang pertama kau ingin hidup cukup, yang kedua kau ingin memiliki keluarga, serta yang terakhir kau ingin membahagiakan orang tua. Ah ternyata aku yang lupa. Kau membicarakan itu pertama kali saat kita makan zuppasoup di depan petraco. Dan yang semalam kita bicarakan lebih kepada resume yang telah kita bahas. Aku benar tak menyangka kau memiliki keinginan yang begitu indah dan nyaris sempurna. Kau banyak bercerita semalam. Itu membuatku senang, karena aku bisa menjadi pendengar yang baik untukmu. Mungkin kau pun senang dan lega atas semua ceritamu tersebut. Kuharap setelah itu kalo kamu ada masalah, kamu dapat menceritakannya padaku. Aku janji aku pasti akan dapat mendengarkan dengan seksama dan membantumu menyelesaikan. Dari pembicaraan semalam memang membuatku lebih mengerti akan dirimu. Kita menghabiskan waktu sampai tempat kita bercerita hampir tutup. Dan lampu telah dimatikan. Kita kembali mengelilingi jalan malioboro untuk yang kesekian kalinya malam ini. Disana aku menceritakan tentang mitos penghitungan pohon beringin. Yah kutahu kamu sangat penasaran. Saat itu juga kamu langsung mengajakku menhitung pohon yang katamu jumlahnya 26. sungguh aku berulang kali melewati tempat tersebut dan tak pernah berhasil menghitung pohon. Saat itu baru pukul 2 pagi. Kau bertanya kepadaku. Apakah aku mau kemana? Ku jawab saja terserah dia. Aku menurut. Seperti candu bukan dirimu bagi diriku? Kita menemui teman mu dan mengobrol bersama temanmu. Dan disana aku menemukan fakta baru tentang dirimu adalah kau sebagai ketua kelompok inisiasimu itu. Kau terlihat sangat bersahabat dengan teman temanmu. Memang, kau sepertinya bersahabat dengan semua orng. Tak dapat kupungkiri itu. Disana kau bilang. Kalau saja kau mengantarkanku ke kos pada jam segini kau pasti akan merasa tak enak kepada penjaga kosku. Aku mengerti kok dengan egala keputsan dan peimbanganmu.
Aku, kamu dan kedua temanmu berkeliling mencari tempat untuk duduk menunggu sang matahari mulai malu malu muncul menampakkan dirinya yang menawan. Ah matahari selalu menawan memang dan pagi ya itu adalah suasana terindah. Kita brkeliling melewati semua tempat yang ada. SIAL. Menjelang Hari Raya Idul Adha semua cafe serta tempat duduk ditutup. Akhirnya kamu dan kedua temanmu memutuskan untuk menunggu sang matahari di rental PS. Sebagai wanita tulen, Kurang Pacar-able apa coba jam larut seperti itu menunggui kamu bermain PS. Sayang memang Pacar-able saja memang tak pernah menjamin. Kamu bermain dan aku menuis ini. menulis tentang aku dan kamu yang belum dapat ku panggil kita. Karena kita memang terlalu luas. Lebih baik dipersempit dahulu menjadi aku dan kamu. Sebenarnya aku sudah mengantuk namun apa daya tulisan selalu membuat energi ku bertambah. kantuk berubah menjadi bara api yang berkilat panas. Begitulah rasanya menulis. 
Disini aku bingung bahkan sangat bingung. Mau kuberi apa judul catatan ini? Malam bersama atau pagi bersama? Mau kutulis apa pembuka yang pantas? karena pembuka beum selesai aku pikirkan sedari tadi. Ah Menurutmu kuberi judul apa catatan ini? Aku dan kamu?
Selamat pagi kamu.
Yang menjadi candu dalam hariku yang berwarna.
Selamat Pagi, ya.

Aku yang selalu siap kau ganggu
Aku yang kecanduan akan segala
tentangmu

Saturday, October 4, 2014

Terkadang sebuah nyaman menghancurkan segalanya, termasuk kenyataan bahwa memang hanya main main. Terkadang sebuah nyaman membuatmu sedikit kecewa karena hati yang tak kunjung mengerti. Nyaman kadang berbeda dengan apa yang sebenarnya harus dihadapi dan dilupakan. Nyaman seperti bintang yang jauh. Terlihat namun tak tergapai. Kurasa. Ya

Friday, October 3, 2014

Hujannya gerimis ya?

Hujannya gerimis. Nanggung. Kaya hubungan...... Engggg

Akkkhhh aku lupa, selamat pagi kamu . ingatkan pada jiwamu, bahwa disini waktu adalah pagi. Kataku kapanpun selalu pagi. Kataku hidup itu selalu cerah. Kataku. Ahhh lagi lagi kataku. Mana ada katamu --" Sini berikan Katamu. Agar aku mengerti. Bisa memahami.
KZL.
Kemarin, aku bercerita kepada malam. Tentang kamu. Tentang tiap inchi dari lekuk wajahmu yang kuingat. Mungkin sang malam bingung, tidak biasanya aku mencarinya. Biasanya, aku lebih senang memuja pagi. Seperti bulan memuja matahari. seperti ah lupakan saja. Tak penting. Lanjutkan saja pada intinya.
Mari kita masuk dalam cerita yang kuceritakan kepada malam semalam.
Begini dimulai dari pertemuan. Tak ada pertemuan maka tak mungkin ada kisah. Kisahku, kamu , atau malah kisah kita? Aku belum menjawab. Kataku aku tak tau. Jangan bertanya!

Bermula Malam minggu
Saat itu aku bertemu dengannya. MABA! Anak labil baru lulus sma, hih. Kelakuan masih anak kecil. Dipikiranku begitu bergejolak. Temanku yang kebetulan lagi didekatku langsung bilang, jangan dekati. Jangan. Mereka tak baik. Sungguh. Pikirku saat itu, PERSETAN. Aku tak peduli. Kutanggapi saja mau mereka, toh aku disana sedang berdua saja hanya dengan temanku.
Mengobrol lah tentang ya yang memang semua maba akan bertanya. KULIAH. Omaigatt temanku benar benar tak terima. Dia mengajak pulang.

Minggu sore,
anak itu mengajakku kegereja. Ah kebetulan temanku sedang berada didalam kosku . dimarahinya lah aku selama mungkin. Lelah. Malas. Keparat

Sabtu sore
menonton tenggelamnya kapal van der wijck. Film keparat. Membuat siapapun merasa apa yang dinamakan jatuh cinta dan ditinggalkan. Menangis. Disitulah bermula. Kamu menanyakan mengapa aku tak mengajakmu. Kataku. Aku tak tahu.

Sabtu malam.
Kita menonton Lets Be Cops film kedua yang kutonton hari itu. Tidak sendiri namun bersamamu. Ya kau saat itu memanggilku kakak dan aku malah merasa menjadi adikmu. Duh gagal paham

Minggu sore
Kita bersama lagi. Kegereja GKI konyol. Aku katolik. Kamu kristen dan aku mau maunya kamu ajak kesana. Sudah 10minggu tidak kegereja dan aku mau? Konyol

Rabu Malam
Akhhh aku kuliah 4sesi hari itu. Dan 3 matakuliah kuis rasanya seperti kena musibah berurutan. Malam itu , kau tak lagi memanggilku kakak. Kau merengkuhku dengan tanganmu dalam pundakmu. Ah berani sekali kau . Memanggilku sayang, beb. Memangnya aku siapamu?

Kamis malam
Lagi lagi kita menonton. Ah memang sepertinya kita menonton banyak film minggu ini 3 kalau tak salah. Kita seperti terkena distraksi akan sebuah film. Disini aku kedinginan. AC Badebah. Dingin menusuk tulang yang paling dalam. Membuatku malah seperti orang yang diluluri es yang sangat banyak. Menggigil. Konyol. Kau merengkuhku lagi. Disana aku merasa seperti. Ah kau tak perlu tau. Mari kita lanjutkan lain kali. Ketika cerita ini menjadi utuh.
Hujannya gerimis ya?
Nanggung

Ada sebuah catatan yang harus kau baca, dalam diam. Aku menulis berdasar apa yang aku pikir dan aku rasa.
Dan inilah aku menulis tentang daftar yang aku syukuri setelah kamu hadir disini,
1. Terima kasih kau telah mau mengenalku
2. Terima kasih kau telah memperhatikanku
3. Terima kasih kau telah membuatku tertawa
4. Terima kasih telah mengirimkan ucapan selamat pagi.
5. Terima kasih telah memaksaku untuk tidak tidur larut dan memberikan ucapan selamat tidur
6. Terima kasih telah bersedia aku ganggu
7. Terima kasih telah menjadi dirimu sendiri didepanku
8. Terima kasih untuk setiap rangkulan yang terasa nyaman
9. Terima kasih atas segala yang kau ceritakan kepadaku
10. Terima kasih untuk pertemuan yang tak terlupakan
11. Terima kasih sudah mengijinkan ku mengerti tentangmu
12. Terima kasih kamu telah menyediakan waktu untukku
13. Terima kasih telah mengajakku kegereja, setelah absen 10 minggu
14. Terima kasih untuk hari hari menyenangkan
15. Terima kasih untuk segala kegilaanmu.

Terimakasih atas segalanya yg kau beri, kuharap daftar ini tak berhenti disini saja. Kuharap data serta kisah tentangmu tidak berakhir maka dengan itu sengaja ku buat NANGGUNG agar kau penasaran dan berharap kisah berlanjut. Egois sekali bukan, diriku? Malah menjadikanmu objek bercerita. Malah menjadikanmu ... Ah kau pun menikmatinya bukan? Bukannkah kau pun yang meminta aku menulis ini? Kalau aku boleh tau untuk apa? Apa yang membuatmu tertarik? Selalu aku penasaran kepadamu. Kamu seperti candu yang kucoba lalu membuatku ketagihan. Ah entah dimana aku mencari penawar candu tersebut. Apa dari kamu? Dari tiap lekuk wajah dan bibirmu yang kuingat? Aku tak tahu. Kuharap candu yang memabukkan ini tak membunuhku. Itu yang kuharap. Karena ini memang hanya angan bukan dalam kenangan. Semoga berlanjut dan TIDAK NANGGUNG. Seperti gerimis.

Aku tak tahu kini.. Aku salah atau tidak saat mengenalmu. Menyelam dalam dirimu yang banyak orang tidak setuju. Aku tak mengerti atau entah tak mau mengerti. Hanya menikmati atau benar menikmati. Aku tak tau yang kutahu aku nyaman. Nyaman seperti hujan gerimis yang datang saat panas mulai membunuh. Aku nyaman tapi aku mohon jangan seperti hujan gerimis. Karena kuyakin kau tau. Ya. Nanggung

Monday, September 22, 2014

Ke-N-Angan

Ke-pergian
Ini sebuah cerita tentang kepergianmu. Tentang kenikmatan yang pernah kita lewati berdua. Perihal rasa yang penuh warna. Tanpa sebuah bosan yang mulai menyakitkan. Tanpa sebuah pergi yang setiap saat datang, merenggut semua bahagia yang kuira telah usai. Bahagia yang kukira telah berakhir. Ini tentang bahagia juga tentag sebuah luka. Tentang pengharapan juga tentang pupusnya impian. tapi tenang saja. Ini masi tentang kita. Hanya aku dan kamu. Tidak ada dia. Tidak ada tempat untuk dia.

N-anti
sebuah harapan tentang masa depan yang masih tersimpan. Tentang sebuah masa yang tak pernah kutahu akan seperti apa. Sebuah hidup yang akan kujajakin. Mungkin bersamamu bisa juga bersamanya. Kenangan yang mungkin akan hilang dimakan waktu. Rasa yang masih saja mungkin menghantui. Ya. Ini mungkin tentang kita. Tentu kita, karena aku yang mengatakan. Bisa tentangmu juga tentangnya. Selamat merindu dalam masa depan yang kutunggu.

Angan
Ini masih tentang masa depan. Yang ku jalani apabila kau hempas tubuhku. Masihkah darah berwarna merah. Sungguh. Aku begitu konyol. Bukan karena sebuah kehilangan. Ini hanya tentang bahagia. Aku mungkin bersamamu. Karena impian mungkin dapat terjjadi. Ini rindu yang mengakar. Bersamamu aku utuh. Denganmu lah aku berangan. Menapak masa depan dengan seluruh hati yang tentu penuh.

Kenangan
Ini tentang kita. Aku dan kamu. Bukan aku dan dia. Apalagi aku, kamu, dan dia. Sebuah  cerita yang penuh dengan warna beragam. Dengan kebahagiaan alami tanpa ada zat kimia yang meracuni kita. Bukan pengaruh obat. Ini murni. Kukatakan kini aku bahagia. Mengenangmu yang masi menghantuiku. Selamat datang sebuah bahagia

Selamat

Selamat.
Selamat datang lagi,
Selamat sebuah hari yang indah.
Selamat atas semua yang telah terjadi dan terlewati.
Selamat.
Selamat kembali berangan.
Selamat kembali mecinta.
Selamat kembali.
Selamat.
Selamat kau pernah pergi.
Selamat kau pernah menghapusku.
Selamat tinggal.

Tuesday, August 12, 2014

Tentang Pagi (Yang) Tak Siang

Selamat pagi,pagi
Ku menulis surat berdasar waktu dalam angan
Selamat pagi waktu dimana ucapan lebih dalam dari panas matahari
Oh ya lupa pagi matahari belum muncul kan?
Iya seperri hari yang belum sembuh dari luka.
Aku ingin bercerita.
Persetan kau mau mendengar atau tidak. Aku tak minta. Aku hanya ingin menulis. Terus menulis. Seperti orang kesurupan yang tak mengenal lagi. Ya tanpa kesadaran. Ku tahu.
Kali ini berbeda aku sedang dalam kesadaran. Kesadaran akan aku ada. Aku ada disini . Maka aku bercerita.
Mulanya aku akan bertanya. Tanpa mencintai dan dicintai kita bisa bahagia, bukan?
Kenapa bahagia harus diukur dalam cinta, karier, dan sosial. Tanpa cinta kita masih bisa bertahan dan bahagia kan?
Apa buktinya para biarawan dan biarawati diluar sana tanpa cinta disebut bahagia. Kurasa memang mereka begitu.
Apakah sebuah hubungan harus dengan berpacaran? Apakah sebuah komitmen diperlukan? Untuk apa? Saling menyakiti? Saling berdusta? Mengapa tidak jalani saja? Mengapa tidak saling memeluk dalam tidur namun tetap sebagai sahabat?
Sepenting itukah status?
Rasa tentangmu mungkin masih tersisa tak luput dari jiwa yang belum diam.
Badebah! Aku rasa aku sudah cukup bahagia. Aku rasa aku sudah cukup menikmati hidup. Tapi kenapa. Harus ada namanya hubungan? Aku lebih menghargai hubungan tanpa status yang bergairah dibanding sebuah hubungan pacaran tenang tanpa gairah. Bukan. Aku tak memuja seksualitas. Aku hanya menikmati. Detik demi detik waktu yang ada. Tanpa melewati apapun yang dapat kesebut bahagia. Mungkin bagi kalian tidak.

Selamat malam.
Selamat kelam
Selamat bergumam dalam impian yang tak pernah nyata
Dalam sebuah mimpi yang sewaktu sirna
Selamat hidup merdeka tanpa batas
Selamat mencintai
Aku lari
Dari kenyataan yang tak pernah berpihak.
Ini tentang waktu
Terlambat!
Nasi telah menjadi bubur
Luka kembali dengan pilu

Selamat tinggal,
Aku menyayangimu

Sunday, July 27, 2014

Surat ((sang)) Masa Lalu

Selamat pagi, Malam
            Rasanya salamku kali ini seperti judul film ya mas? ahh benar mas memang seperti film,terkadang hidupku pula mas terlalu dramatis.  Mas, selamat pagi. Kucium keningmu dalam angan yang tak pernah dingin. Iya mas. Seperti matahari yang diam - diam mengintip rinduku yang selalu mengikutimu mas. Mas, rasanya aku memang bodoh. Ya mas. Aku megabaikn kebahagiaanku sendiri mas. Mas, aku rindu mas. Aku merinduanmu. Apadaya mas mencintaimu seperti memegang patung Roro Jonggrang di Candi Prambanan mas. Agak mustahil.
            Mas, inginku tak lagi banyak. Bercengkerama bersama sekali waktu takkan kusia siakan lagi mas. Persetan mas, dengan pacarmu itu. Terkadang rindu tak menggunakan logika  bukan mas? Mas, seharusnya aku ta menunggumu mas. Seharusnya aku mundur sebelum perasaan ini semakin larut mas. Tapi aku bisa apa mas? Aku mencintaimu bagai gula dan air mas. Bergabung dan tak terpisahkan lagi mas. Ah memikirkannya pun aku semakin rindu mas. Kasian ya mas. Tertawalah mas. mungin dengan mas tertawa beban hidup mas akan berkurang. Inget mas, kalo beban kita besar ada Tuhan yang lebih besar. Dia bisa buat kita menjadi besar dan mungkin memang itu mas satu satunya jalan yang harus kita lewati. 
            Mas, aku pernah dengar sebuah penantian itu takkan mustahil. Apa itu benar mas? Badebah mas. Terserah ku gak perdui mas. Penantian yang tanpa ujung ini mungkin akan memiliki akhir yang tak kusadari mas. Seperti lingkaran yang tak berujung. 
             Mas, pagi sepertinya belum mau datang. Dia masih belum mau kurayu. Sebentar mas, kurayu dulu sang mentari. Mungkin sedikit flirting dia akan berbaik hati. Jangan cemburu ya mas. Aku mencintaimu

Dari,
Seseorang (dari) Masa Lalu (mu)

Sunday, July 13, 2014

Surat untuk Pak Prabowo

Pak Prabowo Subianto,
Selamat pagi pak. Anggap saja kini sedang pagi saat bapak sedang membaca surat yang tak berharga ini. Pagi adalah waktu paling suci dan jernih bukan pak? 

Pak Prabowo yang tampan,
Ijinkan aku untuk mulai bercerita. Aku bukanlah seorang penulis profesional pak. Aku sama seperti anak kecil lainnya yang bercita - cita menjadi dokter. Bahkan beberapa saat lalu aku baru saja mendaftar kedokteran pak. Tapi, Tuhan memang sepertinya tidak berkenan untuk mengijinkan diriku duduk dan belajar di Fakultas Kedokteran. Awalnya, aku tidak bisa terima itu pak. Aku menangis seharian dan hampir berputus asa. Namun apa daya, nasi sudah menjadi bubur. Apa yang aku lakukan baik menghujat, marah, emosi, semua tak ada gunanya. Tetap saja aku tak bisa memutar keadaan. Aku  seorang gadis yang ditolak Fakultas Kedokteran. 
Pak, memang aku belum pernah merasa bagaimana mendaftar sebagai seorang presiden. Mengikuti Debat yang diadakan KPU, berorasi di hadapan ribuan orang, didukung dan disemangati banyak rakyat Indonesia. Pak, menjadi sesuatu apalagi menjadi seorang presiden memang cita cita banyak orang apalagi yang terjun di dunia politik. Seperti halnya menjadi dokter pak. Aku tau bagaimana sekarang perasaan bapak ketika melihat hasil quick count yang ada. Aku rasa perasaan bapak sama seperti perasaanku waktu itu. Putus asa, lemah, seperti tak dihargai. Pak, aku dulu juga sempat pernah mengalami emosi yang tak menentu, wajah yang begitu murung, dan merasa tak dihargai. Percayalah pak, hampir semua orang pernah merasakan itu. Bukan hanya bapak sendiri saat ini. Pak tak ada maksud sedikitpun unuk menggurui namun aku melihat beberapa kali ketika bapak diwawancara. Ketampanan bapak yan aku percaya bukan hanya dilayar kaca hilang pupus entah kemana. Dan aku paham bagaimana rasanya ketika menunggu pengumuman dari KPU tanggal 22 Juli ini. Gundah gulana. Pak apapun yang terjadi bapak tak boleh berputus asa. Meskipun bapak bukanlah juaranya. Pak di setiap kompetisi tentu ada pemenang dan kekalahan bukan? Kita harus menerima, bukan malah menghujat. Percayalah pak, pendukung bapak di luar sana berharap kemenagan. Namun mereka juga tak ingin bapak menggunakan cara yang salah. Mengakui kekalahan belum tentu mnjadi lemah bukan pak?

Pak Prabowo yang tegas,
Hari demi hari aku mencoba mengenali dan mencintai bapak sama seperti pendukung bapak selama ini. Aku tak pernah menyalahkan ataupun menganggap bapak buruk. Aku tau pak. Bapak ingin membuat Indonesia lebih baik bukan? Pak, bukan berarti tidak menjadi presiden bapak tidak dapat membuat Indonesia menjadi lebih baik. Aku yakin bapak mengerti maksudku. Bapak  aku ingin bertanya. Arogansi dan ketegasan merupaka hal yang berbeda, bukan? Aku yakin bapak tegas dan benar mencintai kami rakyatmu yang memang seperti katamu (kami bodoh dan gampang dibodohi). Ah benar pak. Jika aku memang pintar mana mungkin aku tak diterima kedokteran. Tapi pak, aku menulis surat ini menggunakan nurani walau kemampuanku dalam merangkai kata kata begitu bodoh. Maaf pak jikalau aku memiliki kesalahan. Ini murni kata hatiku yang terpendam  untuk bapak. 

Pak Prabowo yang baik,
Kini aku mengerti mengapa para pendukungmu mencintaimu. Percayalah aku mencoba memiliki perasaan seperti itu. Mohon maaf pak sebelumnya, jika tahun ini aku tidak memberikan suaraku untukmu. Bukan karena kau tak baik. Tapi nyatanya saat ini, aku lebih mencintai sosok ayah yang lebih suka dipanggil kakak. Sosok ayah yang dengan bangga memamerkan sepatu seharga dua ratus ribu yang dibelikan istrinya, sosok ayah yang kata bapak pencitraan, sosok ayah yang mengatakan bahwa bapak negarawan. Sosok yang kini bapak anggap rival bapak. 

Pak Prabowo yang tulus,
Aku memohon kepada bapak dari dalam hati yang paling tulus. Jikalau bapak menang ataupun kalah bapak menerimanya dengan hati yang lapang dan legowo kan pak?  Jangan pernah menunjukan arogansi lagi ya pak. Kami rakyatmu selalu butuh pemimpin yang dapat mengerti kami dan memahai kami layaknya sebuah keluarga. Kami rakyatmu membutuhkan seperti kepala  keluarga yang bijak. Bukan kepala keluarga yang pemarah dan penyuruh. Sekian pak surat dari aku. Seseorang dari puluhan ribu rakyatmu yang tak sempurna dan bodoh.


Salam Sayang,

Dari Rakyat (Bodoh) mu 

Saturday, July 12, 2014

SEBUAH PENGHARAPAN. Diatas awan malam ini aku mengatakan aku mulai mencintaimu lalu mengecup keningmu yang telah membiru dan kaku

Surat untuk Masa Lalu

Teruntuk Negeri Cahaya,
Selamat pagi. Entah sekarang pukul berapa ketika kau membaca ini tetap kuucap selamat pagi. Pagi adalah sebuah bagian waktu yang tak pernah aku rasakan. Aku tak pernah mengenal apa itu matahari dan apapula matahari terbit. Doaku hanya matahari terbit dan menerangi walaupun diufuk barat. Tak perduli apa kata kalian dimasa yang tak pernah menghargai arti cahaya. Merasa pun aku tak pernah. Apalagi untuk membenci.
Seperti halnya malam. Aku tak tau ada bulan atau satelit yang mengorbit planet berpenghuni. Hanya bayangan, cerita mimpi di negeri harapan. Aku pernah membaca itu semua. Iri? Tentu pasti. Menginginkan apa yang pasti takkan kita miliki, adalah hal tersulit dalam hidup. Aku berdoa, menyembah, memohon apa daya semua berkata ini, "Ini kutukan Tuhan.'' Aku tau yang sebernarnya tapi sulit untuk yang mengatakan dan mengakui yang sebenarnya. Pernah dengar? Jujur terkadang melukai. Lalu untuk apa sebuah kejujuran? Jika ketika berinteraksi kejujuranlah yang kita tutup tutupi. Selalu kebohongan berakhir manis. Ya setidaknya aku muak dengan sermua itu. Ah kembali ku bercerita. Matahari, bulan, bintang lenyap tak lama sebelum aku lahir. Kata mereka, kita spesies pembawa dosa. Nyatanya kalianlah dalang dari semua kehancuran itu.. Kalian tak menjaganya, apalagi menghormati. Cinta di negeri kami hampir punah. Kejujuran tak lagi ada. Kebohongan terus bertumpuk. Kalian yang membaca ini pasti pernah merasakan dicium dengan mata terpejam dan penuh nafsu bukan? Disini. Pada zaman ini tak lagi ku rasakan. Ciuman alat kebohongan. Menunjukkan nafsu? Ah para gadis pasti membunuh kami. Di negeri kami jujur sudah termasuk alasan yang kuat untuk membunuh. Undang Undang yang kalian kenal berbeda dengan sekarang. Bahkan kebalikan. Melakukan hubungan seksual bukan karena nafsu melainkan formaslitas belaka. Tak ada on clinic, apalagi klinik tong fang. Semua kebohongan. Kebohongan yang utama.

Selamat pagi kamu yang membaca ini. Kalau kau membaca sebelum pagi kumohon kau baca tiap pagi. Bantu aku. Aku ingin merubah zaman ini. Zaman kalianlah yang membantu. Dimana kejujuran dihargai. Dimana hati nurani masih terdengar. Tolong, jangan nodai kesucian zaman kalian. Jangan pernah memutarbalikkan sesuatu. Masa depan selalu dapat berubah, masa lalu selalu jadi penyesalan. Tolong, jangan buat aku tak pernah merasa matahari terbit. Aku ingin melihatnya, katanya indah sekali ya ? Kirimi aku jika kamu dapat membaca surat ini.

Salam sayang,
Aku di (masa) depanmu

Sunday, July 6, 2014

Surat untuk Hati

 Untuk     : Hati
 Hal          : Catatan Kisah
 Nomor    : Tak Terhingga

     Dengan segenap cinta yang ada,

Dalam surat resmi yang pertama ini aku tuliskan berbagai keluhan atas kinerja hati yang belum juga membaik Aku belum mengerti setelah berulang kali aku perbaiki entah spare part yang kurang asli atau hati yang mulai aus. Belum juga kembali seperti baru. Seperti dulu sebelum mencinta dan bercinta.  Aku tak pernah mengerti mengapa ini terjadi. Rasanya aku tak pernah membuatmu bekerja terlalu keras. Sakit,perih, rindu rasanya kini. Aku tak pernah ingin sedikitpun merasa ini. Kamu baik baik aja? Sungguh? Aku begitu khawatir kini kesehatanmu tak lagi normal. Semua menjadi satu. Abnormal. Sakit. Perih kurasa sakit yang membelenggu jiwa yang semakin sepi tak mengira. Kamu tak boleh merasa sepi lagi kini. Walau luka yang otakku kirim belum sempurna kering. Otakku memang sering tak bersahabat kepadamu. Impuls dalam otak yang memang jahat, membuatkku tdk jg membaik dan beranjak pergi. Malam ini kuberi pengertian padamu, semoga ini bisa membuatmu lebih baik. Selamat malam, hati yang terluka.


Dari


Pemilikmu

Wednesday, July 2, 2014

Surat Terbuka Untuk (Calon) Pacarku

Selamat malam menuju pagi kekasihku (ter)sayang..
Ku dengar saat ini sedang banyak yang menulis surat terbuka. Kau ikut tidak? Atau bahkan kau tak mendengar. Ah kau selalu begitu sayang. Terlalu nyaman berdiam di benakku. Tanpa berkutik dan tanpa gerak sedikitpun. Kau membuat hariku menjadi lebih tenang.
Sayang, aku tau  dn aku begitu paham kondisi ketika aku sedang menulis surat ini dikamar yang lebih mirip kandang monyet. Aku menggunakan monyet karena aku menghargai teori Eyang Darwin. Kalau kita hasil evolusi dari spesies kera itu sendiri. Mari kita lanjut sayang sebelum aku melntur dan melalangbuana semakin mesra. Aku tahu sayang, saat aku menulis surat ini da kamu membacanya kamu pasti berpikir ini untuk siapa. Aku menulis ini untukmu sayang, namun kita belum berpacaran. Apa boleh buat aku tetap menulis ini. Ini surat saat aku tulis memang belum bertuan. Namun jika kamu ingin menjadikan surat ini untukmu kamu isa terus terang sama aku. Gak ada salahnya kan?
Hati ini tergerak sayang melihat surat ini ama terbengkalai. Ya sebenarnya begitu sepele. Bukannya sebuah surat harus ada tujuan? Lama aku memikirkan tujuan surat ini. Tetap sayang otaku terlalu lemah. Aku tetap belum menemukan surat ini untuk siapa. Ya sekali sekali aku melanggar UNDANG UNDANG SURAT dan aku membuat surat ini (belum) bertuan. Surat yang jujur ini tak mungkin aku biarkan di pojokan kamar bersama onggokan baju kita sayang. Terlalu tragis akhir surat ini. Namun aku akan mencari dan trus mencari yang dapat menghargai surat (tak) bertuan ini.
Sayang, ini sudah pagi bukan? Rasanya kamu harus tidur. Jika ketika kamu membaca ini tidak pagi, melainkan siang,sore ataupun malam anggap saja ini pagi. Dimana kamu membangunknku dengan ciuman mesra mu itu. Selamat Pagi Sayang. Semoga hadirnya suratku dapat membuatmu jadi bahagia.

(Dicintai terkadang lebih sulit daripada mencintai,karena terkadang kita sering tak sadar menyakitinya)


Dari,
(Calon) Pacarmu

Monday, June 30, 2014

Mana pelukmu? Tempatku yang ternyaman. Rumah yang paling kunanti. Tak pernah kutunda kepulangan.
Ahhhh pelukmu kini tak lagi ada.
Karena kau belum pulang

Wednesday, June 11, 2014

aku hanya melukis luka di perih yang belum hilang,dalam porak poranda waktu yang belum tersusun. perih semakin perih,dalam tetes darah yang kuselami, rindu.

Ini aku gores lagi pada luka yang belum kering. Darah segarku deras semakin deras mengucur. Entah. Apa yang dipikiranku. Ingin ku menyelami segala yang ada. Seperti rindu. Kau datang pergi, kau gores lagi. Kini aku menyelam dalam rindu tak terbatas

Thursday, June 5, 2014

hapuskan segala tentang luka yang tergores terlalu lama. lukis dengan darah yang mengalir. ketika luka mengering, lukisan telah menjadi indah. kita yang ku perjuangkan, dalam ketiadaan. Kita yang tak pernah kau anggap. Kita yang kau abaikan. Akan kah kita sebagai pengakuan?

aku memang terkadang tak bermoral, tak beragama, terkadang aku tak mempercayai apa yang kebanyakan dipercayai. aku berusaha jadi orang baik.bagi kamu dan aku

Wednesday, June 4, 2014

aku menyayangimu bagai dingin di dini hari, bagai embun di pagi hari, bagai matahari di siang hari. kau tak pernah meminta, namun aku ada disini. menantimu yang dahulu pernah memohon aku tak meninggalkanmu

Seperti bara yang terlihat begitu panas. Terlihat kokoh dan menyakitkan. Terlalu sakit untuk membuka hati. Namun rapuh. Inginnya memilikimu tapi apa daya. Rapuh dan tetap lemah

Monday, June 2, 2014

Bilik yang tak pernah dihuni,bilik abadi untuk mengenangmu. seperti ruang tak bernyawa. seperti air tawar tak bermakna.aku tanpa pengakuan. rasa dalam perasaan.
Aku yang memang tak pernah kau anggap.
Namun kamu yang tak beranjak di tiap angan ku

Bukan kehilangan, bukan juga kau. Bukan sebuah sepi, bukan hilang nya sebuah rasa. Ini tentang waktu yang menggerogotiku tanpa kenal lelah. Aku mengadu padamu. Pada asa yang kini tak lagi ada

Sunday, June 1, 2014

Waktu yang berjalan seperti anak air gemericik memecah keheningan. Ahhhh ngomong ngomong waktu seringkali begitu tega. Dia membuatku jatuh cinta. Namun dengan mudah dia merenggut mu dari pelukanku :( namanya rindu dan sayang harus kujaga. Semoga abadi.

Sayang. Aku dengar dua itu seimbang. Apa kalo aku disini tanpa mu itu berarti aku tak seimbang? Aku merindukanmu sayang. Rinduku yang melekat dalam tiap tubuhmu

asa yg hilang terbawa senyap angin surgawi yang entah mengapa malah terasa seperti hidup di alam neraka. panas dan sakit perpaduan yang menyakitkan.asa dimana?

Tuesday, May 27, 2014

Anganku terpupus sudah.
Inginku tak lagi ada.
Aku tak mengerti mengapa kau tega. Tidak. Aku tak pernah menyalahkanmu. Aku menyalahkan diriku sendiri.aku telah benjanji padamu, aku takkan pergi. Kau ingat itu? Ya aku tak pergi . Aku disini sampai kau yang menyuruhku pergi :)

Sunday, May 25, 2014

Salahkah aku sepi yang pekat, malam yang larut, dan gelap yang membunuh?
Salahkah aku membuat angan bahwa aku dan kamu bersama?
Salahkah jika rindu ini semakin tak tertahan.
Salah. Aku tau.
Karena kau tak pernah melihat aku ada :')

Tahukah kamu? Perasaan ini kini tak lagi mungkin ku pungkiri.
Menelanku kedalam gulita yang tak bernyawa.
Gelap.
Apa daya?
Energiku tak sanggup lagi beranjak.
Aku mencintaimu.
Tanpa alasan

Saturday, May 24, 2014

Aku merindukan hujan sebagai penghantar rindu dan pembisik pesan kita. Tiap waktu, selalu.
Hujan, rindu, kita.
Tentang sebuah keadaan, rasa, dan kenyataan

Sebuah rindu yang sederhana, tak terungkap kata. Tak terbias waktu. Tak hilang oleh malam. Rindu yang begitu tulus melekat.
Rindu untukmu. Dimalam yang (selalu) pekat

Jika waktu dapat kuulang kembali  tentu aku tak ingin terjebak dalam sebuah ketidakpastian perasaan dan semua kenangan yang indah.
mungkin sekarang hanya satu inginku. Kau mengerti dan kau sadar aku ada :')

Friday, May 23, 2014

Terkadang ada yang tak kau sadari malah mencintaimu sepenuhnya,
Dia tau dirinya terluka. Namun apa daya, cintanya mengalahkan semua luka yang kau buat

Terkadang ada yang tak kau sadari malah nencintaimu sepenuhnya,
Dia tau di terluka. Namun apa daya, cintanya mengalahkan luka yang kau buat